"Dasar nggak tahu balas budi! Turunkan aku sekarang juga!"Sasha sangat marah. "Kamu! Kamu barusan panggil aku apa?!"Jojo berteriak, "Nenek bilang, kamu itu cuma numpang hidup di keluarga kami! Aku dan kamu bukan saudara lagi! Kamu dan perempuan munafik itu, sama-sama tikus got! Kami nggak sudi satu kelas sama tikus!"Anak-anak yang mengikuti Jojo langsung menutup hidung mereka."Sasha! Cepat turunkan Tuan Jojo!""Sasha bau banget! Jijik!""Mamaku bilang aku nggak boleh ngobrol sama Sasha, dia sudah nggak pantas lagi sekolah bareng kita!"Sasha menggertakkan gigi sambil mengangkat tangan satu lagi. Jojo menyadari Sasha akan menamparnya, lalu buru-buru teriak pada teman-temannya."Tolong aku, cepat!"Namun, tak ada satu pun yang berani maju membantu Jojo.Nadya bersandar pada motornya, mengangkat ponsel dan merekam saat Sasha mengangkat Jojo dengan satu tangan.Dia melihat Sasha mengangkat tangan satunya, hendak menampar wajah Jojo. Senyum lebar merekah di wajah Nadya.Pukul! Ayo pukul
Pelan-pelan, kepala Sasha tertunduk, sepuluh jarinya meremas ujung bajunya. Dia tak merasa dirinya salah, tapi karena tindakannya, Mama jadi kena imbas.Dengan satu tangan di bahu Sasha, Wanda berdiri kokoh menjadi penopang yang tak terlihat. "Putriku nggak memukul siapa pun.""Ada, kok!" Jojo berteriak, melambaikan tangan dan menunjuk ke arah Sasha."Sasha memukulku! Perempuan jahat! Kamu berat sebelah! Kamu buta ya, sampai nggak lihat aku dipukul?!"Wanda bersikeras, "Aku minta rekaman kamera pengawas di gerbang sekolah diperiksa! Justru murid yang memfitnah dan menjebak orang lain, itu yang patut dihukum!"Tatapan Wanda pada Jojo seperti melihat orang asing.Kepala Sekolah mengangkat tangan. "Kameranya rusak. Dan anak bernama Jojo itu, sudah tiga tahun berturut-turut jadi bintang sekolah. Dia murid terbaik di Sekolah Genta Raya. Aku percaya pada ucapannya."Kepala Sekolah lalu bertanya pada para orang tua yang hadir, "Apakah kalian tadi melihat Sasha memukul Jojo?"Banyak orang tua
Sekretaris berlari kecil sambil memeluk map arsip."Ini arsip sekolah milik Sasha."Sang kepala sekolah menerima arsip itu, lalu langsung melemparkannya ke lantai.Kedua tangannya disilangkan di belakang punggung, wajahnya dingin tanpa belas kasihan.Menyingkirkan gadis ini dari Sekolah Genta Raya, juga merupakan keinginan Bu Mitha.Tadi malam, Bu Mitha bahkan meneleponnya secara khusus.Karena Sasha sudah memakai nama keluarga Jinata, Bu Mitha tak mau lagi membiayai anak dari keluarga lain.Dia ingin segera memindahkan Sasha dari sekolah ini, takut cucu kesayangannya ikut terpengaruh dan menjadi nakal.Wanda berjongkok, memungut arsip sekolah milik putrinya.Melihat ibunya membungkukkan badan, air mata mengalir deras dari mata Sasha.Wanda mengusap debu di map arsip itu, lalu menoleh ke arah putrinya sambil tersenyum lembut dan penuh keteguhan."Sasha, jangan takut. Kamu nggak ada hubungannya lagi dengan arsip bernama Raisha Ferdian ini. Yang terjatuh di lantai memang Raisha Ferdian,
