Seolah-olah ada tali tak kasatmata yang menjerat leher Wanda, membuatnya kehilangan napas.Tony mengenakan pakaian rumah dari katun linen berwarna biru tua. Tubuhnya kurus kering, rambutnya seluruhnya putih, dan punggungnya membungkuk.Wanda membuka mulut, secara refleks ingin memanggil "Pak Tony", tetapi dia sadar dirinya sudah lama kehilangan hak itu.Dia tidak pantas.Seketika, penglihatannya menjadi kabur."Kakek, halo!"Suara kekanak-kanakan Sasha terdengar, seperti angin musim semi yang membawa hujan. "Apa Kakek ini Kakek Tony Setiadi yang sering disebut-sebut Mama? Seorang pendidik luar biasa, ilmuwan matematika terkemuka, yang ilmunya luas seperti lautan?"Tony menatap Sasha yang bulat dan menggemaskan. Ekspresi dinginnya mulai goyah."Putrimu?"Wanda buru-buru mengiyakan, "Ya, putriku, Sasha."Seseorang di samping berseru dengan penuh semangat, "Pak Tony, soal yang Bapak buat berhasil dia pecahkan!"Tony tercengang sejenak, lalu melangkah menuju ruang samping. Wanda memperhati
Tony mengernyit dalam-dalam, kata-kata "memalukan dan tidak senonoh" nyaris keluar dari mulutnya."Kenapa kamu jadi seperti ini?"Andre memang mengenakan pakaian, tetapi dengan tampilannya sekarang, dia terlihat lebih menggoda daripada tidak mengenakan apa pun!Alis tebal Tony berkedut hebat."Kena hujan," jawab Andre ringan.Andre menyisir rambut basah di dahinya ke belakang.Dari sudut pandang Wanda, profil samping Andre tampak sempurna dengan proporsi rasio emas.Hidungnya yang tinggi menyerupai seluncuran, memikat hati siapa pun yang melihatnya. Sisi wajahnya yang menghadap Wanda menampilkan lesung pipi yang dalam, makin menarik perhatian.Tony, yang ditopang oleh Andre, tidak tahan mengangkat tangan untuk menutupi matanya.Dia butuh kacamata hitam, karena cahaya yang dipancarkan putranya terlalu menyilaukan!"Ayah, biar aku bantu Ayah berbaring di tempat tidur, jangan memaksakan diri!""Memaksakan diri apanya?" Yang jelas-jelas memaksakan diri itu kamu! Kamu bahkan sudah berubah j
"Ayah, pelan-pelan!"Andre tidak menghindar, membiarkan dirinya dipukul tongkat oleh Tony.Tony menggunakan tongkatnya untuk menusuk pakaian Andre yang menempel di pinggangnya."Bisa nggak kamu lebih menjaga harga diri?! Sungguh memalukan! Apa kamu kerasukan siluman rubah? Kamu! Kamu! Kamu! Kenapa malah menggoda orang lain?!""Ssst! Pelankan suara Ayah!" Andre buru-buru mengingatkan."Aku harus pelan? Kamu pikir ini sesuatu yang bisa dibanggakan?" Tony merasa harga dirinya sebagai orang tua sudah hancur.Namun, Andre justru berkata, "Kalau sampai terdengar orang, bagaimana aku bisa terus menggoda dia?"Tony langsung memutar matanya, hampir pingsan karena kesal.....Wanda mengambil beberapa buku komik untuk Sasha, lalu meminjam kertas dan pensil warna dari pelayan.Sasha sangat tenang. Dia bisa duduk diam membaca dan menggambar selama berjam-jam."Permisi, Pak Tony minta aku mengerjakan soal ujian yang dibuatnya."Setelah memastikan Sasha nyaman, Wanda meminta selembar soal Olimpiade M
