"Kena juga kau pria brengs*k. Rasakan itu! Ini baru awalnya saja ya dan setelah ini aku akan pastikan kau akan jatuh cinta lagi padaku," ~ "Hasna, kau kah ini?" Tiba-tiba saja Tomi berucap seperti itu membuat Maya mendongak menatap kaget."Tomi kamu apa-apaan, sih!" Keselnya sambil menepuk lengan Tomi, lalu Amira tersenyum bahagia."Maaf, ya, Mbak Amira suami saya ini emang agak sedikit ngawur orangnya," ucapnya kemudian. "Nggak papa kok, Mbak. Hm, kalo boleh saya tau kok, Anda ngomong kalau saya ini adalah Hasna? Emang siapa wanita itu?" Mendadak Tomi menjadi kikuk, ia bingung mau jawab apa."Wanita itu adalah istri mantan suami saya dulu, Mbak." Maya yang menjawab, sedangkan tomi, ia hanya bisa diam."Oh … Emm, apa wanita itu sangat cantik, ya? Kok, Anda segitunya melihat saya. Pasti mantan, Anda dulu secantik saya, ya?" "Oh, enggak, kok. Mantan istri suami saya dulu orangnya sangat jelek, jelek banget malah, mana bau, tukang jamu lagi. Makanya suami saya ceraikan wanita itu. Ma
Tiga jam sebelum Amira datang ke acara, ia mendapatkan chat yang dikirim Juki. Juki adalah orang bayaran yang akan menjadi bod*guard Amira. Juki diperintahkan oleh seseorang untuk memastikan bahwa Amira akan aman saja di sana. Namun sebelum Amira turun dari mobil ia mendapati seseorang yang sangat dikenalnya berada di hotel tempat dimana Amira hadir di acara tersebut.Senyum terbit di wajah Amira kala melihat Seseorang di sana. Buru-buru ia masuk kembali ke dalam mobil. Ia tak menyangka akan bertemu dengan mantan suaminya di sini. Terbesit di pikirannya untuk merencanakan sesuatu, ia pun pergi meninggalkan hotel tersebut untuk menemui seseorang yang sudah membantunya selama ini.~"Apakah hanya orang jahat saja yang akan balas dendam?" tanya Risa setelah mereka berada di suatu tempat."Tidak, tidak, tentu saja tidak. Keinginan untuk balas dendam adalah respon yang cukup natural ketika kita merasa dirugikan.""Ooh, gitu ya.""Jangan bilang, kamu sedang ngomongin kalau aku ini orang jaha
"May yang aku bilang tadi kalau aku cuma ingin memastikan kalau dia adalah Hasna." "Kalau perempuan itu Hasna, kau mau apa? Kembali lagi padanya?" "Bukan, May." "Lalu? ~ Maya duduk di tepi ranjangnya, melihat ke arah dinding dimana jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. "Kamu kemana sih Tomi?" Dia berdiri lalu berjalan dengan gelisah. Hampir tengah malam Tomi belum juga pulang. Maya beristiratip keluar dari kamar menuju ke ruangan TV. Di sana dia duduk di depan tv sambil mengambil sepuntung rokok lalu menghidupkannya dengan korek api. Iya menghisap rokok itu penuh penghayatan dan menghembuskannya secara kasar. "Awas saja kamu berani macam-macam padaku Tomi, tak segan-segan aku buang kamu dari sini," ucapnya dengan amarah lalu menghisap rokok itu kembali. Rokok yang ada di tengah-tengah jarinya sudah hampir habis. Tak berselang lama ia mendengar suara mobil Tomi datang. Sengaja dia tidak menyambut kedatangan suaminya itu seperti biasa. Tomi berjalan mengendap-endap menuju
"Nggak apa-apa kok, acaranya juga belum mulai. Soalnya aku lagi nungguin seseorang," ucapnya tapi melirik ke arahku dengan senyum yang kecil. Kenapa dia berkata tapi melihat ke arahku? Apa dia sedang menungguku? "Oh, siapa dia? Pacar, kamu ya?" "Bukan dia hanya masa lalu aku." Lagi-lagi dia melihat ke arahku sambil tersenyum. ~ Malam ini aku dan Maya siap-siap untuk pergi ke acara syukuran atas keberhasilan brand kosmetik siapa lagi kalau bukan Hasna eh, bukan tapi Amira. Ah entahlah aku pusing memikirkannya. Hari pertama aku bertemu dengannya di acara palentik kemarin, aku begitu kaget nama Hasna disebut. Terbesit dalam pikiranku kalau wanita itu adalah Hasna. Dan benar saja saat wanita itu maju ke depan untuk memperkenalkan diri, aku syok ketika melihat wajahnya yang mirip sekali dengan Hasna wanita yang ku cerai tiga tahun yang lalu. Namun yang bikin aku terperangah ketika melihat penampilan yang berubah drastis pada saat dia bersamaku dulu dan juga namanya. Penampilannya su