Kepala Sekolah benar-benar kebingungan. Kenapa tiba-tiba ada begitu banyak wartawan di gerbang sekolah?Mereka semua mengerubungi Wanda. Apakah Wanda yang memanggil para wartawan?Akan tetapi, dia kan cuma seorang perempuan yang diusir dari keluarga Ferdian. Mana mungkin dia punya kuasa sebesar itu untuk memanggil wartawan?Kepala Sekolah bingung. "Aku nggak menerima pemberitahuan wawancara, loh! Astaga! Semua itu tadi ... cuma akting! Apa yang kalian rekam tadi, nggak sungguh-sungguh terjadi!"Kepala Sekolah pun tersenyum ramah ke arah wartawan wanita bertubuh mungil itu."Nona, silakan masuk! Aku sendiri yang akan mengajakmu berkeliling sekolah dan menjelaskan sejarah Sekolah Genta Raya!"Wartawan wanita itu sama sekali tak menanggapi Kepala Sekolah. "Kami bukan datang untuk mewawancaraimu. Kami hanya nggak tahan melihat kelakuanmu!"Kepala Sekolah makin bingung. "Lalu kalian ke sini, sebenarnya mau apa?"Begitu dia selesai berbicara, wartawan wanita bertubuh mungil itu bergegas lari
"Maaf, apakah ini putri Anda?""Ya, dia putri saya. Namanya Sasha, Marisha Jinata."Sang reporter tampak terkejut. "Oh, dia mengikuti nama keluarga Anda?"Wanda mengangguk. "Betul.""Kalau begitu, suami Anda ...."Wanda tersenyum cerah. "Saya sudah bercerai. Mantan suami saya nggak layak untuk disebut lagi."Seorang reporter bertanya pada Sasha, "Dik Sasha, kamu mau kami wawancarai?"Sasha mengangguk, "Mau, dong."Reporter perempuan bertubuh mungil bertanya, "Tadi kenapa kamu menarik kerah baju anak laki-laki itu?""Soalnya dia melarang teman-teman main sama aku! Bahkan teman yang paling dekat pun dilarang bicara sama aku! Aku kesal banget!"Sasha menatap telapak tangannya. "Aku juga nggak menyangka, bisa angkat Jojo dengan mudah, dia ringan banget!"Barusan, kamerawan dari HCTV melihat Sasha mengangkat Jojo begitu saja, dan dia sangat terkejut."Dik Sasha, boleh nggak aku taruh kamera di lantai? Coba kamu angkat ya."Kamera profesional itu beratnya paling tidak dua puluh kilogram.Kam
"Aku sudah pikirkan dengan matang." Wajah Wanda penuh ketegasan. "Meskipun sekarang kamu berubah pikiran dan mengizinkan anakku kembali ke Sekolah Genta Raya, bagiku, kamulah racun dan borok terbesar di sekolah ini!""Aku nggak akan biarkan putriku belajar di bawah kepemimpinanmu!"Di hadapan para reporter, Wanda sama sekali tak memberi ampun.Wajah sang kepala sekolah silih berganti memucat dan memerah, napasnya pun ikut terengah karena gejolak di dadanya.Dia menunjuk Wanda dan berkata pada para reporter, "Kalian semua lihat, 'kan? Wanda sendiri yang nggak mau anaknya tetap di Sekolah Genta Raya, bukan aku yang mengusir! Jangan sampai kalian salah tulis berita!"Karena terlalu banyak kendaraan yang parkir di depan gerbang sekolah, ada mobil orang tua murid dan mobil para media, tak ada yang sadar ketika ada beberapa mobil van yang datang belakangan.Di dalam salah satu mobil, Kepala Dinas Pendidikan, Pak Baldi tersentak sadar. Dia memandang keluar jendela, melihat gerbang sekolah yan
"Pak Lukman, ini aku sudah bawakan arsipmu."Terdengar suara pria yang rendah dengan nada serius.Semua orang serentak menoleh ke belakang.Ketika melihat Pak Baldi datang bersama rombongan, Kepala Sekolah terkejut sampai tubuhnya menegang. Kali ini, Pak Baldi membawa banyak orang ke Sekolah Genta Raya.Melihat iring-iringan sebesar itu, Kepala Sekolah segera menyambut mereka."Pak Baldi, angin apa yang membawa Anda ke sini?"Kepala Sekolah ingin menjabat tangan Pak Baldi, namun yang diterimanya justru sebuah map arsip cokelat dari tangan pria itu.Nama Kepala Sekolah tertulis jelas di map arsip tersebut."Pak Baldi, apa maksudnya ini?"Pak Baldi memberi perintah dengan suara berat, "Bawa arsipmu, dan angkat kaki dari Sekolah Genta Raya!"Tangan Kepala Sekolah gemetar, map arsipnya jatuh ke lantai.Kakinya mulai lemas, tubuhnya hampir tidak bisa berdiri tegak."Pak Baldi ... saya salah apa ...."Kepala Sekolah melirik ke arah Wanda, lalu buru-buru berkata, "Kalau ini soal murid bernama
