"Ah!" Nadya menjerit kesakitan dari belakang Harvey.Harvey menoleh dan melihat Nadya terjatuh ke tanah.Dengan rambut berantakan, dia mendongak, menatap Harvey dengan mata penuh harap."Kak Harvey ...."Di benaknya, muncul bayangan yang tak bisa terhapus. Saat itu, Nancy Ferdian yang masih berusia 18 tahun memanggil-manggil namanya di tengah kobaran api.Harvey melangkah ke arah Nadya dan membantunya berdiri.Nadya naik ke mobil Harvey, menahan kegembiraan yang nyaris terlihat di wajahnya."Terus, gelang ini mau diapakan?"Nadya bertanya sambil membuka telapak tangannya."Buang saja." Suara pria itu sangat dingin, hampir tanpa emosi."Oke!" Nadya menjawab dengan santai, lalu berpura-pura melemparnya ke luar jendela.Namun, pergelangan tangannya berputar, dan tanpa ketahuan, dia menyelipkan gelang itu ke dalam sakunya sendiri.....Rumah keluarga Ferdian, di ruang kerja.Pria tampan itu duduk di balik meja, sedang membaca rekam medis Wanda.Pandangannya berhenti pada tulisan "penggugur
Cakra menyadari kalau suasana hati Andre sedang sangat baik. "Dapat klien besar, ya?""Hmm."Cakra penasaran dan terus bertanya, "Seberapa besar kliennya sampai bisa bikin Bos senang banget?"Andre menjawab, "Kalau kasus ini menang, aku bakal pulang kampung buat nikah."Semua pengacara langsung melotot kaget.Andre itu terkenal di lingkaran elite Kota Jinggara sebagai lajang emas, alergi perempuan, dan kebal cinta.Karena profesinya, baik pria maupun wanita, tidak ada yang berani main-main sama dia. Siapa pun yang mencoba bermain kotor dengannya, pasti akan berakhir di pengadilan atau kantor polisi.Seluruh ruang rapat langsung heboh. Kasus dan klien seperti apa yang begitu luar biasa, sampai membuat Andre memutuskan untuk memulai babak baru dalam hidupnya?....Tak lama setelah Wanda menunggu, manajer dari Perusahaan Sekuritas Sentosa pun meneleponnya."Aku punya dana 120 miliar, mau aku masukkan ke pasar saham."Manajer itu kaget. "Seratus dua puluh miliar? Kalau begitu, Nona Wanda h
"Baik, aku mengerti."Harvey hendak menutup telepon, tetapi kemudian bertanya dengan santai, "Kok Wanda bisa hubungi kamu?"Pak Hendra menjawab dengan hormat, "Pak Andre yang memperkenalkan saya dengan Nona Wanda."Mata Harvey agak menyipit. Tatapannya yang hitam dan tajam diselimuti kegelapan. "Andre Setiadi?"Pak Hendra mengangguk. "Benar, Andre Setiadi."Harvey tidak berkata apa-apa. Namun, aura dingin perlahan memancar dari wajah tampannya.....Saat Wanda kembali ke rumah keluarga Jinata, para pelayan sudah menyiapkan makan malam.Dia sudah bercerai. Jadi, dia harus membicarakan hal ini dengan orang tuanya.Wanda terlebih dahulu membawa Sasha ke atas untuk berganti pakaian. Setelah Sasha mencuci tangan, dia menggandeng anak itu keluar dan bertemu dengan ayah serta ibunya."Anak Ibu sudah pulang." Ibunya, Sinta Tanujaya, bersandar di dada ayahnya, Sandy Jinata, dipeluk bagai seorang putri.Wajah Sinta mungil seperti boneka, membuatnya tampak seperti wanita berusia tiga puluhan, pad