Aku menatap dalam-dalam pria yang ada di depanku ini. Wajahnya yang sangar dulu kini terlihat menyedihkan seperti tak memiliki kehidupan lagi.~Aku sangat berterima kasih padanya karena dia aku sudah mengubah duniaku menjadi seperti ini. Semua yang aku mau bisa kubeli dengan uangku sendiri dan itu butuh perjuangan sampai aku di titik ini.Perjuangan yang berat dan menyakitkan bila diingat. Perjuanganku sungguh luar biasa mungkin orang lain akan menyerah dan mungkin akan mengakhiri hidupnya karena tidak bisa menjadi sepertiku ini.Masa lalu yang kelam terusir dari rumah karena memiliki suami yang ringan tangan dan selalu di hina itu adalah makananku sehari-hari. Dua hari yang lalu aku diundang untuk menghadiri acara dimana acara itu mengundang para wanita karir dan itu termasuk aku.Sebenarnya aku tidak tahu kalau Tomi juga ada di acara tersebut. Aku kaget shock kenapa dia ada di acara itu.Mendadak aku punya ide yang bagus. Aku kembali ke rumah untuk menyusun rencana bersama temanku
Aku mengangguk setuju tak ku sangka cintaku diterima, semudah inikah menaklukkan wanita ini? Oh Tuhan ini seperti mimpi, dan semoga ini bukan mimpi. ~ Hatiku gelisah setiap kali aku melihatnya. Aku bahkan tak bisa melewati setiap detik dengan tenang. Beberapa kali melirik jam di tanganku, aku berharap waktu bisa berhenti berputar. Antara ada keraguan dan juga ada rasa penasaran dalam benakku. Oh, Tuhan tampak menyedihkan sekali hidupku ini. Aku berdiri jauh dari perempuan itu, sungguh aku benci pikiranku ini. Penilaianku lelaki dan perempuan itu sedang serius mengobrol apa mereka merencanakan sesuatu yang aku sendiri tidak tahu. Entahlah, namun, apa pentingnya aku memikirkan wanita itu. Wanita yang baru kutemui beberapa hari lalu. Sayangnya, tetap saja rasa gelisah ini tak bisa ku tepiskan. Aku bahkan berdiri lama di samping untuk mendengar percakapan mereka berdua. Menatap wajah wanita itu dari kejauhan, tak lagi sama seperti wanita yang ku kenal tujuh bulan yang lalu. Rambut kec
Aku melonjak kaget, nyaris tersedak jika air di mulut tak kutelan dengan benar. Lalu memelototi sosok yang berdiri di hadapanku. "Amira? ~ "Iya itu memang benar, kamu kan sudah menikah dan aku belum. Ya, jadi wajarlah, ya jika aku dekat dengannya. Kalau, kamu nggak suka ya kita akhiri saja hubungan gelap ini." "Tidak-tidak, aku tidak akan mengakhiri hubungan ini. Baiklah, tapi aku mohon jangan sampai di depanku ya, jika kalian bermesraan karena akan menyakiti hatiku." "Insyaallah, jika aku mengingatnya," jawabnya datar. Beberapa saat dia hanya diam lalu setelahnya seulas senyum tersungging di bibirnya. Entah senyuman itu berarti apa tidaknya bagiku, tapi di mataku tampak ada sesuatu yang di sembunyikan di balik wajahnya, dan itu aku tidak tahu."Baiklah, ayo sama-sama kita menjalin hubungan gelap ini tanpa ada yang mengetahuinya. Jadi apakah kita sudah bisa bersama malam ini?" Senyum Amira membuatku semakin bergair*h untuk mendapatkannya. Sekarang aku tak sulit mencari jalan unt
"Cerita tentang kakek dan keluargaku. Kenapa mereka bisa terpisah dan bagaimana wanita jalang itu bisa masuk ke dalam kehidupan keluarga besarku. Siapa mereka?"~Hari ini adalah misi ke dua untuk Amira. Misi pertama sudah ia lakukan dan sekarang waktunya dia mencari kebenaran lewat orang yang sudah dianggapnya sebagai orang tua sendiri.Dari sekian banyak orang yang sudah ia bayar untuk mencari keberadaan ayah kandung dan ibu tirinya hanya satu org yang tahu dimana keberadaan mereka. Itu pun bukan orang yang ia bayar melainkan orang yang paling dekat dengannya.Dan ternyata selama ini Amira tidak mengetahui kalau Darmi bekerja di rumah peninggalan kakeknya. Itu pun dia dapat info dari Sam dan Sam lah yang selama ini membantu dirinya. Ternyata almarhum kakeknya adalah sahabat dari orang tua Sam. Amira berdiri di depan bangunan megah di hadapannya. Sudah bertahun-tahun dia tidak pernah ke sini lagi. Sejak orang tuanya memutuskan untuk pergi ke rumah barunya. Dan sejak itu juga Amira t