Para mahasiswa bimbingan Tony segera mengerumuni. Sebagian besar wajah mereka memancarkan ekspresi ingin tahu, seperti menanti drama dimulai."Hah! Lihat cara dia menulis ini ...." Seorang mahasiswa berkacamata bingkai hitam mulai mengejek baris demi baris rumus di bawah soal.Namun, begitu matanya menyapu lembar jawaban dengan cepat, kata-kata yang ingin diucapkannya mendadak tersangkut di tenggorokan."Dia ... dia berhasil membuktikannya!!"Pembuktian Wanda lebih sederhana dan mudah dipahami dibanding miliknya. Mahasiswa itu hampir saja menepuk dahinya sendiri. Kenapa tidak terpikir olehnya untuk menggunakan metode ini?!"Mana mungkin! Hanya karena dia menulisnya, bukan berarti itu benar!"Seorang mahasiswa lain merebut kertas dari tangannya. Yang lainnya pun langsung menjulurkan leher, menatap langkah-langkah pembuktian Wanda. Sesaat, tidak seorang pun mampu berkata-kata.Bukan hanya cepat, Wanda juga berhasil membuktikan semua soal yang diberikan oleh Tony!Beberapa mahasiswa pria
"Aku menantikan Kakak berkompetisi dengan kami di kompetisi ini!""Kalau peringkatnya di bawah, itu baru seru," ejek mahasiswa berkacamata bingkai hitam."Kompetisi Matematika ALI nggak membatasi partisipasi orang luar, jadi banyak yang mengisi lembaran kosong. Setiap tahun, ada banyak nilai nol dalam daftar peringkat, dan nama serta identitas peserta akan diumumkan.Kakak harus siap mental, ya!"Wanda tetap tersenyum. "Kalau peringkatku lebih tinggi dari kamu, kamu harus pakai kaos 'Aku lebih rendah dari Wanda Jinata di Kompetisi ALI’ selama seminggu, bagaimana?"Ini bisa dibilang, penghinaan terbesar bagi siswa elite yang terbiasa hidup di lingkungan aman dan serba teratur.Harus diketahui, dia harus mengenakan kaos itu di kampus Universitas Jinggara.Semangat mahasiswa berkacamata bingkai hitam itu untuk berkompetisi terpicu oleh Wanda. "Oke! Aku kasih tahu, aku nggak minta kamu lebih rendah dari peringkatku. Kalau kamu di luar 200 besar, kamu nggak boleh datang ke rumah Pak Tony da
Melihat Andre menggendong Sasha, Fabian membuka pintu mobil dan turun.Tinggi badan Fabian hampir 190 cm. Dengan tubuh kekar dan besar, kaos oblong hitam yang dikenakannya terangkat oleh otot-otot yang jelas terlihat."Berikan padaku."Fabian mengulurkan tangannya kepada Andre, garis otot di lengannya terlihat sangat jelas.Andre hanya bisa menyerahkan Sasha kepada Fabian.Fabian menggendong Sasha dengan satu tangan, berbalik dan berkata pada Wanda, "Ayo."Wanda berpamitan dengan Andre, kemudian naik ke mobil Fabian.Fabian meletakkan Sasha di kursi belakang mobil, menutup pintu mobil, dan ketika menuju kursi pengemudi, pandangan tajamnya melintas ke arah Andre.Andre mengabaikan Fabian, dan hanya menatap lembut ke Wanda. "Hati-hati di jalan."Sudut bibirnya terangkat, membentuk senyum yang tidak terlalu akrab, malah terkesan agak jauh.Andre memandang mobil jeep itu sampai menghilang.Fabian melirik ke kaca spion, "Tadi itu siapa?""Anak Pak Tony, Andre."Fabian terdiam sejenak. "Aku
Dia mengangkat lengannya. Wanda baru saja ingin mengingatkan Sasha untuk sedikit mengurangi kekuatan, tetapi Sasha sudah melayangkan pukulan.Pelatih tinju itu langsung terlempar, kehilangan keseimbangan dan jatuh ke lantai, pikirannya kosong."Kak, apa kamu baik-baik saja?" Sasha segera berlari ke sisi pelatih.Pelatih itu merasa seperti dirinya diangkat dengan kekuatan besar.Dia memegangi dadanya, terus batuk, dan Sasha menepuk pelan punggungnya."Hoek!"Sarapan yang belum dicerna keluar dari mulut pelatih itu dan menyebar di lantai."Tsk!" Fabian mendengus dingin, menunjukkan ekspresi jijik.Wanda segera mengambil tongkat pel dan membantu membersihkan lantai.Tak jauh dari situ, seseorang sedang merekam Wanda dengan ponselnya.Dia mengirim video itu kepada Nadya."Ini kakakmu yang norak itu, 'kan?"Nadya menatap video di ponselnya, memandangi cukup lama, kemudian tertawa.Dia berbalik dan masuk ke ruang VIP. Pintu ruangan itu terbanting keras, menarik perhatian sekitar sepuluh pria