Saat Wanda diterima masuk Institut Teknologi Mandala, Pak Baldi masih menjabat sebagai Sekretaris Administrasi di sana.Dia adalah salah satu siswa yang paling diandalkan oleh Baldi saat itu. Umurnya baru 14 tahun, dan demi meringankan beban keluarga angkat, diam-diam dia mencari kerja sambilan dengan memalsukan usia.Pak Baldi menemukannya dan memberinya nasihat. Beliau menyuruh Wanda fokus belajar, karena dengan kemampuannya, dia bisa memperoleh kekayaan yang bahkan tak pernah dia bayangkan sebelumnya.Saat Wanda melanjutkan kuliah doktoral di Universitas Jinggara, Baldi juga baru saja mendapat promosi.Pria itu berdiri di gerbang kampus Institut Teknologi Mandala, melambaikan tangan pada Wanda."Wanda Lesmana, sampai di sini aku bisa mengantarmu. Aku tahu kamu akan mencapai puncak yang bahkan tak bisa aku capai. Saat kamu berdiri di sana, menatap puncak lain dari atas gunung, aku akan bertepuk tangan untukmu."Enam tahun kemudian, mereka kembali bertemu. Kali ini Baldi datang dikeli
Bocah lelaki kecil yang dibesarkan dengan sepenuh hati oleh keluarga Ferdian ini sudah sering melihat tokoh penting dan acara besar. Namun, saat dia berdiri di samping pintu mobil Corona dan menyapa Luna, jantung Jojo berdebar kencang karena gugup.Namun, orang yang duduk di dalam mobil itu tidak memberi respons."Luna?"Jojo berjinjit, mendongakkan kepala, dan penasaran mengintip ke dalam mobil.Nadya turun dari mobil dan melihat ayah dan anak keluarga Ferdian berdiri di depan pintu Corona, dia langsung merasa terancam.Nadya berjalan dengan langkah lebar. "Kamu Luna, ya? Namamu sudah sering kudengar. Katanya, kamu juga bisa naik motor besar? Aku juga pembalap motor. Gimana kalau kita adu satu lawan satu?"Karena Harvey kalah dari Luna, Nadya ingin membantunya membalas kekalahan itu.Luna adalah pembalap profesional, tetapi Nadya tahu Luna juga bisa mengendarai motor.Tetapi sepertinya, kemampuan Luna di motor tidak sekelas profesional.Apalagi setelah balapan off-road tadi, stamina L
Saat Corona mencapai garis finish, Wanda masih agak linglung.Kedua tangannya menggenggam setir, seluruh tubuhnya belum sepenuhnya bereaksi."Luna! Kamu menang!!"Wanda menoleh dengan terpana. Dia melihat Andre yang telah melepas helmnya, mata indahnya yang mencolok itu berkilau dengan senyum secerah bintang.Dia mengulurkan tangan, melepaskan helm Wanda, dan rambut hitam wanita itu terurai seperti sutra.Wanda berusaha menstabilkan napasnya yang masih memburu setelah olahraga ekstrem itu.Dia menengadah, dan di mata Andre yang jernih seperti kaca, hanya tercermin dirinya seorang."Luna, selamat datang kembali!" Bagi Andre, dia adalah harta berharga."Kamu selalu jadi juara di hatiku!" Nada Andre terdengar sangat yakin. Dia masih belum sepenuhnya pulih dari euforia kecepatan yang begitu menggairahkan. Dadanya naik turun, dan suhu di dalam kabin mulai meningkat.Wanda menatapnya dan bertanya dengan serius, "Sejak aku melihat Corona, aku sudah penasaran, dari mana kamu tahu kalau aku ada
