Mengetahui hal tersebut membuat Almira pun semakin menangis dia tidak menyangka bahwa selama ini bapaknya menyembunyikan rasa sakit karena hinaan setiap orang, terlebih apa yang dialami oleh Almira pasti sangat membuat bapaknya terpukul dan tidak ada satupun orang tua yang mau membuat anaknya dekat dengan.Sembari menunggu pemeriksaan dokter terhadap ustadz kafi, Almira pun mencoba menenangkan diri di taman dekat Rumah sakit rasanya hatinya masih sangat hancur ketika tahu apa yang sebenarnya terjadi, andai saja Mungkin dia tahu sejak dulu Mungkin dia tidak akan lagi pernah membahas tentang ustazah Ali kepada kedua orang tuanya."Jangan terlalu dipikirkan, lebih baik sekarang kamu fokus pada kesembuhan bapakmu. "Sahut Adrian sembari memberikan sebuah tisu dan air minum untuk istrinya itu."Terima kasih banyak, tapi aku tidak butuh semangat darimu lebih baik kamu fokus aja sama diri kamu sendiri. "Jawab Almira yang masih tetap aja pada sang suami."Dalam kondisi bapakmu yang seperti in
Setelah acara pemakaman selesai, semua orang pun kembali ke rumahnya masing-masing suasana rumah Almira pun terasa hampa tanpa adanya seorang ayah di sampingnya, rasanya semua berbeda namun kita mengira harus bisa tegar dalam menghadapi semua ujian dalam hidupnya."Assalamualaikum, Almira "ucap seorang wanita yang berpakaian rapi didampingi dengan putrinya yang tidak lain adalah nyonya laudya mantan bos dari Almira."Waalaikumsalam, ibu laudya ibu bisa datang ke sini? "Tanya Amira yang merasa terkejut dengan kehadiran mantan bosnya tersebut."Saya tahu dari naswa, bawahi aku baru saja meninggal jadi saya menyempatkan diri untuk datang ke rumahmu karena saya tahu kamu adalah karyawan saya yang baik Amira Dan saya merasa bahwa saya masih ada tanggung jawab untuk peduli padamu." Jawab nyonya laudya."Ma, ayolah lebih baik kita pergi saja dari sini aku tidak mau lama-lama ada di rumah sumpek ini. "Kalau Naomi yang merasa kesal berlama-lama di rumah Almira."Kamu harus bersikap sopan ini r
Setelah semua tamu pulang dari rumahnya termasuk sahabatnya dan juga ustadz Ali, Almira pun langsung masuk ke dalam kamar mencari keberadaan suaminya Adrian."Ternyata kamu di sini. "Ucap Almira membuat Adrian pun langsung terbangun karena dia sangat lelah dalam acara pemakaman ayah mertuanya itu."Tumben sekali kamu mencariku Almira, biasanya kamu tidak pernah peduli padaku. "Jawab Adrian dengan senyuman."Aku tidak akan pernah peduli padamu mas, karena bagiku pernikahan kita tetaplah tidak ada cinta di dalamnya dan aku hanya ingin mempertanyakan satu hal apa hubunganmu dengan mbak Naomi anak dari nyonya laudya. "Almira seolah mengintrogasi suaminya itu."Naomi siapa?aku tidak mengenal dia memang kamu kata siapa aku mengenalnya?" Tanya kembali Adrian yang masih mengelak dengan pertanyaan sang istri namun dia sadar bahwa mungkin Almira tadi menaruh curiga tentang kedekatan dia dan juga Naomi."Berhenti berbohong seperti itu lagi pada aku mas, aku sadar bahwa saat aku pertama kali bert