Wanda tersenyum. "Sampah yang aku buang banyak sekali. Ambillah sepuasmu."Kalaupun Nadya telanjang dan berbaring di ranjang Harvey, itu tetap tidak akan membangkitkan sedikit pun amarah dalam diri Wanda.Dia hanya akan menonton dengan tenang saat Nadya jatuh ke dalam kehancuran.Mengetahui bahwa gelang Nadya diberikan oleh Harvey, Sandy justru merasa lega. Ini membuktikan bahwa Nadya masih bisa menggenggam hati Harvey.Di meja makan, Sandy langsung mengarahkan kemarahannya pada Wanda."Pak Harvey menceraikan kamu itu pasti karena kamu berbuat salah dan bikin dia marah! Ayah kasih tahu ya, cepat rujuk kembali sama dia! Nggak ada wanita cerai di keluarga Jinata! Memalukan sekali! Janda beranak di usia tiga puluh, siapa yang mau sama kamu nanti?"Wanda makan dengan tenang, sesekali memperhatikan cara Sasha makan."Ayah, kenapa nggak tanya dulu alasanku cerai dengan Harvey?""Alasan apa? Kamu nggak bisa mempertahankan suami! Kamu tahu nggak, pernikahan dengan keluarga Ferdian adalah hasil
"Aaaah!!" Sinta menjerit ketakutan dengan suara memilukan.Saat meja bundar terbalik, Sandy segera menggendong Sinta dan mundur beberapa langkah dengan panik.Melihat itu, Wanda buru-buru mengangkat Sasha dan berlari ke dapur terdekat."Huuu! Sandy, aku takut banget!" Sinta melingkarkan kedua lengannya erat-erat di leher Sandy.Sandy menepuk-nepuk bahunya dengan lembut. "Sinta, jangan takut. Biar aku tampar mereka berdua, pasti langsung diam dan patuh!"Tubuh Sinta langsung menegang ketakutan.Sementara itu, Nadya tersenyum lebar.Sejak Wanda kembali ke keluarga Jinata, dia belum pernah dipukuli oleh Sandy, bukan?Sungguh pemandangan yang menarik untuk melihat Sandy memukul putri dan cucunya sendiri!"Wanda! Keluar kamu!" Sandy berjalan menuju dapur sambil membuka gesper sabuknya.Dia menarik sabuk itu dengan gerakan terlatih, seperti seorang sipir penjara yang berpengalaman.Saat itu, sosok Wanda muncul di pintu dapur.Di tangannya tergenggam sebilah pisau tajam.Dia membiarkan Sasha
"Mama, apa tadi aku berbuat salah? Seharusnya aku nggak membalik meja itu." Dia masih terlalu kecil, selalu merasa bahwa dialah penyebab dia dan Wanda diusir dari keluarga Jinata.Wanda pun bertanya padanya, "Kalau dikasih kesempatan lagi, apa kamu tetap akan membalikkan meja?"Sasha mengangguk tanpa ragu. "Aku mau melindungi Mama."Wanda tersenyum lembut. "Sasha, kamu sudah lakukan apa yang kamu bisa. Kamu pahlawan Mama.""Mama pahlawan Sasha!" Sasha menyandarkan diri ke dalam pelukan Wanda.Mendapat pujian dari Wanda, mata Sasha berbinar. Dia berkata dengan agak malu, "Tapi, aku pakai banyak tenaga. Aku jadi nggak seperti anak perempuan.""Kamu terlahir sebagai anak perempuan, tapi anak perempuan bisa macam-macam. Nggak ada yang menentukan bahwa anak perempuan harus seperti apa."Wanda merangkul Sasha ke dalam pelukannya. "Sasha, kamu punya kekuatan luar biasa, kamu bisa lindungi diri kamu sendiri. Mama bahagia dan bangga sama kamu. Kalau seorang gadis terlalu lemah, dia cuma bisa be
Dengan wajah masam, dia membenamkan diri ke dalam bak rendam, menahan panas yang menyengat.Dia sudah berkali-kali memberi tahu pelayan, suhu air harus 40,3 derajat.Aromaterapi di kamar mandi harus dinyalakan sepuluh menit sebelum dia masuk. Harvey bersandar pada bantal kulit di tepi bak mandi dan menyadari bahwa pencahayaan di kamar mandi juga tidak diatur dengan baik."Cih." Wanda tidak pernah melakukan kesalahan dalam masalah kecil seperti itu selama tujuh tahun.Harvey menarik napas dalam-dalam. Dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa dalam beberapa hari lagi, Wanda akan segera pulang.....Keesokan paginya, Wanda mengambil ponselnya dan melihat pesan dari Pak Hendra.[Nona Wanda, kamu yakin ingin menginvestasikan 120 miliar seluruhnya ke pasar saham?]Wanda membalas, [Aku yakin. Tolong beli segera setelah bursa dibuka.][Baik.]Pak Hendra mengingatkan, [Asal jangan menyesal saja.]Wanda membuka laptop dan menjalankan program analisis tren saham yang dia buat sendiri.Berdasarkan per
