“Apakah kami akan mendapatkan kembar lagi?” tanya Alex penasaran seraya menoleh pada dokter yang memeriksa Lara. “Tidak, Pak Alex. Saya hanya tanya kok. Kantong kehamilannya hanya satu. Ini kehamian tunggal. Janinnya tumbuh dengan baik. Semuanya sehat.” Dokter tampak tidak bisa menahan senyumnya memandang Alex, Lara, neo serta Shenina secar bergantian. “Wah ... saya pikir Dokter serius loh barusan.” “Kalian ingin baby kembar lagi?” “Mungkin next setelah anak kami yang ini keluar.” “Alex?” panggil Lara dengan kedua pipi yang menggembung, sedikit kesal. “Apa?” “Yang ini saja belum keluar kamu sudah mau next, next, next?” “’Kan aku bilang nanti. Dan yang namanya rencana boleh saja, Lara.” Di tengah perdebatan kecil di antara mereka, tampak ada yang sangat bahagia dengan hanya melihat layar monitor besar yang ada di dalam ruangan. Neo dan Shenina yang tidak hentinya menatap ke sana dengan kedua manik mata mereka yang berbinar cerah. “Nanti di sana adik akan tumbuh?” tanya Neo d
....Karel yang datang dari awah berlawanan tampak terkejut dan tidak mengantisipasi pertemuan mereka pada petang hari ini.Dia berhenti dari langkahnya. Menatap Lara dan Alex bergantian sebelum memilih untuk menjawab panggilan ‘PAMAN KAREL’ dari Neo dan Shenina yang melambaikan tangan begitu melihatnya.“Halo, Neo, Shen,” balas Karel dengan tersenyum dan tangan yang melambai kepada mereka berdua.“Paman Karel di sini?”“Iya. Mau ketemu teman.”“Ooh ... apa Paman Karel tahu kalau kami akan memiliki adik?” tanya Shenina dengan polos yang membuat Karel tersenyum sembari bertanya,“Really?”“Iya, Paman Karel.”“Selamat ya ... Paman harap nanti aadik baby kalian tumbuh dengan baik dan sehat. Apakah sudah tahu apakah itu laki-laki atau perempuan?” tanya Karel dengan membungkuk untuk merendahkan tinggi tubuhnya.“Masih belum kelihatan, Paman.” Kali ini Neo yang menjawab.“Well ... sekali pun belum kelihatan, Paman akan doakan yang terbaik untuk baby-nya.”“Terima kasih,” jawab si kembar sec
.... Memasuki restoran untuk menepati janjinya bahwa mereka akan makan malam di luar setelah USG rutin yang dilakukan oleh Lara, Alex menggandeng tangan Shenina yang dengan cerianya mengatakan jika dia ingin makan steak. Bukan yang pertama kalinya, tapi sepertinya malam ini dia sangat antusias untuk hal tersebut. “Aku harap kamu tidak punya cerita sedih tentang steak, Lara,” ucap Alex dengan lirih. Karena dia rasa ... setiap kali anak-anaknya menginginkan makan sesuatu dan pada akhirnya mereka bisa mendapatkannya, kemudian bukan hanya makanan saja yang bia dinikmati, melainkan juga pelajaran hidup yang diberi. Hampir tidak pernah Alex menjumpai hanya sebatas makan saja karena dia juga akan mendapati kisah pilu mereka bertiga. Dan kebanyakan itu tentang kekurangan yang mereka pikul di belakang sana, saat Alex masih menjadi Alex yang ‘gila’ dan tak bisa melihat cinta Lara yang hebat, “Tidak ada, Alex,” jawab Lara setelah mereka mengambil dudukdi private room. “Syukurlah ....” lega
Rasanya makanan yang sedang ada di lidah Alex begitu sulit untuk di telan. Dia memandang Neo yang menunduk setelah mengatakan demikian.Kemudian memandang Shenina yang terlihat meremas pisau dan juga garpu di tangan kanan dan kirinya. Hal yang sama yang dilakukan oleh Lara.“Maaf ....” ucap Alex pada akhirnya karena hal yang baru mereka katakan, tentang julukan ‘anak haram’ serta verbal abuse yang diterima oleh mereka, terutama Shenina berawal dari Alex yang meninggalkan mereka.Sadar penuh bahwa Alex adalah penyebab utama semua hal itu menimpa hidup anak-anaknya. Peristiwa yang tidak akan bisa dihapuskan meski hari berganti melewati musim demi musim.Bahkan saat mereka menemukan Alex, dan mendapatkan hidup yang baik, kenangan akan hal itu masih kuat di dalam ingatan mereka. “Papa yang memulai semua ini. Maaf karena Papa sudah membuat kesalahan yang menyakiti hati Neo dan Shen,” ucap Alex mengaku salah.Mereka mengangguk beberapa kali, menunjukkan senyum mereka yang tulus. “Yang pent