"aku tetap tidak mau ditinggalkan bersama dengan mas Adrian Bu. "Almira pun mengatupkan kedua tangannya di hadapan Fitri, dan meminta agar dia tetap tinggal bersamanya di sini."Almira, ibu minta sama kamu jangan menjadi istri yang durhaka mau bagaimanapun kamu dan Adrian masih sah menjadi suami istri, ibu berharap bahwa kamu akan tetap menjadi wanita yang baik seperti dulu sesuai dengan apa yang bapak dan ibu ajarkan padamu. "Papar Fitri yang kembali membujuk Almira agar dia mau mengizinkan sang ibu untuk pergi pulang kampung."Ibu tenang saja, aku akan menjaga Almira kapanpun lagi pula sudah tanggung jawabku untuk selalu menjaga istriku. "Sahut Adrian menghampiri Almira dan juga Fitri yang tengah berbicara berdua di kamar."Kenapa kamu selalu saja ikut campur mas, kamu yang sudah membuat hidupku seperti ini sekarang aku harus dijauhi oleh ibuku sendiri dan ditinggal sendirian di rumah ini! "Ujar Almira yang justru tidak terima karena menganggap semua ini adalah kesalahan Adrian."Ja
Adrian perlahan membuka pintu kamar sang istri, ternyata Almira lupa menguncinya karena biasanya dia sangat cerewet dan juga tidak pernah mengizinkan siapapun untuk masuk ke dalam kamarnya. Adrian pun perlahan berjalan menuju tempat tidur sang istri melihat Amira yang tengah terbaring begitu sangat cantik dengan rambut yang terurai sejak menikah dengannya Almira menyesal menutup jawaban sehingga ada yang tidak pernah melihat istrinya membuka jilbab.Melihat kecantikan istrinya membuat Adrian pun langsung tergoda namun dia sadar, dia tidak bisa memaksakan kehendaknya jika Almira memang tidak mau dekat dengannya.Almira perlahan membuka mata, dia terkejut saat ada lelaki bertubuh kekar berdiri di hadapannya Almira pun tak beranjak dan langsung mencari jilbab yang memang telah disediakan di samping tempat tidurnya."Kenapa tidak mengetuk pintu dulu mas, kamu lancang masuk ke dalam kamarku ada seru "sentak Almira membuat Adrian pun merasa bersalah karena awalnya dia hanya ingin memastikan
Adrian kini banyak sekali perubahan dalam dirinya, laki-laki aja yang dulu mengandalkan harta kedua orang tuanya berubah menjadi laki-laki yang mandiri dan mulai bertanggung jawab pada dirinya dan juga Almira. Adrian sudah tidak lagi gengsi mengendarai motor peninggalan dari almarhum Bapak mertuanya, "Sekarang sudah kerja, tidak lagi jadi pengangguran dong. "Sahut salah satu tetangga Almira, membuat harianku langsung menggantikan motornya."Alhamdulillah Bu Saya sedang mencari pekerjaan baru semoga pekerjaannya bisa membuat saya menghidupi istri saya Almira." Jawab Adrian dengan senyuman."Halah, paling juga kerjanya tidak jelas lagi pula siapa yang mau menerima karyawan anak berandalan seperti kamu apalagi pernah memiliki masalah memalukan kampung orang saja! "Jawab wanita paruh baya tersebut menatap sini ke arah Adrian.Adrian tidak bisa membayangkan betapa sakitnya keluarga Almira setelah mendapatkan cacian dan makian yang terlontar dari mulut para tetangga setiap harinya karena k
Almira baru saja memejamkan mata, namun ketika ada suara ketukan pintu yang sangat keras dari luar rumahnya dia pun bergegas membukanya Karena dia pikir itu adalah Adrian sang suami."Ustadz kafi buka pintunya!" Teriak seorang laki-laki yang membuat Almira pun merasa takut, namun dengan penuh keberanian akhirnya dia pun membukakan.Pria bertubuh tinggi dan besar menatap tajam ke arah Almira dia yang sangat ketakutan mencoba untuk tetap tenang."Ada perlu apa ya pak? "Tanya Almira mencoba untuk menanyakan pada laki-laki tersebut."Mana ustadz Kafi?""Suruh bayar hutangnya!" Pria itu terus saja membuat Almira takut dia membentak dan menaikkan nada suaranya di hadapan Almira."Bapakku sudah meninggal, beberapa hari yang lalu ibu juga tinggal di luar kota jadi di sini tinggal aku sendiri putrinya. "Jawab Almira."Bapakmu memiliki hutang sebesar 100 juta rupiah, dan dia harus membayar hutang tersebut secepatnya! "Jawab tegas laki-laki tersebut seketika membuat Almira pun terbelalak lagi pa