"Harvey?"Nadya menyadari bahwa ujung telinga Harvey memerah. Wajah pria itu saat ini menampilkan ekspresi yang belum pernah dia lihat sebelumnya."Apa yang diteriakkan Kak Wanda di ponsel tadi?"Ekspresi pria itu sulit ditebak. "Dia masih terus cari gara-gara denganku."Bahkan Harvey sendiri mulai ragu, apakah yang baru saja memakinya itu benar-benar Wanda?"Mungkin Kak Wanda sudah menopause." Nadya tertawa. "Konon, wanita yang pernah melahirkan cepat menua."....Setelah meluapkan amarahnya dan menutup telepon, Wanda menyerahkan ponselnya kepada manajer komunitas.Manajer itu langsung membeku di tempat.Wanda melambaikan tangannya. Manajer itu buru-buru menerima ponsel tersebut lalu berlari pergi, seolah-olah takut jika berlama-lama, dia juga akan dimaki.Saat ini, Wanda hanya ingin segera meninggalkan Vila Segara Nirwana. Dia pun mengajak Sasha, "Mau ikut Mama menjenguk dosen Mama?""Mau!"Sebelum berangkat ke rumah keluarga Setiadi, Wanda menelepon Andre lebih dulu.Dia mampir ke t
"Andre, kamu!" Nadya yang ada di sana berseru tidak percaya.Matanya berputar, lalu dia tersenyum dan bertanya, "Kamu tertarik pada kakakku sebagai pribadi, atau tertarik karena dia adalah istri Harvey?""Kak Wanda dan Kak Harvey masih dalam proses bercerai. Apa kamu pikir ini kesempatanmu untuk menikmati hubungan gelap tanpa takut banyak disalahkan?"Nadya tampak seolah-olah sudah melihat isi hati Andre.Saat itu, seluruh ruang rawat seperti ruang pendingin. Tekanan dari tubuh Harvey membuat Jojo sampai gemetar.Mata Andre yang seperti lukisan tinta tipis, diselimuti hawa dingin."Kamu habis dari pameran lukisan ya? Soalnya wajahmu penuh warna banget."Nadya, "Aku ....""Luar biasa, masih ada yang berani mengeluarkan isi hatinya dengan jujur."Wajah Nadya memucat. Dia membalas dengan malu, "Kamu bicarakan dirimu sendiri, ya!""Kamu paling paham, ya?" Andre tersenyum memandang Harvey. "Kamu terus bersama perempuan seperti ini, nggak heran kalau Wanda mau cerai sama kamu."Andre berkata
Sasha terpaku di tempat, seluruh dirinya bingung. Jiwanya yang kecil terguncang hebat.Apakah dia yang salah?Kalau saja dia menurut dan ikut Ayah kembali ke keluarga Ferdian, Om Andre pasti tidak akan terluka.Tetapi, orang yang menembakkan anak panah ke arahnya adalah Jojo, yang memiliki darah yang sama dengannya.Padahal mereka dulu sangat akrab.Lambat laun, karena perbedaan fisik, sikap Jojo padanya makin buruk.Dia menyadari, di keluarga Ferdian, hanya Mama yang memperlakukan dia dan Jojo dengan adil. Papa pun lebih memihak Jojo."Jojo! Meskipun kamu minta maaf, aku tetap nggak akan maafkan kamu!" Sasha berteriak.Dia bertanya pada Harvey, "Papa, boleh nggak ... aku berhenti jadi anak Papa? Gimana caranya supaya aku bisa nggak kembali ke keluarga Ferdian selamanya?"Dia ingin melepaskan diri dari belenggu, tetapi dia tidak tahu harus bagaimana.Wajah Harvey seolah-olah dibekukan oleh es setebal 90 cm."Sasha Ferdian! Nama belakangmu Ferdian! Kamu selamanya tetap anakku! Bagian da