Andre menelusuri seluruh jalur off-road di dalam benaknya. Dia tersenyum tipis, pancaran semangat berkilau di matanya."Jalur di depan cukup stabil, Luna, terus melaju sekuatnya!"Corona yang tidak menyalakan lampu, melaju kencang dalam kegelapan. Dia sepenuhnya mempercayai Andre, dan akhirnya menerobos gelap itu, menyambut cahaya.Suara gemuruh mobil balap makin mendekat, orang-orang yang menunggu di garis finish pun menegakkan leher mereka.Setelah mobil-mobil memasuki zona hitam, layar besar di belakang tribun penonton juga menjadi gelap gulita.Hal ini menciptakan rasa penasaran bagi semua orang.Tidak ada yang tahu, mobil mana yang akan pertama kali menerobos keluar dari zona hitam dan masuk ke jalur normal.Jojo berdiri menginjak pagar, matanya menatap tajam ke kejauhan di tengah angin dingin.Tiba-tiba, sebuah mobil balap hitam pekat muncul di hadapan semua orang, layar besar pun ikut menyala, dan sorak-sorai serta teriakan penonton menggema di tribun.Itu Corona!Corona yang pe
"Tangki penuh, belok kiri.""Kanan tiga, jalan menurun, kurangi gas!"Meskipun Wanda sudah berusaha menghafal lintasan off-road lewat peta rute, sebagai pembalap, tidak mungkin punya waktu untuk berpikir dalam kecepatan tinggi.Di saat seperti inilah, Andre menjadi otaknya.Andre memberikan instruksi dengan singkat dan tegas. Lintasan off-road yang rumit di Gunung Elok tergambar sebagai model 3D dalam pikirannya.Dia seperti duduk di depan papan catur, memantau seluruh medan sebagai sang pengendali, menunjukkan arah bagi Wanda."Harvey! Tancap gas!"Nadya melihat Harvey mempercepat laju mobil, dia pun berseru penuh semangat.Peta rute yang digunakan oleh navigator sudah lama dia lupakan, entah sudah dibuang ke mana.Dia hanya duduk di kursi penumpang, sekadar menemani Harvey.Harvey juga tidak butuh Nadya sebagai navigator. Dia selalu hanya percaya pada penilaiannya sendiri.Dia juga pernah ikut merancang dan mendesain lintasan balap di Gunung Elok. Dia paling tahu betapa rumitnya kond
Nadya duduk di dalam mobil Harvey dengan tenang dan percaya diri. Dia tersenyum tipis sambil menatap dua mobil balap yang makin mendekati Corona.Para anak muda dari keluarga kaya yang ikut lomba ini juga mengandalkan taktik.Dengan begitu banyak peserta, untuk meraih kemenangan, beberapa mobil harus rela jadi tumbal.Di balik helm yang berat, mata Wanda yang jernih sama sekali tidak menunjukkan ketegangan atau rasa takut.Dia dengan sigap memindahkan gigi, roda kanan mobil terangkat ke udara!Andre merasakan pandangannya tiba-tiba naik tinggi!Matanya membelalak, jantungnya menghentak kuat dalam dada.Ini ... berkendara dengan satu sisi!Roda depan dan belakang di sisi kanan mobil benar-benar terangkat, seluruh mobil balap itu melaju cepat dalam posisi miring 45 derajat.Pengemudi salah satu mobil yang ingin menjepit Corona, merasakan bayangan hitam menutupi tubuhnya.Anak orang kaya yang duduk di kursi penumpang menoleh, dan melihat sisi jendela mereka. Yang tampak hanyalah kolong mo
Harvey tidak terlalu terpaku pada menang atau kalah dalam pertandingan ini. Dia bukan pembalap profesional, dia mengendarai Black Hole di lintasan sebagai bentuk penghormatan pada mendiang Nancy di alam baka.Andre duduk di kursi penumpang mobil Corona, dan melihat Wanda menatap "Black Hole" tanpa berkedip."Kenapa?"Wanda mengedipkan mata. Dia mengenakan helm, jadi Andre tidak bisa melihat ekspresinya saat itu."Aku nggak suka mobil itu."Suara Andre terdengar santai dan sembarangan. "Kalau kamu juara satu, kamu bisa pilih tiga mobil dari garasi Harvey. Nanti, kamu pilih Black Hole dan kirim ke tempat rongsokan."Wanda tertawa karena ucapannya, awan mendung yang menyelimutinya pun sirna.Dulu, di garasi keluarga Ferdian, dia tertarik pada "Black Hole". Dia mendapati pintunya tidak terkunci, lalu membuka pintu dan duduk di kursi pengemudi.Saat dia menyentuh interior mobil, Harvey langsung menariknya keluar.Saat itu, dia sedang mengandung dua anak, perutnya membuncit, dan dia jatuh te