Almira dan juga Adrian, berjalan menyusuri kampung yang selama ini dia tempati sejak kecil dengan hanya motor peninggalan Sang Bapak sekaligus segel tas yang berisikan baju-baju dia terus berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas. Almira terus menatap Adrian yang tetap disampingnya dia menitipkan Air Mata kalau mengingat Bagaimana sikapnya terhadap sang suami yang selama ini menikahinya itu sangatlah tidak baik, namun Adrian tetaplah di sampingnya dalam kondisi dan keadaan apapun bahkan dalam hal di mana semua orang seperti menjauhinya namun laki-laki itu tetap terus memberikan semangat agar Amira bisa melewati ini semua dengan baik.Almira pun berhenti berjalan, membuat Adrian kembali menengok ke belakang dia merasa mungkin Almira lelah karena harus berjalan jauh membawa tas berisikan baju-baju miliknya."Almira, apa kamu lelah?" Tanya Adrian menghampiri sang istri.Namun, belum sempat menjawab pertanyaan Adrian Almira pun menitipkan air mata dan langsung memeluk Adrian dengan erat.
Tidak terasa waktu cepat berlalu Almira pun kondisinya semakin membaik dia sudah diizinkan untuk pulang bersama dengan baiknya. Raut senyum bahagia tentu saja masih terpancar pada wajah Almira, Karena kini dia menjadi seorang ibu yang akan merawat putranya ditambah lagi dia akan menjadi seorang istri dari ustadz Ali laki-laki yang sudah melamar ya dan menunggu serta mencintainya secara diam-diam sejak lama.Tiga bulan berlalu, segala persiapan pernikahan ustad Ali dan Almira sudah dipersiapkan dengan baik tentu saja hal itu adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh ustad Ali karena sebentar lagi dia akan memperistri wanita yang selama ini dia cintai."Masya Allah kamu cantik sekali Almira sebentar lagi kamu akan menjadi istri dari ustad Ali hal yang paling membuatmu bahagia. "Ucap nila yang terus memuji sahabatnya di ruang pengantin.Seketika Amira pun langsung memeluk wanita berjilbab panjang itu karena nila adalah satu-satunya orang yang selalu ada dalam hidupnya dikala sedih maupun sen
Adrian. "Ucap Fitri yang tentu saja terkejut dengan kehadiran dari mantan besannya yaitu tuan mahrez."Ibu, maafkan papaku baru saja tiba dari Bandung. "Jawab Adrian dengan sedikit gugup tentu saja dia takut jika Fitri berprasangka tidak baik padanya apalagi memang sang papa yang terus bersikeras untuk merebut cucunya dari Almira."Apa kabar Tuan Mahrez?"tanya Fitri."Saya tidak mau basa-basi dengan anda, saya datang ke sini hanya ingin menemui cucuku." Jawab Tuan mahrez dengan ketus."Maaf ya Tuan tapi sepertinya Anda tidak pantas untuk menyebut cucu saya sebagai cucu Anda, jika ada masih menyombongkan diri anda di depan saya dan juga Putri semalam yang saya Almira apa aja tidak sadar apa yang sudah anda lakukan pada Putri saya?" Tanya Fitri dengan mata berbinar, tentu saja hal itu membuat Adrian pun semakin terluka karena baru saja dia mendapatkan maaf dari mantan Ibu mertuanya itu seketika kehadiran sang papah membuat suasana semakin tidak nyaman."Kamu pikir kamu itu siapa? Saya a
