haloo terima kasih sudah membaca ya jangan lupa baca juga buku saya yang berjudul DIBUANG KELUARGA DINIKAHI PEWARIS TERKAYA 🌹🌷
***Sejak Ibra meminta izin Alex untuk pulang lebih dulu karena dia ada acara keluarga di rumah, Alex pun juga pulang lebih awal hari ini.Memasuki halaman rumahnya, dia bisa melihat sore yang penuh warna yang membuatnya bahagia. Bahwa memang seperti inilah rumah seharusnya terlihat, atau seperti inilah rumah seharusnya tampak.Dati dalam mobilnya yang baru saja dia parkir di dekat garasi, Alex melihat Neo dan Shenina yang saling kejar. Wajah dua anak itu penuh dengan warna kuning yang Alex duga datang dari jus mangga karena tadi sesaat sebelum Alex pulang Lara mengatakan jika dia akan membuat jus mangga yang dia petik dari depan rumah bersama dengan Nina dan juga Andik.Alex tidak bisa menahan senyumnya melihat Lara yang kewalahan memisah dua anak kembarnya yang sekarang saling jambak dengan berguling di rerumputan di sebelah timur rumah mereka.“NEOOOOO, SHEEEENNNN!”Teriakannya yang melengking delapan oktaf sesaat kemudian membuat si kembar sadar bahwa mereka membuat Lara marah.“As
Pokoknya ... soal memberikan Lara ‘kesenangan’ jangan tanya siapa yang lebih baik di dunia ini? Karena memang Lara hanya tahu satu orang saja, namanya Alex, Jest Alexander Suh.Dia benar menepati janjinya saat mengatakan bahwa dia akan membuat Lara senang. Tepat setelah dia mengatakan agar Lara memeluknya, mereka berdua berakhir dengan keringat yang berpeluh hinga rasanya hampir lupa daratan.Belakangan ini ... Alex sedang menahan diri untuk tidak minta banyak-banyak. Sebab dia tak ingin membuat masalah karena terlalu sering ....Ah itulah pokoknya!Dan apakah sekarang masih berpeluh juga? Jawabannya adalah tidak.Alex keluar dari kamar dan bisa melihat Lara yang sedang ada di teras sebelah timur rumah. Sedang duduk dan sibuk dengan benda di kedua tangannya. Saat Alex ingin tahu apa yang dia lakukan, dia dibuat tersenyum tidak percaya.Oh ... apakah ini adalah sebuah keindahan yang dianugerahkan untuknya?Karena Alex melihat yang dibawa oleh Lara itu adalah benang yang dia rajut denga
Ini tentang ingatan Lara tentang hari di mana dia mengetahui bahwa dia tengah mengandung anak kembar.Beberapa tahun yang lalu ........Dia baru saja keluar dari rumah sakit tempat dia periksa, dia bertemu dengan Karel yang mempertegas bahwa Lara sedang mengandung anak kembar.Lara memandang hasil USG yang ada di telapak tangannya dengan kedua mata yang berair.Bimbang harus bagaimana mengahdapi kenyataan ini.Kehamilan ... hal yang normalnya membuat seorang wanita senang. Tetapi Lara tak begitu sepenuhnya. Benaknya dipenuhi oleh banyak hal yang membuatnya menghela napas dalam dan berpikir, apakah dia bisa melewati masa depan bersama dengan janin yang tengah dia kandung ini?Lara tahu dia tengah hamil, namun tak dia sangka bahwa itu adalah sebuah kehamilan kembar, ada dua kantong yang ditemukan di dalam rahimnya.Dia berjalan dan pergi ke halte bus untuk bersiap pulang. melihat angkutan umum yang lewat, dia menghentikannya dan dia menuju ke rumah kontrakan yang tempat dia tinggal. Kep