Setelah Andre mengatakan bahwa dia mengajak Luna, Nadya terus-menerus tersenyum palsu."Pantas saja dulu dijuluki pembalap wanita nomor satu di Harindaya, gayanya selangit!"Nadya berkata dengan nada bercanda, tetapi di dalam hati memaki.Luna sudah pensiun lima enam tahun, tetapi masih merasa dirinya ratu dunia balap."Dia nggak akan kalah." Tatapan Andre menyapu semua orang yang hadir, berhenti sejenak pada Harvey, lalu senyumnya makin dalam. "Di antara kalian, tidak satu pun yang bisa mengalahkannya!"Andre berbalik dan berjalan menuju mobil Corona.Nadya menyilangkan tangan di dada, berteriak ke arah punggung Andre, "Kalau Luna nggak bisa juara satu, pinjamkan Corona ke aku buat main-main ya!"Melihat Andre berhenti melangkah, Nadya tampak puas.Andre berbalik, wajahnya yang tampan dan memesona langsung berubah dingin, angin gunung berembus dan membuat bulu kuduk Nadya meremang."Kodok jelek menguap."Dia bahkan malas melirik Nadya."Apa maksudmu?" Nadya tidak mengerti. Orang-orang
Andre berkata, "Aku sedang terluka, jadi khusus menyewa seorang pembalap profesional."Begitu melihat Andre, Jojo seperti tikus melihat kucing, langsung bersembunyi di belakang Harvey.Balapan di Gunung Elok ini memang balapan amatir, tetapi karena diorganisir oleh kalangan elite tertinggi Jinggara, dari segi lokasi, hadiah, hingga staf, semuanya kelas atas.Anak-anak konglomerat yang ikut balapan ini menghabiskan ratusan miliar dalam setahun untuk memodifikasi mobil balap berperforma tinggi, jadi wajar kalau mereka juga menyewa pembalap profesional.Hanya dengan begitu, mereka punya peluang masuk tiga besar.Bagi anak-anak orang kaya ini, menang dan mendapat peringkat itu soal harga diri.Tentu saja, supaya merasa lebih terlibat, mereka biasanya duduk di kursi penumpang depan sebagai navigator pembalap.Orang-orang yang hadir di Gunung Elok ini semua dikenal oleh Wanda.Namun, selama tujuh tahun menikah dengan Harvey, dia tidak pernah tahu kalau pria itu juga ikut balap off-road.Semu
Begitu kencang, begitu putih ....Empat kata itu tiba-tiba muncul di benak Wanda.Andre menoleh dan menatapnya.Tatapan matanya seolah-olah bisa menembus isi hati Wanda.Wanda langsung merasa seperti ketahuan sedang berbuat curang!Wajahnya memerah. Dia buru-buru melangkah mendekat dan berkata, "Biar aku bantu."Di dalam hati, Andre tertawa puas.Tidak sia-sia sejak Wanda masuk ke kamar mandi, dia berulang kali berpura-pura menuangkan obat ke punggung sendiri, lalu saat Wanda melirik, dia sengaja menjatuhkan obat ke celananya.Wanda mengambil botol obat dari tangannya, mencelupkan kapas dan mengoleskan perlahan ke luka di punggung pria itu.Dokter yang menjahit luka di punggungnya sangat terampil. Kalau bukan karena bekas luka yang masih tampak kemerahan, tidak akan ada yang tahu kalau dia pernah terluka."Maaf."Wanda berkata dengan tulus, "Kamu sudah menyelamatkan Sasha, aku belum sempat mengucapkan terima kasih yang layak."Setelah berkata begitu, dia tersenyum dan bertanya pada And