Jojo ketakutan sampai matanya berkaca-kaca karena aura mengerikan dari Harvey.Nadya buru-buru menenangkan. "Jojo, kamu dan Sasha itu kakak-adik kandung, Sasha pasti akan maafkan kamu!"Nadya menoleh ke arah Harvey, nadanya santai sambil menggoda. "Aku selalu merasa Andre itu mukanya ramah, tapi kepribadiannya lebih dingin dari kamu. Dia sampai rela berkorban demi orang lain, langka banget ya ...."Nadya memperpanjang nada akhirnya, lalu berkata lagi, "Tadi aku lihat Kak Wanda turun dari mobilnya Andre. Sejak kapan mereka sedekat itu?""Eh! Harvey, tunggu aku!"Nadya melihat Harvey berbalik pergi, jelas-jelas tidak mendengarkan omongannya.Dia buru-buru mengejar pria itu.....Di rumah sakit, Andre dibawa masuk ke ruang operasi.Dia menelungkup di atas meja operasi, lalu berkata pada dokter bedah utama, "Tambahkan dua nol di tagihan operasiku, biar nanti aku tagih ke Harvey si kulit kerang!"Dokter bedah itu kenal baik dengannya. Sambil membuka pakaiannya dengan pisau bedah, dia menggo
Andre mengeluh, "Kalau harus tunggu ambulans, darahku bisa habis duluan. Pak Harvey, kamu mau lihat aku mati, ya!"Situasi Andre gawat, Wanda tidak mau lagi berdebat dengan Nadya."Turun! Jangan banyak omong, nggak usah cerewet!""Kalau sampai kecelakaan ...."Kalimat Nadya belum selesai, tiba-tiba dia merasa ada tekanan tak kasatmata menyelimuti seluruh tubuhnya. Saat tatapannya bertemu dengan Wanda, bulu kuduknya langsung berdiri. Duduk di atas motor, dia nyaris tidak bisa berdiri tegak.Nadya belum pernah merasakan aura semengerikan itu dari Wanda.Hatinya terasa waswas."Kak Wanda, aku sarankan kamu jangan nekat.""Cengeng banget. Itu bukan gaya kamu, Nadya!"Nadya manyun. Kalau Wanda mau cari mati, dia tidak melarang. Semoga sekalian jatuh menelungkup, hidung dan gigi remuk semua!Nadya turun dari motor.Wanda mengulurkan tangan padanya, "Kasih aku kunci motornya."Nadya melempar kunci begitu saja, Wanda menangkapnya dengan mantap.Wanda berkata pada Fabian, "Kak, tolong antar Sas
"Andre!!" Wanda berseru kaget.Sasha yang dipeluk Andre belum menyadari apa yang baru saja terjadi.Andre bertanya dengan cemas, "Sasha, kamu terluka nggak?"Sasha menatap Andre dengan mata bulat bening, lalu menggeleng pelan.Dia bangkit dari tanah, dan baru sadar ada anak panah logam di punggung Andre.Mata Sasha membelalak, dia menarik napas dingin.Dia menoleh dan melihat Jojo di kejauhan yang secara refleks menyembunyikan busur mekanik di belakang tubuhnya.Sasha mengenali anak panah itu. Itu yang diberikan Nadya pada Jojo!Harvey juga tidak menyangka Jojo akan melakukan hal seperti itu. Wajahnya seolah-olah membeku oleh hawa dingin.Dibandingkan fakta bahwa putranya melukai orang, dia lebih terguncang oleh tindakan nekat Andre yang melindungi Sasha.Kedua tangan Harvey mengepal kuat."Jojo, ke sini kamu!"Jojo langsung gemetar. Dia ketakutan. "Aku cuma mau bantu Papa. Sasha nggak mau nurut!"Sasha menatap Jojo. Bahunya bergetar. Jojo sekarang terasa begitu asing baginya.Harvey m
Di depan pintu kelas, belasan pengawal mengepung Fabian. Harvey berdiri di bawah tangga, auranya kuat dan menekan. Dia menatap Fabian seakan-akan dewa yang tinggi di langit sedang memandang semut di kakinya."Sasha, ke sini, ikut Papa pulang!"Nada suara Harvey penuh paksaan. Saat Sasha melangkah ke arah Fabian, dia sudah kehilangan kesabaran terhadap putrinya.Sasha menggeleng pada Harvey, "Aku mau pulang sama Om Fabian."Harvey tertawa dingin. "Dia bisa bawa kamu ke mana? Apa dia punya rumah? Sasha, kalau kamu ikut dia, kamu cuma akan tidur di jalan!""Sasha!" suara Wanda terdengar.Sasha melihat Wanda dan melambaikan tangan dengan gembira.Dia dan Fabian masih dikepung pengawal yang dibawa Harvey, jadi dia belum bisa menghampiri Wanda."Mama!"Wanda merasa sedih sekaligus bersalah. "Maaf ya, Mama ada urusan mendesak. Sasha, Mama janji, mulai sekarang Mama nggak akan pernah biarkan kamu menunggu di TK sendirian lagi."Sasha mengerti. "Aku tahu, Mama punya urusan penting. Urusan itu b