"Tsk." Harvey meletakkan ponselnya dengan tidak senang. Wanda masih saja bersitegang dengannya."Aduh! Jangan stres gara-gara urusan Kak Wanda lagi!"Nadya langsung melingkarkan lengannya ke leher Harvey dan menepuk-nepuk dadanya dengan santai.Tidak ada penolakan dari pria itu.Nadya tetap bergelayutan di tubuh Harvey saat mereka kembali ke ruang VIP.Para putra keluarga terpandang di dalam sedang membahas tentang kenaikan harga saham hari ini."Kudengar dari sumber tak resmi, dua hari lalu keluarga Ferdian menginvestasikan 120 miliar di Perusahaan Sekuritas Sentosa."Bocah-bocah konglomerat ini memang sangat cepat menyerap informasi, transaksi belasan digit antara Wanda dan Perusahaan Sekuritas Sentosa tidak bisa mereka lewatkan.Banyak tatapan langsung tertuju pada Harvey.Harvey tertegun sejenak. Di dalam hatinya, dia merasa Wanda hanya kebetulan beruntung.Dia duduk dengan santai di kursi, lalu berkata dengan tenang, "Istriku lagi beruntung saja."Dia bahkan curiga, apakah saat Wa
"Andre, kamu!" Nadya yang ada di sana berseru tidak percaya.Matanya berputar, lalu dia tersenyum dan bertanya, "Kamu tertarik pada kakakku sebagai pribadi, atau tertarik karena dia adalah istri Harvey?""Kak Wanda dan Kak Harvey masih dalam proses bercerai. Apa kamu pikir ini kesempatanmu untuk menikmati hubungan gelap tanpa takut banyak disalahkan?"Nadya tampak seolah-olah sudah melihat isi hati Andre.Saat itu, seluruh ruang rawat seperti ruang pendingin. Tekanan dari tubuh Harvey membuat Jojo sampai gemetar.Mata Andre yang seperti lukisan tinta tipis, diselimuti hawa dingin."Kamu habis dari pameran lukisan ya? Soalnya wajahmu penuh warna banget."Nadya, "Aku ....""Luar biasa, masih ada yang berani mengeluarkan isi hatinya dengan jujur."Wajah Nadya memucat. Dia membalas dengan malu, "Kamu bicarakan dirimu sendiri, ya!""Kamu paling paham, ya?" Andre tersenyum memandang Harvey. "Kamu terus bersama perempuan seperti ini, nggak heran kalau Wanda mau cerai sama kamu."Andre berkata
Sasha terpaku di tempat, seluruh dirinya bingung. Jiwanya yang kecil terguncang hebat.Apakah dia yang salah?Kalau saja dia menurut dan ikut Ayah kembali ke keluarga Ferdian, Om Andre pasti tidak akan terluka.Tetapi, orang yang menembakkan anak panah ke arahnya adalah Jojo, yang memiliki darah yang sama dengannya.Padahal mereka dulu sangat akrab.Lambat laun, karena perbedaan fisik, sikap Jojo padanya makin buruk.Dia menyadari, di keluarga Ferdian, hanya Mama yang memperlakukan dia dan Jojo dengan adil. Papa pun lebih memihak Jojo."Jojo! Meskipun kamu minta maaf, aku tetap nggak akan maafkan kamu!" Sasha berteriak.Dia bertanya pada Harvey, "Papa, boleh nggak ... aku berhenti jadi anak Papa? Gimana caranya supaya aku bisa nggak kembali ke keluarga Ferdian selamanya?"Dia ingin melepaskan diri dari belenggu, tetapi dia tidak tahu harus bagaimana.Wajah Harvey seolah-olah dibekukan oleh es setebal 90 cm."Sasha Ferdian! Nama belakangmu Ferdian! Kamu selamanya tetap anakku! Bagian da