Beberapa tahun yang lalu ....Lara pernah mendatangi sebuah toko pakaian bayi untuk menepati janjinya membelikan anak-anaknya selimut. Namun, sepertinya dia akan berubah haluan karena saat dia melihat selimut-selimut yang lucu dengan bahan yang lembut itu, harganya sangat mahal.Meski ada yang lebih murah, rasanya Lara tak bisa mengambilnya juga. Sebab murahnya juga tak sesederhana itu. Apalagi kelak di kemudian hari yang Lara perlukan itu bukan hanya satu buah selimut saja melainkan dua sekaligus untuk si kembarnya.“Jadi mau pilih yang mana, Nona?” tanya salah seorang staf toko besar itu kala mendatanginya.Lara menoleh kepadanya dengan senyum yang terasa getir kemudian menggelengkan kepalanya,“Aku rasa belum ingin memilihnya. Tidak apa-apa ‘kan kalau aku masih mau melihat dulu?”Staf toko itu mengangguk tak keberatan,“Tentu saja boleh. silahkan kembali lain kali jika sudah membutuhkannya,” ucapnya tanpa beban. Tak juga memandag sebelah mata pada Lara yang beebrapa saat kemudian
***Lara tidak berbohong kok soal dia membuat selimut untuk Neo dan Shenina itu.Sebab Alex melihat dengan kedua matanya sendiri saat mereka berkunjung ke rumah lama Lara sebelum mereka pindah ke rumah besar milik Alex.Rumah itu masih terawat, begitu juga dengan barang-barang yang ada di dalamnya. Ditempati oleh beberapa anak buah Alex yang bekerja di rumahnya dan merawat serta menjadikan rumah itu sebagai tempat tinggal.Lara keberatan? Tidak!Dia justru senang karena ada yang menempati rumahnya. Karena dengan demikian Lara bisa menemukan selimut yang dia ceritakan pada Alex, dulu dia buat dengan menggunakan kedua tangannya di salah satu lemari miliknya yang masih terjaga dengan rapi.“Wah ... ini cantik sekali,” ucap Alex saat menyentuh selimut dari katun susu yang lembut itu. Dia tersenyum saat menoleh pada Lara yang bisa melihat kilau bintang fajar dari sepasang mata Alex saat tatapannya sesekali berpindah pada Lara atau pada selimut yang sedang bersentuhan dengan kulitnya.“Aku
*** Sebuah pagi yang cukup mengejutkan bagi Lara karena dia yang baru saja keluar dari kamar langsung ditodong oleh anak lelakinya yang mengatakan, “Mama, ada Paman Karel.” “Paman Karel?” ulangi Lara dengan kedua alisnya yang terangkat. “Iya, di ruang tamu sama papa,” katanya lalu berlari meninggalkan Lara. Mata Lara berkedip lebih dari satu kali setelah kepergian Neo. Anak lelakinya itu seperti baru saja diminta oleh Alex untuk memberitahukan kedatangan Karel kepadanya. “Ada apa dia sepagi ini datang ke sini?” bukankah itu sedikit ‘tidak biasa?’ Dan bagi Lara, ‘ketidakbiasaan’ itu berubah menjadi aneh karena Alex duduk bersama dengan Karel. Bukankah setiap bertemu mereka biasanya akan bertengkar? Dan terakhir kali saat Karel datang ke sini itu Alex hampir saja melakukan baku hantam dengannya meski kakinya masih pincang. Tapi tunggu! Lara berhenti dari satu langkah yang baru saja dia ambil dan berpikir kembali, “Mereka ‘kan sudah pernah bertemu di rumah sakit dengan tidak meng
***Seusainya Lara dan Alex menghadiri pesta pernikahan Karel dan juga Sunny, dalam akad nikah yang sederhana dan juga khidmat, Lara dan Alex kemudian pergi ke tempat yang diinginkan oleh anak-anak mereka.Entah untuk ke berapa kalinya Lara pergi ke sini setelah dia hidup bersama dengan Alex. Karena rasanya itu mulai tidak terhitung. Sebuah taman bermain yang bernama Fantasy World.Tempat di mana mereka menyadari bahwa cinta yang besar tumbuh didalam hati mereka setelah takdir mempersatukan mereka kembali.Dengan Lara yang menggandeng tangan Shenina, serta Alex yang menggandeng tangan Neo, senandung mereka terdengar saat mereka memasuki taman bermain.Matahari yang meninggi bukan sebuah alasan untuk mereka