"Adrian." Panggil seorang pria dengan jas berwarna hitamnya yang tidak lain adalah tuan mahrez ayah Adrian."Papa, ngapain papa ada di sini dan kenapa papa bisa tahu bahwa Adrian sedang berada di rumah sakit? "Tanya Adrian menatap tajam ke arah sang papaku karena selama dia di Bandung dia memang tidak pernah sedikit mencerita pada Tuan mahrez tentang apa yang terjadi pada hidupnya termasuk kehamilan Almira."Aku yang beritahu semua pada Tuan Mahrez." Sahut Lusi yang tiba-tiba saja ada di belakang papanya."Kamu kenapa sih? Selalu saja ikut campur urusanku dengan Almira apalagi kamu sampai beritahu papaku tentang apa yang terjadi pada Almira. "Jawab Adrian menatap tajam ke arah Lusi wanita dengan hijab berwarna putih yaitu tentu saja selalu membuat Adrian merasa kesal."Cukup Adrian! Kenapa kamu tidak pernah berbicara sedikitpun pada papa bahwa selama ini Almira hamil anakmu Dan ternyata kamu memiliki keturunan darinya. "Ucap sang papa dengan raut wajah yang memerah menandakan kekesala
Waktu terus berlalu, kehamilan Almira semakin membesar dan kini kehamilannya menginjak 9 bulan, tinggal menghitung hari Almira dan Adrian akan menjadi orang tua dari seorang anak yang akan lahir dari rahim perempuan berhidung mancung dan berparas cantik itu.Adrian dan ustaz Ali pun sudah siap siaga untunglah Adrian mendapat kesempatan untuk bisa mendampingi Almira namun dibantu juga oleh Fitri sang Ibu, karena memang sudah tidak ada lagi ikatan di antara Almira dan juga Adrian sehingga wanita berjilbab panjang itu tidak mau jika membuat calon suaminya ustadz Ali merasa cemburu.Sudah sejak pagi, Almira memang sudah dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya karena dia selalu mengalami kontraksi palsu sehingga langkah tepat diambil oleh Fitri sang Ibu agar putrinya bisa melahirkan dengan tenang di rumah sakit. tentu saja itu juga dibantu oleh Andrian dan juga ustad Ali."Almira, aku akan selalu ada di samping kamu dan selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu dan juga jangan baikmu Aku har
Mendengar ucapan Almira, nila pun hanya terdiam dia tidak mungkin mencintai laki-laki yang pernah ada dalam hidup sahabatnya apalagi, dia dan Adrian juga baru saja saling mengenal."Almira, bagaimana rencana pernikahanmu dengan ustadz Ali? "Tanya nila penasaran."Alhamdulillah nila, hari ini aku bertemu dengan kedua orang tua dari mas Ali ternyata mereka setuju dengan pernikahan kami nanti, dan yang paling membahagiakan untukku adalah bahwa ternyata orang tua mas Ali adalah orang yang pernah aku tolong dulu. "Jawab Almira dengan senyuman."Masya Allah, ternyata memang Allah selalu melindungi kamu ya Almira dan selalu dipertemukan dengan orang-orang yang baik aku yakin ustaz Ali adalah laki-laki yang tepat untuk kamu nanti. "Ucap nila yang tentu saja merasakan kebahagiaan yang sama seperti apa yang Almira rasakan, karena akhirnya sahabatnya itu akan menjalani kehidupan baru bersama dengan laki-laki yang pernah dia cintai."Tapi ada satu hal, yang membuat perasaanku tidak enak. "Ucap Al
Adrian danila pun akhirnya sampai di rumah Almira, Namun ternyata justru mereka juga berpapasan dengan mobil ustad Ali yang baru saja pulang dari rumah sakit."Kenapa harus bertemu dia lagi sih, padahal aku pikir tidak akan pernah lagi bertemu dengannya. "Keluh Adrian."Ingat ya Mas, Ustadz Ali itu adalah calon suami Almira wajah saja jika dia sering datang ke rumah mungkin dia khawatir dengan kondisi Almira. "Ucap Nila membuat Adrian hanya diam saja."Aku tahu nih lah, tapi mereka kan hanya baru calon belum bisa menjadi suami istri seharusnya ustad Ali tidak datang ke rumah Almira. "Jawab Adrian yang seperti menahan kesal di hatinya.Nila pun langsung bergegas keluar dari mobil Adrian, tentu saja hal itu mengejutkan Almira dan juga Ustadz ali Bagaimana bisa mereka satu mobil berdua padahal Almira tahu bahwa nila tidak menyukai Adrian."Mas Adrian, Nila kalian kenapa bisa berdua datang ke sini? "Tanya Almira yang tentu saja penasaran, karena Nila pun belum berbicara banyak tentang Adr