....Di Tempat lain, Karel baru saja keluar dari mobilnya yeng berhenti di depan rumah Sunny. Sebenarnya ingin mampir lebih lama, hanya saja dia masih belum berani melakukan itu karena menjaga Sunny agar tidak menjadi bahan pergunjingan tetangga sebab mereka memang masih belum sah menikah.Dan karena Karel sudah memberi tahunya bahwa dia akan mampir ke sini untuk membawakannya sesuatu, Sunny menunggunya di depan gerbang.“Selamat malam,” sapa Karel lebih dulu dengan sekilas melambaikan tangannya.Sunny membalas dengan lambaian yang sama, “Selamat malam, karel.”“Aku pikir kamu sudah tidur loh barusan,” ucapnya dengan mengamati wajahnya yang manis. Yang justru membuat Sunny menunjukkan sekerat rasa keheranan.“Aku? Sudah tidur?” tunjuknya pada diri sendiri.“Jam berapa ini kamu berharap aku sudah tidur, pak Dokter?” lanjutnya dengan penuh tanya.Dan wajahnya yang seperti itu disukai oleh Karel karena baginya Sunny ini sangat ekspresif. Mungkin juga karena terbawa kebiasaannya mengajar
“Kamu mengejutkan aku, pak Dokter!” ujar Sunny setelah bibir Karel menjauh darinya, dia juga mengambil satu jarak mundur sehingga mereka tak sedekat sebelumnya.Sunny meraba bibirnya, pusat peredaran darah rasanya berpindah ke wajahnya karena sekarang di sana rasanya sangat panas.“Seperti itulah yang kamu lakukan sebelumnya padaku, Sun,” jawab Karel tanpa beban, membuat Sunny mengerjapkan matanya beberapa kali.“Aku? Melakukan apa?” tunjuknya pada diri sendiri.“Kamu menciumku pas kita datang ke rumahku, ‘kan? Jangan pura-pura lupa ya, Nona Sunny Alinea!” tatapan Karel menelisik wajah polos Sunny yang sedetik kemudian dia tutup dengan sebelah tangannya karena malu.“Tapi yang waktu itu ‘kan aku tidak mencium di bibir. Aku hanya mencium di pipi.”“’Hanya’ kamu bilang?” ulangi Karel dengan kembali maju padahal belum lama ini mundur.“’Hanya’ yang kamu katakan itu membuatku tidak bisa tidur semalaman loh. Wah ....” Karel menyapukan rambutnya yang jatuh ke atas alis ke belakang. Sedang S
Lara benar ikut Alex pergi ke Taman Kanak-kanak Neo dan Shenina. Ia masuk dan duduk di samping Alex setelah memastikan mereka siap untuk berangkat.“Kenapa Neo sama Shen berbagi uang saku, Sayang?”Lara bertanya dengan hati-hati, tidak ingin membuat mereka berdua tersinggung atau merasa tertekan dengan pertanyaan yang dia berikan.“Untuk Arini, Mama,” jawab Shenina lebih dulu, terdengar tak keberatan.“Kenapa untuk Arini, Shen?”“Karena kadang dia tidak jajan di sekolah. Kasihan sekali, ‘kan? Padahal dulu, Mama selalu kasih uang saku.”“Kalaupun tidak ... Mama pasti membawakan kami makanan,” sambung Neo yang disetujui oleh Shenina.Kalimat-kalimat sederhana yang membuat Alex yang sekarang duduk di balik kemudi seperti sedang dicacah hatinya dengan sengaja.“Tapi Arini tidak begitu, Mama.”“Dia berdiam diri saat kami makan kue.”“Jadi kami mengurangi uang saku kami dan kami kasihkan sebagian untuk dia.”“Apakah Mama marah?”Mereka sambung-menyambung berujar dan Lara yang mendengar hal t
“Apa kamu menuduh kami membenarkan perselingkuhan? Memangnya kami bilang begitu tadi?” tanya salah seorang dari mereka, membela diri sebab Lara merecoki acara bergosip mereka sepagi ini.“Lalu? Anda semua tidak membicarakan orang lain barusan? Soal mensyukuri suaminya yang berselingkuh dan anda semua mengatakan itu karena dia tidak becus mengurs keluarganya?”Beberapa di antara mereka diam, beberapa masih saling sikut. Dan yang merasa mengucapkan kalimat tersebut tersinggung, tentu saja.“Bukankah memang benar begitu? Bukankah dia diselingkuhi karena dia tidak becus?”“Dan kalian mengelak saat aku mengatakan jika kalian menormalisasi perselingkuhan? Jadi ucapan kalian yang mana yang harus aku percaya?”Mereka terhening menata kata, tak sanggup melawan saat Lara seperti tidak memberi ampun, mengembalikan apa-apa saja yang mereka katakan seolah mereka adalah orang yang paling bersih dan tak memiliki dosa sama sekali.“Kalian mengatakan dia belum tentu bisa membayar biaya study tour? Apa