mengeluh kepanasan. Justru sebaliknya, Neo dan Shenina sangat antusias.Kedatangan mereka sedikit banyak menyita perhatian. Bagaimana tidak? Lara masih mengenakan gaun berwarna putih degan potongan yang menunjukkan bahwa dia memang tengah hamil, sedang Alex mengenakan setelan jas—
Beberapa pekan terlewati, rasanya hari berjalan dengan sangat cepat. Tidak ada yang bisa menebak sebahagia apa Lara sekarang.Dia menikmati waktu-waktunya di rumah bersama dengan Neo dan Shenina. Jika si kembar pergi bersekolah, Lara mencari kegiatan tersendiri untuk mengisi waktu luangnya yang biasanya membuatnya bosan.Jika tidak demikian, biasanya Alex akan mengajaknya pergi ke kantor JS Group. Di sana dia juga tidak melakukan apa-apa. Kadang dia hanya duduk dan menunggu Alex bekerja. Kadang juga membantu sedikit hal jika Alex bertanya sebuah pertimbangan.Terkadang juga menemaninya bertemu dengan beberapa rekan kerja, atau berada di sisi Alex saat mereka melakukan kunjungan.Banyak hal yang dilakukan oleh Lara dalam ‘tidak melakukan apa-apa’ yang ia katakan itu.Seperti siang hari ini, Lara pun juga sedang berada di dalam kantor CEO JS Group. Dia baru masuk ke dalam sana setelah menemani Alex selama rapat dengan perwakilan dari LY Company. Ibrani? Tentu saja dia ada, dan tidak ke
Lara tidak bisa menahan haru melihat api yang meliuk di atas lilin kecil pada kue black forest yang dibawa oleh Neo. “Selamat ulang tahun, Mama,” kata Shenina pertama-tama. “Ayo buat permohonan dan tiup lilinnya.” Lara dengan segera melakukan itu. Ia merapatkan tangannya dan berdoa agar kebahagiaan ini tidak pernah putus. Untuknya, untuk keluarganya. Agar mereka diberkati dalam kebahagiaan yang sempurna. Barulah setelah itu Lara menunduk, merendahkan tinggi tubuhnya untuk meniup lilinnya. Lara menerima kue dari Neo yang mengatakan, “Selamat ulang tahun untuk Mama,” katanya manis. “Tidak banyak yang Neo minta selain Mama menjadi Mama yang bahagia.” “Selamat ulang tahun, Mama,” kali ini Shenina yang berujar. “Shen juga memiliki harapan yang sama, semoga Mama tetap bahagia. Dan tetap menjadi Mama cantiknya Shen.” Lara lebih dulu meletakkan kue ulang tahun dari para kesayangannya ke atas meja makan kemudian ia memeluk si kembar yang dengan senang hati membalasnya. “Terima kasih unt
*** Merasakan dingin yang memeluknya, Lara membuka matanya dengan cepat. Napasnya tersengal bahkan setelah ia membuka matanya. Ia baru saja berpikir dirinya sedang tidur di lantai seperti lima tahun silam agar anak-anaknya bisa tidur dengan nyaman di atas ranjang. Ia menggigil, kenangan akan sulitnya masa lalu sekali lagi membuatnya terjaga dengan keadaan yang berbeda. Dulu, Lara terbangun karena dingin dan tidak nyaman, tidak ada selimut untuknya selain ia menggunakan apapun untuk menutupi tubuhnya. Tetapi sekarang ia terbangun di tempat yang nyaman dan bahkan tidak sendirian. Tangisan Sky itulah yang pasti membuat intuisi seorang ibu dalam dirinya membuka mata. Dan saat hal itu ia lakukan, Lara telah menjumpai Alex yang berdiri dan menggendong Sky. Ia tampak memandang Lara dengan hanya bibirnya saja yang bergerak seolah bertanya, ‘Kenapa kamu bangun?’ “Sky baik-baik saja?” tanya Lara lirih. Alex mengangguk, menunjukkan Sky yang kembali terlelap saat Alex menepuk lem
.... Dari tempat bulan madu Karel dan Sunny. Seperti yang sebelumnya dikatakan oleh Lara bahwa ada kemungkinan mereka memang sedang berbulan madu ... hal itu memang benar! Mereka pergi berbulan madu setelah penantian yang cukup panjang dan lama mengurus izin cuti Karel yang notabene adalah seorang dokter yang bisa dikatakan ... hm ... masih baru di tempat ia bekerja. Udara sejuk Edinburgh membelai wajah Sunny begitu ia membuka pintu geser di sebuah hotel tempat mereka menghabiskan waktu selama mereka di sini. Ia memandang ke luar dan berdiri di balkon. Pandangannya ia jatuhkan paada jalan yang tampak lengang pada hari MInggu pagi ini yang sebagian besarnya basah oleh sisa hujan. Semalam memang Edinburgh diguyur hujan. Bukan hujan deras tetapi itu cukup untuk membuat bunga kecil dan dahan pepohonan kedinginan pagi ini. “Cantik sekali pemandangan setelah hujan,” gumamnya. Meski ia sebenarnya juga suka pemandangan sebelum hujan, tetapi setelah curahan air turun dari langit ... ia
.... “Apakah Neo dan Shenina suka dengan sekolah baru mereka, Lara?” tanya Alex pada Lara yang saat ini tengah menatapnya setelah mengalihkan wajahnya dari layar ponsel yang ada di tangannya. “Aku rasa mereka senang,” jawab Lara. Memandang sekilas pada jam digital yang ada di atas meja kemudian pada Sky yang terlelap di dalam box bayi miliknya. “Karena mereka bisa bertemu dengan si kembar Zio dan Asha juga, ‘kan? Kamu ‘kan tahu kalau mereka itu bestie.” Alex tak bisa menahan senyumnya. Ia menutup laptop yang ada di pangkuannya dan meletakkannya di atas nakas yang tak jauh dari ranjang sebelum meraih ponsel Lara. “Jangan main ponsel terus! Peluk aku sekarang, hm?” Alex merengkuh pinggang Lara, membuatnya berbaring dengan nyaman saat mereka merasakan hangat di bawah satu selimut yang sama. Mereka saling memagut untuk beberapa lama sebelum Alex mengecup pipinya. “Cantik sekali ....” “Bukankah aku memang selalu cantik?” tanya Lara, menyentuh garis dagu Alex, tersenyum saat merasaka
*** . . Berhasilkah? Tidak! Tapi mungkin saja, 'kan? Pertentangan batin sedang bergejolak di dalam benak Kalisha. Ia berdiri bersandar di pintu kamar mandi di dalam kamarnya. Menggenggam sebuah test pack yang ada di tangannya. Yang baru saja ia gunakan untuk mengetes, apakah ia benar hamil ataukah tidak. Ia memang sering terlambat datang bulan. Tapi tak seperti kali ini. Ini sangat jauh dari hari biasanya. Jadi ia ingin melakukan tes. Sejak pernikahannya dengan Ibra, lebih dari satu tahun lamanya, lebih dari berbulan-bulan pula ia selalu terlambat datang bulan dan hasilnya selalu satu garis setiap ia ingin melihatnya. Dan ia tak pernah mengharap lebih soal itu. Tapi sekarang, dadanya berdebar lebih dari biasanya. Sebagai seorang perawat yang tahu betul seperti apa detak jantung normal dan detak jantung yang tidak normal, maka Kalisha akan menggolongkan ini sebagai detak jantung yang tidak normal. Berisik sekali. Berdentum. Seolah tak mau diam setiap kali tanya muncul m
Yang dilihat oleh Lara itu adalah Roy, ayahnya. Ia tak berdiri di sana sendirian melainkan bersama dengan ibunya Lara, Laras. Tak ia ketahuai berapa lama waku berjalan hingga membawa Roy ke hadapannya. Sudah tahun demi tahun berlalu, bukan? Lara memang mendengar jika hukuman untuk ayahnya itu mendapatkan keringanan karena ia berperilaku baik selama menjadi tahanan. Dan ternyata, kepulangannya itu adalah hari ini. Atau mungkin beberapa saat lebih awal dari hari ini karena setidaknya ia membutuhkan waktu untuk bersiap ke sini. Barangkali dengan meneguhkan hatinya untuk bisa menghadapi Lara. Sebab beberapa kali Lara mengunjunginya di tahanan, Roy selalu mengatakan hal yang sama. ‘Mungkin nanti Papa tidak bisa langsung menemuimu karena merasa sangat bersalah, Lara.’ Tapi sekarang dia di sini. Di hadapan Lara. Berdiri dengan tampak canggung dan air matanya mengembun membasahi pipi saat ia tersenyum dan membiarkan Lara datang guna memeluknya. “Papa ....” Lara mengulanginya sekali