"Nila, kamu bawa barang sebanyak ini mau pergi ke mana?" Tanya Adrian menghentikan langkah wanita berjilbab panjang itu."Mau ke rumah Almira, karena besok hari libur jadi aku mau menginap suatu hari di rumahnya. "Jawab nila dengan senyuman.Dia sudah bisa berteman baik dengan Adrian, walaupun masih ada kekesalan dalam dirinya atas sikap yang telah Adrian lakukan pada sahabatnya itu, namun nila memang tidak berhak ikut campur mengenai urusan rumah tangga antara Almira dan juga Adrian, dia menghargai Adrian kini sebagai temannya di pesantren."Aku boleh ikut tidak? "Tanya Adrian membuat Nila pun terdiam, karena itu artinya dia harus minta izin dulu pada Almira jika tiba-tiba saja nilai datang langsung membawa Adrian pasti Almira akan marah."Mas Adrian, lebih baik Mas Adrian pergi sendiri saja ya jangan sampai pergi di sama aku." Jawab nila yang menolak halus permintaan Adrian."Apa kamu lupa? Aku itu ayah dari anak yang dikandung oleh Almira, apa aku tidak berhak untuk menemui anakku
"maafkan aku Mas, kalau memang kehadiranku mengganggu acara Mas Ali dan juga Almira, lebih baik sekarang aku pamit saja pulang. "Sahut lusi yang memutuskan untuk keluar dari ruang rawat ibunya Ali.Almira pun perlahan menghampiri calon mertuanya itu, dia mencium punggung tangan wanita yang sedang terbaring lemah tersebut."Jadi kamu, wanita yang bernama Almira yang dicintai mati-matian oleh putraku Ali? "Tanya sang Ibu menatap sinis ke arah Almira."Iya Bu, namaku Almira Putri semata wayang dari Ustadz Kafi guru agama dari ustad Ali. "Jawab Almira dengan nada yang sangat lembut, walaupun awal pertemuan dia dengan ibunda Ali Almira sama sekali tidak mendapat perlakuan baik."Assalamualaikum. "Ucap sang ayah yang baru saja tiba di rumah sakit, membuat Ustadz Ali pun bernafas lega karena pasti kehadiran ayahnya bisa mencairkan suasana yang sangat dingin di antara calon istrinya dan juga ibunya itu."Almira, ternyata kamu wanita yang dicintai oleh putraku? "Tanya sang ayah mengejutkan Ali
Almira berdiri di depan cermin kamarnya. memandang perut buncitnya yang mulai terlihat usia kandungan yang sudah hampir masuk 6 bulan membuat dia pun sangat bahagia kini Almira sudah bisa menerima dengan ikhlas kehamilannya walaupun saat awal dia mengetahui bahwa dia tengah mengandung iya masih belum bisa terima semua ini tetapi untuk saat ini ia bisa menjalani hari-harinya sebagai calon ibu yang bahagia."Almira, Ayo makan kasihan anakmu. "Panggil Fitri dengan senyuman, kalau melihat putri semata wayang yaitu mulai tersenyum bahagia."Katanya Mas Ali mau jemput aku bu, Soalnya hari ini kan kita mau bertemu dengan ibunya di rumah sakit. "Jawab Almira yang mencoba merapikan gamis berwarna merah yang dia kenakan.Apapun yang Amira pakai memang selalu terlihat cantik, wanita berkulit putih dan berhidung mancung itu selalu tampil mempesona walau sedang hamil dia tidak terlihat lusuh, mungkin aura kecantikannya saat dia hamil semakin terlihat sehingga membuat siapapun pasti sangat menyukai