Setelah beberapa hari berada di tempat baru akhirnya ketiga anak kembar El sudah bisa menyesuaikan dengan suasana disekitar. Lagi pula banyak hal baru yang mereka lihat dan menyenangkan. Seperti saat Daren mengajaknya ke sebuah Pantai yang memang tidak ada di kota tempat mereka tinggal selama ini. Biasanya hanya melihat sebuah danau atau Sungai kini di tempat baru ia bisa memandang lautan luas membentang dengan debur suara ombak yang membentur karang. Dan masih banyak hal lain seperti mall mewah yang menjual berbagai macam mainan anak anak yang sangat keren. El merasa bersyukur karena anaknya sangat cepat beradaptasi di tempat yang baru, seperti pagi ini ia bisa melihat kembali keceriaan di wajah ketiganya. Bahkan ia bisa melihat wajah ceria Xaquil yang sebetulnya sangat El khawatirkan karena dia mengetahui banyak hal tentang masa lalunya. Apalagi dia membenci ayahnya, hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh anak seumur dia. “ Kak dorong kita hingga sampai ke langit” teriakan Xhaq
Haacchimmm! “ El kamu di mana sih?” ucap Sean sambil menyeka hidungnya yang merah karena bersin bersin sejak datang ke negara ini. Kemarin Sean secara implusif langsung berangkat tanpa melakukan persiapan terlebih dahulu. Ia melupakan bahwa di negara ini cuaca sangat dingin, dan ia tidak mempunyai banyak perlengkapan. Sudah beberapa hari ini dia berada di tempat ini namun ia tidak menemukan orang yang tengah ia cari. Bahkan Sean menyusuri tempat seperti orang yang tidak waras, entah kenapa Sean terlihat sangat bodoh, tidak mencerminkan seorang Ceo dari Perusahaan raksasa. “ Aku benar benar bodoh, bukan? Bagaimana bisa aku memutuskan pergi kenegara ini dari sekian negara tempat penguin hidup? Aku pergi tanpa persiapan sama sekali bahkan aku tidak menyelidiki terlebih dahulu ke negara mana dia pergi. harusnya juga waktu itu aku menanyakan negara mana yang dimaksud pada anak itu” monolog Sean di pesisir Pantai. Sambil menikmati harinya yang sangat melelahkan. Terkadan Sean berpikir
Hari ini adalah hari pertama si kembar masuk ke sekolah dasar Bale International School, sudah sejak semalam mereka bersemangat tidak sabar menunggu hari pagi datang. Pagi pagi sekali mereka sudah bangun dan mulai Bersiap siap dengan mengunakan seragam baju putih dengan bawahan hitam, tidak lupa dasi hitamnya. Sementara luarnya mereka mengunakan blazer warna merah marun. “ Kak, seragamnya keren ya berbeda di tempat kita yang lama. Kita terlihat seperti pangeran” ucap Xavir sambil berputar putar di depan kaca, sementara Xaquil masih mengaitkan dasi di lehernya. “ Hhhmm… dengan seragam ini kita terlihat seperti pria dewasa bukan?” ucap Xaquil menanggapi adiknya. “ Betul, aku tidak sabar untuk sampai di sekolah” ucap Xavier. Sementara di ruang sebelah ada Xhaqella tampak sangat cantik dengan seragam itu dengan jepit rambut kupu kupu bertengker di kepalanya. Setelah selesai Bersiap siap akhirnya ketiganya keluar kamar dengan tas ransel di punggungnya, El tersenyum melihat penampilan
Daren langsung melajukan mobilnya menuju sekolah kembar begitu selesai dari rapatnya. Untuk sementara waktu Daren yang akan mengantar jemput kembar. Ini Daren lakukan semata mata untuk melindungi El dari Sean. Ia tidak mau El disakiti oleh Sean sekali lagi. Apalagi beberapa waktu lalu Sean masih mengebu gebu mencari El. " Semoga anak anak tidak marah karena terlambat menjemput" monolog Daren sambil terus fokus menyetir. Tidak lama kemudian Daren menghentikan mobilnya di gerbang sekolah, ia langsung membuka kaca mobilnya. " Selamat siang pak.... " Tuan Daren! pasti mau menjemput si kembar kan? Sebentar saya panggilkan ya" Ucap penjaga sekolah saat tahu Daren yang datang. " Baiklah" Ucap Daren kemudian keluar mobil untuk menyambut ketiga keponakannya. Sementara itu, Ketiga anak kembar itu masih asik bermain di lapangan bola basket berlomba lomba memasukan bola kedalam ring yang sejak tadi susah untuk bisa masuk kedalam ring. Mereka akan tertawa jika gagal dalam memasukan bolanya.