*** Beberapa waktu setelah tertangkapnya Selim, Lara kemudian tahu bahwa yang dilakukan oleh pria itu jauh lebih parah daripada yang ia bayangkan. Bagaimana ia mengawasi Lara sebelum dan sesudah kembalinya ia dari luar negeri membuat Lara bergidik merinding saat Alex menceritakannya dan membawa beberapa catatan yang difoto oleh Ibra. Salah satunya juga adalah soal kegugurannya kala itu yang disebut oleh Selim sebagai 'hilangnya anak monster.' Hati Lara sakit. Ia tak pernah tahu ada orang sejahat itu yang hadir di hidupnya. Dan rasanya itu bertubi-tubi. Ingat saja berapa banyak orang yang membuatnya sengsara. Dimulai dari Nala yang kabur pada hari pernikahannya, atau Shiera yang membencinya karena menganggapnya merebut Alex. Tetapi Selim memberikan rasa tersendiri, ketakutan dan juga was-was. Lara bahkan memerlukan waktu tenang selama beberapa jam setelah Alex mengatakan itu. Ia kembali tersadar dan menepis hal tak penting yang mengganggunya itu saat melihat Sky yang miring
*** "Pulanglah, ini sudah malam," ucap Ibra saat ia merapikan lengan kemejanya dan memandang Alex yang masih berdiri di depan sandsack dengan napas yang naik turun tak beraturan. Kedua tangannya masih terbungkus oleh sarung tinju. Rambutnya tampak basah saat ia menoleh pada Ibra dengan salah satu alis yang terangkat tak percaya. "Kamu sudah mandi dari tadi?" tanya Alex memastikan. Memandang Ibra dari atas hingga ke bawah. Di dalam ruang gym, hanya ada mereka berdua. Ruangan ini disewa oleh Alex yang tidak ingin melihat ada orang lain masuk sebab sekitar tiga jam yang lalu, lepas ia pergi dari unit apartemen Selim ia harus melampiaskan kekesalannya. Saat ia meminta agar Ibra menjadwalkan ulang untuk ia bisa mengunjungi Selim dan membuatnya babak belur jilid dua, Ibra tak mengabulkannya. Alih-alih mengiyakan Alex, Ibra dengan santainya malah mengatakan, 'Tidak perlu, Pak Alex. Kita tunggu saja nanti di pengadilan. Kita ledek dia sampai dia muntah dan kesetanan. Sayang tanganmu kala
Entah berapa ratus, atau bahkan ribu banyaknya foto Lara yang ada di dalam kamar itu—selain kamar yang diyakini oleh Alex sebagai kamar utama. Pada dindingnya yang lebar itu Alex bisa menjumpai foto Lara. Jika Alex biasanya melihat hal seperti ini lumrahnya ada di film atau di drama thriller tentang seorang psikopat, tetapi kali ini Alex melihatnya ada di depan mata. Alex pernah mengatakan bahwa pria itu—Selim—memiliki pengetahuan tentang Lara sama sepertinya. Tetapi sangkaan itu harus ia tepis sekarang karena sepertinya Selim lebih banyak tahu tentang Lara. Sebab ada banyak sekali foto Lara yang tinggal di rumah lamanya, bersama dengan Neo dan Shenina yang masih kecil. Berada di depan rumah, atau sedang membeli jajanan di toko yang tak jauh dari rumahnya. Atau saat Lara mengantar mereka ke sekolah bersama dengan wanita paruh baya yang dikenal Alex sebagai pengasuh si kembar dulu, selama Lara bekerja. Ada buku yang memiliki catatan apa-apa saja yang dilakukan oleh Lara. Tanggal,