Setelah tujuh tahun berlalu, Wanda kembali duduk di kursi pengemudi Corona.Seolah-olah jutaan sel dalam tubuhnya hidup kembali, bangkit seiring deru mesin yang menggelegar.Tubuh Wanda bergetar halus. Dia bisa mendengar detak jantungnya yang mengentak hebat. Dia merasa seperti hidup kembali!Andre duduk di kursi penumpang, menikmati entakan cepat dan kuat saat mobil melaju kencang.Hari ini, Corona berbeda dari biasanya. Di tangan Wanda, mobil itu kembali hidup."Mau ngebut sepuasnya juga nggak apa-apa. Kalau kena tilang, biar aku yang bayar."Wanda menekan gejolak dalam hatinya. "Nggak perlu, kalau ditilang karena ngebut, SIM-ku yang bakal kena poin."Corona melesat di jalan raya, suara raungannya membuat para pejalan kaki menoleh."Barusan itu apa yang lewat?""Burung walet ya? Sekejap saja langsung lewat di depan mukaku.""Musim begini mana ada burung walet! Menurutku, itu setan!"Para pejalan kaki di sisi jalan mulai ramai berdiskusi.Di jalan, Wanda kembali berpapasan dengan seke
Jojo tidak tahan untuk mengeluh."Jojo!"Suara Nadya terdengar, dan Jojo langsung melesat pergi."Kak Nadya! Kok kamu telat!""Karena aku pergi belikan ini buat kamu!"Nadya mengeluarkan sebuah busur panah mekanik dari belakang punggungnya."Wah!" Mata Jojo langsung berbinar melihat busur panah mekanik berwarna hitam pekat itu.Nadya sangat puas. Dia tahu Jojo menyukai benda-benda seperti ini, sementara Wanda bahkan tidak mengizinkan Jojo menyentuh busur panah mekanik."Dengan busur mekanik ini, kamu pasti terlihat gagah, 'kan!"Jojo tidak sabar mengambil busur itu, lalu bergaya memanah dengan keren."Kak Nadya, anak panahnya mana! Kasih aku anak panahnya!"Nadya memberinya satu ember anak panah logam yang runcing dan indah.Jojo begitu menyukai anak panah logam yang dingin itu, tidak bisa melepaskannya dari tangan. "Akhirnya bukan panah plastik lagi! Kak Nadya, aku benar-benar suka banget sama kamu!""Anak laki-laki memang harus bermain dengan busur dan anak panah asli yang punya daya
Wanda duduk di kursi penumpang depan. Tubuhnya terasa canggung dan tidak tahu harus bersikap seperti apa."Mobil ini ....""Tujuh tahun lalu, aku membelinya di lelang Christie's. Demi mendapatkan mobil ini, aku langsung 'menyalakan lentera langit.'"Yang dimaksud 'menyalakan lentera langit' adalah istilah dalam dunia lelang, artinya tidak peduli berapa pun harga yang ditawar orang lain, si penyalanya akan selalu menawar lebih tinggi.Menyalakan lentera langit berarti si pembeli sangat berambisi untuk mendapatkan barang lelang tersebut.Mobil balap "Corona" ini, pada lelang tujuh tahun lalu, mencetak rekor harga yang mengguncang dunia.Wanda tersenyum. "Ternyata kamu orang yang membelinya."Dia mengulurkan tangan, menyentuh bodi mobil itu dengan penuh nostalgia."Kamu tahu mobil ini dulunya adalah ...."Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, Andre langsung menyambung,"Aku tahu, kamu pemilik pertama Corona."Dia bukan hanya tahu, dia juga pernah menyaksikan sendiri Wanda mengendarai