haloo terima kasih sudah membaca ya jangan lupa baca juga buku saya yang berjudul DIBUANG KELUARGA DINIKAHI PEWARIS TERKAYA 🤗🤗🤗
“Hari ini kita akan duduk-duduk santai saja begini, Pak Alex?” tanya Rafael yang mengambil duduk di samping Alex di atas sebuah batu besar saat anak-anak mereka, Neo, Shenina, Zio serta Asha sibuk melihat rumput yang memiliki bunga kecil, beberapa meter di depan mereka.“Iya, Raf,” jawab Alex dengan sekilas menoleh pada Rafael.Rafael memanggil Alex lebih formal karena Alex usianya di atasnya, bahkan di atas abang tertuanya juga.Tapi bukan berarti keakraban di antara mereka hilang sebab Rafael itu memiliki sifat yang tak beda jauh dengan sifat Ibra. Dia ceria dan banyak bicara untuk ukuran Alex yang bicara seperlunya saja.“Lalu besok baru tanam-tanam di sawahnya?”“Iya. Aku sudah bilang ke pengelola vilaku untuk mencarikan lokasi yang bisa digunakan untuk anak-anak bermain.”“Ketemu, ‘kan?”“Iya, syukurlah ketemu.”“Padahal pakai vila keluargaku juga bisa loh. Kami punya beberapa di sini. Soalnya Zio sama Asha yang ribut kepingin pergi sama Neo dan Shen. Aku jadi merasa bersalah. Ha
***Meski dengan susah payah menguraikan rambut Shenina serta Asha yang baru saja dikepang para bapak mereka dari dua kepala menjadi satu, akhirnya drama tersebut berakhir juga.Saat dimarahi oleh Lara dan Aira, dua bapak-bapak yang bernama Alex dan Rafael itu mengatakan jika mereka keasyikan mengobrol. Lalu anak gadis mereka meminta agar rambut mereka dikepang dengan tambahan bunga kecil-kecil yang cantik.Kemudiannya saat sadar dan mereka berdiri, mereka baru tahu jika rambut mereka digabung menjadi satu kepala.Sejak saat itu, Lara akan mempertimbangkan ulang jika nanti dia menitipkaan anak-anak pada ayahnya.Itu benar-benar sebuah chaos.Setelah mereka pergi dari kawasan kebun teh, mereka tiba di vila milik keluarga Suh, miliknya Alex.Anak-anak sudah tidur siang, kekenyangan setelah mereka makan di restoran yang dibooking oleh Rafael selama perjalanan mereka dari kebun teh ke vila.“Apa dia sudah memberi gerakan?” tanya Alex saat dia berbaring di samping Lara.Mereka sedang ada d
“Apakah kami akan mendapatkan kembar lagi?” tanya Alex penasaran seraya menoleh pada dokter yang memeriksa Lara. “Tidak, Pak Alex. Saya hanya tanya kok. Kantong kehamilannya hanya satu. Ini kehamian tunggal. Janinnya tumbuh dengan baik. Semuanya sehat.” Dokter tampak tidak bisa menahan senyumnya memandang Alex, Lara, neo serta Shenina secar bergantian. “Wah ... saya pikir Dokter serius loh barusan.” “Kalian ingin baby kembar lagi?” “Mungkin next setelah anak kami yang ini keluar.” “Alex?” panggil Lara dengan kedua pipi yang menggembung, sedikit kesal. “Apa?” “Yang ini saja belum keluar kamu sudah mau next, next, next?” “’Kan aku bilang nanti. Dan yang namanya rencana boleh saja, Lara.” Di tengah perdebatan kecil di antara mereka, tampak ada yang sangat bahagia dengan hanya melihat layar monitor besar yang ada di dalam ruangan. Neo dan Shenina yang tidak hentinya menatap ke sana dengan kedua manik mata mereka yang berbinar cerah. “Nanti di sana adik akan tumbuh?” tanya Neo d
....Karel yang datang dari awah berlawanan tampak terkejut dan tidak mengantisipasi pertemuan mereka pada petang hari ini.Dia berhenti dari langkahnya. Menatap Lara dan Alex bergantian sebelum memilih untuk menjawab panggilan ‘PAMAN KAREL’ dari Neo dan Shenina yang melambaikan tangan begitu melihatnya.“Halo, Neo, Shen,” balas Karel dengan tersenyum dan tangan yang melambai kepada mereka berdua.“Paman Karel di sini?”“Iya. Mau ketemu teman.”“Ooh ... apa Paman Karel tahu kalau kami akan memiliki adik?” tanya Shenina dengan polos yang membuat Karel tersenyum sembari bertanya,“Really?”“Iya, Paman Karel.”“Selamat ya ... Paman harap nanti aadik baby kalian tumbuh dengan baik dan sehat. Apakah sudah tahu apakah itu laki-laki atau perempuan?” tanya Karel dengan membungkuk untuk merendahkan tinggi tubuhnya.“Masih belum kelihatan, Paman.” Kali ini Neo yang menjawab.“Well ... sekali pun belum kelihatan, Paman akan doakan yang terbaik untuk baby-nya.”“Terima kasih,” jawab si kembar sec
