Lara masuk ke dalam mobil setelah sejenak berbincang dengan Nadia, ibunya Arini. Mereka saling melambaikan tangan dengan Nadia yang tak ada hentinya berterima kasih pada Lara untuk sudah mau menyuarakan gejolak batin yang selama ini dia temui.Atas pandangan miring dari orang-orang terdekatnya yang justru tak memberinya dukungan kala dia dalam kungkungan luka melainkan seperti malah memberinya luka tambahan.Lara masuk dan menjumpai Alex yang manik matanya menyambutnya dengan hangat.Senyumnya bisa dijumpai oleh Lara, tetapi ada seriak rasa sedih yang timbul dari kedua iris kelamnya yang menyentuh Lara hingga ke ulu hati."Kenapa, Alex?" tanya Lara dengan menyentuh pipinya, agar dia tak terus terdiam dan hanya memandang Lara tanpa mengatakan apapun.Lara melihat melalui jendela, ke arah luar. Ia tahu bahwa Alex pasti melihat dan sedikit banyak mendengar apa yang dilakukan dan dikatakan oleh Lara pada para wanita yang suka bergosip itu."Aku membuatmu kesal ya?" tanya Lara dengan lirih
***Lara bisa membaca pesan dari para ibu wali murid yang anak-anaknya bersekolah di taman kanak-kanak di tempat Neo dan Shenina belajar, melalui grup chat, bahwa mereka meminta maaf pada ibunya Arini yang bernama Nadia.Mereka berjanji tidak akan melakukan hal seperti itu lagi, dan yang lebih penting adalah mereka tidak akan mengajari anak mereka untuk membenci Arini, atau berdiam diri saat anak mereka menyebut Arini sebagai anak haram.Lara rasa ... itu adalah sebuah awal yang bagus.Karena artinya, yang pertama bisa diselamatkan adalah Arini, dari korban perundingan verbal. Dan yang ke dua adalah anak-anak mereka sendri agar tidak mudah merundung temannya yang lain.Soal permintaan maaf mereka pada Nadia itu tulus atukah tidak, Lara tidak berharap banyak. Karena dugaannya, mereka meminta maaf karena takut setelah melihat Lara, atau setidaknya tahu siapaLara.Tapi biarlah ... yang paling penting sekarang adalah keadaan sedikit lebih baik daripada sebelumnya.Mungkin demikian.Namun,
Satu babak kembali digelar, tuntas dengan Kalisha yang kalah lebih dulu. Ibrani bilang, itu adalah syarat wajib pada hubungan harmonis suami dan istri bahwa si wanitalah yang harus mendapatkan nafkah batinnya lebih dulu.Kemudian, mereka kembali harus mandi keramas. Dan takut jika suaminya kembali ‘on’ Kalisha berlari pergi meninggalkan kamar terlebih dahulu.Jika dia ada di luar kamar, Ibra akan lebih berhati-hati dalam memberikan sentuhan kecupan, atau ciuman yang dalam.“Kal?” itu dia manusianya juga sudah turun.Kalisha melihat kedatangan Ibra dari arah pintu ruang makan dengan rambut yang setengah basah.“Iya?”“Mama dan papa jadi datang nanti malam?” tanyanya antusias.“Iya, jadi. Kamu pulanglah cepat nanti,” pintanya dengan merapikan dasi yang ada di kerah lehernya.“Iya, aku akan bilang ke pak Alex.”“Terima kasih.”“Sama-sama, Sayangku.”Dengan sebuah kecupan manis di bibir, mereka akhirnya berpisah. Kalisha melakukan persiapan uuntuk kunjungan orang tuanya dan orang tua Ibra
***Sejak Ibra meminta izin Alex untuk pulang lebih dulu karena dia ada acara keluarga di rumah, Alex pun juga pulang lebih awal hari ini.Memasuki halaman rumahnya, dia bisa melihat sore yang penuh warna yang membuatnya bahagia. Bahwa memang seperti inilah rumah seharusnya terlihat, atau seperti inilah rumah seharusnya tampak.Dati dalam mobilnya yang baru saja dia parkir di dekat garasi, Alex melihat Neo dan Shenina yang saling kejar. Wajah dua anak itu penuh dengan warna kuning yang Alex duga datang dari jus mangga karena tadi sesaat sebelum Alex pulang Lara mengatakan jika dia akan membuat jus mangga yang dia petik dari depan rumah bersama dengan Nina dan juga Andik.Alex tidak bisa menahan senyumnya melihat Lara yang kewalahan memisah dua anak kembarnya yang sekarang saling jambak dengan berguling di rerumputan di sebelah timur rumah mereka.“NEOOOOO, SHEEEENNNN!”Teriakannya yang melengking delapan oktaf sesaat kemudian membuat si kembar sadar bahwa mereka membuat Lara marah.