Jojo ketakutan sampai matanya berkaca-kaca karena aura mengerikan dari Harvey.Nadya buru-buru menenangkan. "Jojo, kamu dan Sasha itu kakak-adik kandung, Sasha pasti akan maafkan kamu!"Nadya menoleh ke arah Harvey, nadanya santai sambil menggoda. "Aku selalu merasa Andre itu mukanya ramah, tapi kepribadiannya lebih dingin dari kamu. Dia sampai rela berkorban demi orang lain, langka banget ya ...."Nadya memperpanjang nada akhirnya, lalu berkata lagi, "Tadi aku lihat Kak Wanda turun dari mobilnya Andre. Sejak kapan mereka sedekat itu?""Eh! Harvey, tunggu aku!"Nadya melihat Harvey berbalik pergi, jelas-jelas tidak mendengarkan omongannya.Dia buru-buru mengejar pria itu.....Di rumah sakit, Andre dibawa masuk ke ruang operasi.Dia menelungkup di atas meja operasi, lalu berkata pada dokter bedah utama, "Tambahkan dua nol di tagihan operasiku, biar nanti aku tagih ke Harvey si kulit kerang!"Dokter bedah itu kenal baik dengannya. Sambil membuka pakaiannya dengan pisau bedah, dia menggo
Andre mengeluh, "Kalau harus tunggu ambulans, darahku bisa habis duluan. Pak Harvey, kamu mau lihat aku mati, ya!"Situasi Andre gawat, Wanda tidak mau lagi berdebat dengan Nadya."Turun! Jangan banyak omong, nggak usah cerewet!""Kalau sampai kecelakaan ...."Kalimat Nadya belum selesai, tiba-tiba dia merasa ada tekanan tak kasatmata menyelimuti seluruh tubuhnya. Saat tatapannya bertemu dengan Wanda, bulu kuduknya langsung berdiri. Duduk di atas motor, dia nyaris tidak bisa berdiri tegak.Nadya belum pernah merasakan aura semengerikan itu dari Wanda.Hatinya terasa waswas."Kak Wanda, aku sarankan kamu jangan nekat.""Cengeng banget. Itu bukan gaya kamu, Nadya!"Nadya manyun. Kalau Wanda mau cari mati, dia tidak melarang. Semoga sekalian jatuh menelungkup, hidung dan gigi remuk semua!Nadya turun dari motor.Wanda mengulurkan tangan padanya, "Kasih aku kunci motornya."Nadya melempar kunci begitu saja, Wanda menangkapnya dengan mantap.Wanda berkata pada Fabian, "Kak, tolong antar Sas
"Andre!!" Wanda berseru kaget.Sasha yang dipeluk Andre belum menyadari apa yang baru saja terjadi.Andre bertanya dengan cemas, "Sasha, kamu terluka nggak?"Sasha menatap Andre dengan mata bulat bening, lalu menggeleng pelan.Dia bangkit dari tanah, dan baru sadar ada anak panah logam di punggung Andre.Mata Sasha membelalak, dia menarik napas dingin.Dia menoleh dan melihat Jojo di kejauhan yang secara refleks menyembunyikan busur mekanik di belakang tubuhnya.Sasha mengenali anak panah itu. Itu yang diberikan Nadya pada Jojo!Harvey juga tidak menyangka Jojo akan melakukan hal seperti itu. Wajahnya seolah-olah membeku oleh hawa dingin.Dibandingkan fakta bahwa putranya melukai orang, dia lebih terguncang oleh tindakan nekat Andre yang melindungi Sasha.Kedua tangan Harvey mengepal kuat."Jojo, ke sini kamu!"Jojo langsung gemetar. Dia ketakutan. "Aku cuma mau bantu Papa. Sasha nggak mau nurut!"Sasha menatap Jojo. Bahunya bergetar. Jojo sekarang terasa begitu asing baginya.Harvey m
Di depan pintu kelas, belasan pengawal mengepung Fabian. Harvey berdiri di bawah tangga, auranya kuat dan menekan. Dia menatap Fabian seakan-akan dewa yang tinggi di langit sedang memandang semut di kakinya."Sasha, ke sini, ikut Papa pulang!"Nada suara Harvey penuh paksaan. Saat Sasha melangkah ke arah Fabian, dia sudah kehilangan kesabaran terhadap putrinya.Sasha menggeleng pada Harvey, "Aku mau pulang sama Om Fabian."Harvey tertawa dingin. "Dia bisa bawa kamu ke mana? Apa dia punya rumah? Sasha, kalau kamu ikut dia, kamu cuma akan tidur di jalan!""Sasha!" suara Wanda terdengar.Sasha melihat Wanda dan melambaikan tangan dengan gembira.Dia dan Fabian masih dikepung pengawal yang dibawa Harvey, jadi dia belum bisa menghampiri Wanda."Mama!"Wanda merasa sedih sekaligus bersalah. "Maaf ya, Mama ada urusan mendesak. Sasha, Mama janji, mulai sekarang Mama nggak akan pernah biarkan kamu menunggu di TK sendirian lagi."Sasha mengerti. "Aku tahu, Mama punya urusan penting. Urusan itu b