Setelah memesan makanan untuk mereka dan juga pamannya sekalian, Xaquil langsung mengembalikan ponsel pamannya. Dan kembali ke sofa tempat kedua adiknya berada. “ Aku sedang memikirkan ini untuk ibu kita” ucap Xaquil membuka pembicaraan yang membuat kedua adiknya mengerutkan dahinya. “ Apa yang kamu pikirkan” ucap kedua adiknya kemudian langsung duduk di depan kakaknya karena penasaran apa yang akan kakaknya rencanakan. “ Ini hanya ide kakak, nanti kita sampaikan pada ibu apakah setuju atau tidak” ucap Xaquil. “ Ide apa yang kakak punya, jika itu memang baik untuk ibu aku akan mendukung kamu” ucap Xavier. “ Hum” Xhaqella menganggukan kepalanya. “ Aku terinspirasi dari pesan online seperti yang barusan kita lakukan, jadi kita minta ibu buka toko online saja. Bukankah itu lebih baik untuk dilakukan sekarang ini, jadi ibu tidak perlu capek capek buka toko setiap hari. Cukup dari rumah” ucap Xaquil meminta pendapat pada adik adiknya. Tapi alasan yang sebenarnya, karena ia tidak mau
El benar benar panik saat melihat Sean bersama dengan Joe berada di supermarket, apalagi mantan suaminya itu berjalan kearahnya. El melihat kedua anaknya yang berjalan mengikutinya setengah berlari karena menyamakan langkahnya. Melihat itu, El jadi merasa bersalah pada kedua anaknya. " Sayang biar ibu gendong ya" ucap El langsung menggendong Xavier dan Xaquil sekaligus mengunakan satu tangan, karena tangan kirinya sudah menggendong adik Perempuan mereka. El buru buru berjalan keluar dari supermarket, ia belum siap jika bertemu dengan Sean saat ini juga, apalagi ia membawa anak anaknya. Belum siap! Itulah yang El rasakan.Bagaimana jika Sean akan berusaha untuk mengambil anak anaknya? Sean adalah orang yang sangat egois, dia tidak akan mempertimbangkan perasaan El,apa yang dia inginkan maka akan menjadi miliknya. Bagaimanapun caranya. Sean adalah seorang yang sangat dominan. ‘Apakah itu Ayah? terlihat sangat mirip denganku! Aku senang tapi aku juga sedih ibu takut pada ayah, jika na
Malam harinya selepas bekerja Joe sedikit bimbang dengan apa yang dia lihat tadi sore saat bersama dengan Sean. Antara percaya atau tidak! " Aku harus memastikan sendiri dengan apa yang aku lihat tadi, tapi secepat itu kah atau itu bukan seperti yang aku lihat" batin Joe saat sudah sampai di apartemen miliknya. Sebenarnya sejak tadi di supermarket saat Sean mengatakan seperti diperhatikan oleh seseorang, Joe juga merasakan itu. apalagi tadi dirinya melihat seseorang yang berjalan terburu buru sambil mengendong anak, meskipun tidak begitu jelas tapi Joe sangat mengenali siapa pemilik punggung itu. Tadi Joe ingin memberitahukan pada Sean takut dia salah orang. Mau mengikutinya pun tidak bisa, takut Sean membuat keributan di tempat keramaian, yang itu akan membuat Sean semakin sulit. " Ya aku harus benar benar memastikan, apakah dia benar kembali kekota ini. Tapi anak siapa yang digendong tadi jika itu benar dia? apakah dia sudah punya keluarga?" Monolog Joe, kemudian langsung beran
“ Sudah berani Joe menutup telephoneku, sementara aku masih berbicara dengan dia! Lihat saja aku akan memberikan Pelajaran supaya dia tidak semena mena dengan bosnya. Dan kalau sampai aku mengetahui dia yang membantu Vio kabur, awas saja! Aku tidak akan melepaskan dia sedikitpun” geram Sean saat diabaikan oleh Joe untuk kesekian kalinya. Entah kenapa hari ini Sean merasa Joe sudah sangat keterlaluan mulai dari tadi pagi hingga sekarang semua yang Joe lakukan sangat mengesalkan. Sean sebagai bos tidak terima diperlakukan seperti itu oleh bawahannya. “ Lagian apa juga yang ingin disampaikan padaku, apakah dia sudah mengetahui orang yang membuat Vio kabur? Kenapa dia membuat teka teki yang sangat menyebalkan. Awas saja jika berita yang dia bawa tidak penting” Sean terus saja mengomel dan mengancam asistennya yang kini sedang dalam perjalanan. Joe pun sudah bisa memastikan jika bosnya pasti sedang kesal dengannya, namun untuk sementara Joe tidak memperdulikan itu, ia focus dengan jala