“As
Pokoknya ... soal memberikan Lara ‘kesenangan’ jangan tanya siapa yang lebih baik di dunia ini? Karena memang Lara hanya tahu satu orang saja, namanya Alex, Jest Alexander Suh.Dia benar menepati janjinya saat mengatakan bahwa dia akan membuat Lara senang. Tepat setelah dia mengatakan agar Lara memeluknya, mereka berdua berakhir dengan keringat yang berpeluh hinga rasanya hampir lupa daratan.Belakangan ini ... Alex sedang menahan diri untuk tidak minta banyak-banyak. Sebab dia tak ingin membuat masalah karena terlalu sering ....Ah itulah pokoknya!Dan apakah sekarang masih berpeluh juga? Jawabannya adalah tidak.Alex keluar dari kamar dan bisa melihat Lara yang sedang ada di teras sebelah timur rumah. Sedang duduk dan sibuk dengan benda di kedua tangannya. Saat Alex ingin tahu apa yang dia lakukan, dia dibuat tersenyum tidak percaya.Oh ... apakah ini adalah sebuah keindahan yang dianugerahkan untuknya?Karena Alex melihat yang dibawa oleh Lara itu adalah benang yang dia rajut denga
Ini tentang ingatan Lara tentang hari di mana dia mengetahui bahwa dia tengah mengandung anak kembar.Beberapa tahun yang lalu ........Dia baru saja keluar dari rumah sakit tempat dia periksa, dia bertemu dengan Karel yang mempertegas bahwa Lara sedang mengandung anak kembar.Lara memandang hasil USG yang ada di telapak tangannya dengan kedua mata yang berair.Bimbang harus bagaimana mengahdapi kenyataan ini.Kehamilan ... hal yang normalnya membuat seorang wanita senang. Tetapi Lara tak begitu sepenuhnya. Benaknya dipenuhi oleh banyak hal yang membuatnya menghela napas dalam dan berpikir, apakah dia bisa melewati masa depan bersama dengan janin yang tengah dia kandung ini?Lara tahu dia tengah hamil, namun tak dia sangka bahwa itu adalah sebuah kehamilan kembar, ada dua kantong yang ditemukan di dalam rahimnya.Dia berjalan dan pergi ke halte bus untuk bersiap pulang. melihat angkutan umum yang lewat, dia menghentikannya dan dia menuju ke rumah kontrakan yang tempat dia tinggal. Kep
Beberapa tahun yang lalu ....Lara pernah mendatangi sebuah toko pakaian bayi untuk menepati janjinya membelikan anak-anaknya selimut. Namun, sepertinya dia akan berubah haluan karena saat dia melihat selimut-selimut yang lucu dengan bahan yang lembut itu, harganya sangat mahal.Meski ada yang lebih murah, rasanya Lara tak bisa mengambilnya juga. Sebab murahnya juga tak sesederhana itu. Apalagi kelak di kemudian hari yang Lara perlukan itu bukan hanya satu buah selimut saja melainkan dua sekaligus untuk si kembarnya.“Jadi mau pilih yang mana, Nona?” tanya salah seorang staf toko besar itu kala mendatanginya.Lara menoleh kepadanya dengan senyum yang terasa getir kemudian menggelengkan kepalanya,“Aku rasa belum ingin memilihnya. Tidak apa-apa ‘kan kalau aku masih mau melihat dulu?”Staf toko itu mengangguk tak keberatan,“Tentu saja boleh. silahkan kembali lain kali jika sudah membutuhkannya,” ucapnya tanpa beban. Tak juga memandag sebelah mata pada Lara yang beebrapa saat kemudian
***Lara tidak berbohong kok soal dia membuat selimut untuk Neo dan Shenina itu.Sebab Alex melihat dengan kedua matanya sendiri saat mereka berkunjung ke rumah lama Lara sebelum mereka pindah ke rumah besar milik Alex.Rumah itu masih terawat, begitu juga dengan barang-barang yang ada di dalamnya. Ditempati oleh beberapa anak buah Alex yang bekerja di rumahnya dan merawat serta menjadikan rumah itu sebagai tempat tinggal.Lara keberatan? Tidak!Dia justru senang karena ada yang menempati rumahnya. Karena dengan demikian Lara bisa menemukan selimut yang dia ceritakan pada Alex, dulu dia buat dengan menggunakan kedua tangannya di salah satu lemari miliknya yang masih terjaga dengan rapi.“Wah ... ini cantik sekali,” ucap Alex saat menyentuh selimut dari katun susu yang lembut itu. Dia tersenyum saat menoleh pada Lara yang bisa melihat kilau bintang fajar dari sepasang mata Alex saat tatapannya sesekali berpindah pada Lara atau pada selimut yang sedang bersentuhan dengan kulitnya.“Aku