.... Memasuki restoran untuk menepati janjinya bahwa mereka akan makan malam di luar setelah USG rutin yang dilakukan oleh Lara, Alex menggandeng tangan Shenina yang dengan cerianya mengatakan jika dia ingin makan steak. Bukan yang pertama kalinya, tapi sepertinya malam ini dia sangat antusias untuk hal tersebut. “Aku harap kamu tidak punya cerita sedih tentang steak, Lara,” ucap Alex dengan lirih. Karena dia rasa ... setiap kali anak-anaknya menginginkan makan sesuatu dan pada akhirnya mereka bisa mendapatkannya, kemudian bukan hanya makanan saja yang bia dinikmati, melainkan juga pelajaran hidup yang diberi. Hampir tidak pernah Alex menjumpai hanya sebatas makan saja karena dia juga akan mendapati kisah pilu mereka bertiga. Dan kebanyakan itu tentang kekurangan yang mereka pikul di belakang sana, saat Alex masih menjadi Alex yang ‘gila’ dan tak bisa melihat cinta Lara yang hebat, “Tidak ada, Alex,” jawab Lara setelah mereka mengambil dudukdi private room. “Syukurlah ....” lega
Rasanya makanan yang sedang ada di lidah Alex begitu sulit untuk di telan. Dia memandang Neo yang menunduk setelah mengatakan demikian.Kemudian memandang Shenina yang terlihat meremas pisau dan juga garpu di tangan kanan dan kirinya. Hal yang sama yang dilakukan oleh Lara.“Maaf ....” ucap Alex pada akhirnya karena hal yang baru mereka katakan, tentang julukan ‘anak haram’ serta verbal abuse yang diterima oleh mereka, terutama Shenina berawal dari Alex yang meninggalkan mereka.Sadar penuh bahwa Alex adalah penyebab utama semua hal itu menimpa hidup anak-anaknya. Peristiwa yang tidak akan bisa dihapuskan meski hari berganti melewati musim demi musim.Bahkan saat mereka menemukan Alex, dan mendapatkan hidup yang baik, kenangan akan hal itu masih kuat di dalam ingatan mereka. “Papa yang memulai semua ini. Maaf karena Papa sudah membuat kesalahan yang menyakiti hati Neo dan Shen,” ucap Alex mengaku salah.Mereka mengangguk beberapa kali, menunjukkan senyum mereka yang tulus. “Yang pent
....Di Tempat lain, Karel baru saja keluar dari mobilnya yeng berhenti di depan rumah Sunny. Sebenarnya ingin mampir lebih lama, hanya saja dia masih belum berani melakukan itu karena menjaga Sunny agar tidak menjadi bahan pergunjingan tetangga sebab mereka memang masih belum sah menikah.Dan karena Karel sudah memberi tahunya bahwa dia akan mampir ke sini untuk membawakannya sesuatu, Sunny menunggunya di depan gerbang.“Selamat malam,” sapa Karel lebih dulu dengan sekilas melambaikan tangannya.Sunny membalas dengan lambaian yang sama, “Selamat malam, karel.”“Aku pikir kamu sudah tidur loh barusan,” ucapnya dengan mengamati wajahnya yang manis. Yang justru membuat Sunny menunjukkan sekerat rasa keheranan.“Aku? Sudah tidur?” tunjuknya pada diri sendiri.“Jam berapa ini kamu berharap aku sudah tidur, pak Dokter?” lanjutnya dengan penuh tanya.Dan wajahnya yang seperti itu disukai oleh Karel karena baginya Sunny ini sangat ekspresif. Mungkin juga karena terbawa kebiasaannya mengajar
“Kamu mengejutkan aku, pak Dokter!” ujar Sunny setelah bibir Karel menjauh darinya, dia juga mengambil satu jarak mundur sehingga mereka tak sedekat sebelumnya.Sunny meraba bibirnya, pusat peredaran darah rasanya berpindah ke wajahnya karena sekarang di sana rasanya sangat panas.“Seperti itulah yang kamu lakukan sebelumnya padaku, Sun,” jawab Karel tanpa beban, membuat Sunny mengerjapkan matanya beberapa kali.“Aku? Melakukan apa?” tunjuknya pada diri sendiri.“Kamu menciumku pas kita datang ke rumahku, ‘kan? Jangan pura-pura lupa ya, Nona Sunny Alinea!” tatapan Karel menelisik wajah polos Sunny yang sedetik kemudian dia tutup dengan sebelah tangannya karena malu.“Tapi yang waktu itu ‘kan aku tidak mencium di bibir. Aku hanya mencium di pipi.”“’Hanya’ kamu bilang?” ulangi Karel dengan kembali maju padahal belum lama ini mundur.“’Hanya’ yang kamu katakan itu membuatku tidak bisa tidur semalaman loh. Wah ....” Karel menyapukan rambutnya yang jatuh ke atas alis ke belakang. Sedang S