Setelah tujuh tahun berlalu, Wanda kembali duduk di kursi pengemudi Corona.Seolah-olah jutaan sel dalam tubuhnya hidup kembali, bangkit seiring deru mesin yang menggelegar.Tubuh Wanda bergetar halus. Dia bisa mendengar detak jantungnya yang mengentak hebat. Dia merasa seperti hidup kembali!Andre duduk di kursi penumpang, menikmati entakan cepat dan kuat saat mobil melaju kencang.Hari ini, Corona berbeda dari biasanya. Di tangan Wanda, mobil itu kembali hidup."Mau ngebut sepuasnya juga nggak apa-apa. Kalau kena tilang, biar aku yang bayar."Wanda menekan gejolak dalam hatinya. "Nggak perlu, kalau ditilang karena ngebut, SIM-ku yang bakal kena poin."Corona melesat di jalan raya, suara raungannya membuat para pejalan kaki menoleh."Barusan itu apa yang lewat?""Burung walet ya? Sekejap saja langsung lewat di depan mukaku.""Musim begini mana ada burung walet! Menurutku, itu setan!"Para pejalan kaki di sisi jalan mulai ramai berdiskusi.Di jalan, Wanda kembali berpapasan dengan seke
Jojo tidak tahan untuk mengeluh."Jojo!"Suara Nadya terdengar, dan Jojo langsung melesat pergi."Kak Nadya! Kok kamu telat!""Karena aku pergi belikan ini buat kamu!"Nadya mengeluarkan sebuah busur panah mekanik dari belakang punggungnya."Wah!" Mata Jojo langsung berbinar melihat busur panah mekanik berwarna hitam pekat itu.Nadya sangat puas. Dia tahu Jojo menyukai benda-benda seperti ini, sementara Wanda bahkan tidak mengizinkan Jojo menyentuh busur panah mekanik."Dengan busur mekanik ini, kamu pasti terlihat gagah, 'kan!"Jojo tidak sabar mengambil busur itu, lalu bergaya memanah dengan keren."Kak Nadya, anak panahnya mana! Kasih aku anak panahnya!"Nadya memberinya satu ember anak panah logam yang runcing dan indah.Jojo begitu menyukai anak panah logam yang dingin itu, tidak bisa melepaskannya dari tangan. "Akhirnya bukan panah plastik lagi! Kak Nadya, aku benar-benar suka banget sama kamu!""Anak laki-laki memang harus bermain dengan busur dan anak panah asli yang punya daya
Wanda duduk di kursi penumpang depan. Tubuhnya terasa canggung dan tidak tahu harus bersikap seperti apa."Mobil ini ....""Tujuh tahun lalu, aku membelinya di lelang Christie's. Demi mendapatkan mobil ini, aku langsung 'menyalakan lentera langit.'"Yang dimaksud 'menyalakan lentera langit' adalah istilah dalam dunia lelang, artinya tidak peduli berapa pun harga yang ditawar orang lain, si penyalanya akan selalu menawar lebih tinggi.Menyalakan lentera langit berarti si pembeli sangat berambisi untuk mendapatkan barang lelang tersebut.Mobil balap "Corona" ini, pada lelang tujuh tahun lalu, mencetak rekor harga yang mengguncang dunia.Wanda tersenyum. "Ternyata kamu orang yang membelinya."Dia mengulurkan tangan, menyentuh bodi mobil itu dengan penuh nostalgia."Kamu tahu mobil ini dulunya adalah ...."Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, Andre langsung menyambung,"Aku tahu, kamu pemilik pertama Corona."Dia bukan hanya tahu, dia juga pernah menyaksikan sendiri Wanda mengendarai