"Nenek! Sasha pukul aku lagi!"Jojo terisak-isak, sementara tangan Sasha yang semula terkulai kini mengepal kuat.Sejak kecil Sasha memang kuat, dan dulu dia pernah tidak sengaja menyakiti Jojo karena belum bisa mengontrol tenaganya. Sejak itu, sang nenek selalu waspada terhadap Sasha.Jojo juga tahu bagaimana mencari dukungan dari neneknya, karena Nenek memang selalu memihaknya.Wajah Nenek berubah masam. Dia maju dan merobek bunga merah kecil di dada Sasha."Sasha, kamu memukul teman di sekolah, kamu nggak pantas dapat bunga merah ini! Aku akan minta guru batalkan semua penghargaanmu tahun ini!"Jojo masih berpura-pura menangis di pangkuan neneknya. Dia menutup wajah dengan tangan, lalu diam-diam melirik ke arah Sasha.Sasha tetap berdiri di tempatnya, pandangannya mulai buram.Air matanya mulai menggenang. Dia berusaha menahan, tapi tetap tak bisa mengontrol tangisnya.Menara Cendrawasih yang dia bangun bersama Wanda, sudah rusak parah, tak mungkin diperbaiki lagi.Hidung Sasha tera
Orang tua lain di aula mulai membuka ponsel mereka dan melihat berita yang sedang ramai di dunia maya."Sekolah kita masuk topik tren!""Identitas Bu Mitha langsung ketahuan!""Mata netizen memang tajam banget. Mereka nggak tahu Pak Harvey sudah cerai, tapi langsung bisa menebak kalau Nadya itu selingkuhannya.""Aku juga nggak suka sama Nadya, tiap hari menempel saja sama suamiku.""Dua malam yang lalu, aku jemput suamiku yang mabuk, dan aku lihat Nadya duduk di pangkuan Pak Pram, terus dia lepas pakaian dalamnya dan digantungkan di wajah Pak Surya. Katanya sih cuma bercanda."Orang tua mulai heboh mengobrol, dan Bu Mitha langsung membentak sutradara dari stasiun TV provinsi."Matikan siarannya sekarang juga! Kalau nama baik keluarga Ferdian rusak, aku tuntut kalian!"Sutradara sampai berkeringat dingin. "Bu Mitha, siarannya sudah saya matikan."Kejadian barusan membuat si sutradara agak lambat bereaksi.Begitu sadar, dia langsung menyuruh kameramen mematikan siaran, tetapi ucapan Bu M
Nenek tertawa melihat cucunya yang dianggap terlalu polos. "Kalau kamu ikut mamamu, bisa-bisa uang sekolah saja nggak mampu bayar!"Dia tahu, Sasha sama sekali belum bisa membayangkan apa yang akan dia hadapi nanti.Tatapan Nenek pada Wanda kini cuma dipenuhi kebencian."Aku mau lihat, cuma lulusan sarjana seperti kamu bisa buat Sasha jadi seperti apa!""Sasha belum sadar, hidupnya sekarang sudah jatuh ke titik terendah. Antara dia dan Jojo, sekarang sudah ada jurang yang nggak bisa diseberangi lagi!""Tak peduli seberapa keras kamu berusaha, Sasha tetap nggak akan bisa selevel dengan Jojo lagi!"Nada bicara Wanda tetap tenang. "Kedua anakku lahir dari rahim yang sama. Jadi, apa pun yang dimiliki Jojo, Sasha juga pantas mendapatkannya.""Kalau keluarga Ferdian nggak bisa memperlakukan mereka secara adil, maka aku akan membawa Sasha. Aku akan bantu dia tumbuh sesuai dengan keinginannya!"Wanda menggandeng Sasha, siap untuk pergi, tapi tiba-tiba beberapa orang dengan tas kerja masuk ke d
Pak Baldi berkata pada Kepala Sekolah, "Aku baru saja turun dari pesawat, dan langsung ke sini dari bandara hanya untuk mengurus masalah ini. Kalau dia nggak mundur, jangan harap Sekolah Genta Raya bisa dapat murid baru. Bahkan murid yang ada sekarang pun mungkin bakal kabur!"Kepala Sekolah panik dan langsung melirik Bu Mitha.Bu Mitha memberi isyarat dengan matanya. "Pak Lukman, keluarga Ferdian adalah sponsor terbesar Sekolah Genta Raya ...."Wajah Kepala Sekolah tampak serbasalah. Di satu sisi, dia tidak mau kehilangan dukungan dana dari keluarga Ferdian, tapi di sisi lain, dia juga tidak mau bentrok dengan Dinas Pendidikan."Ibu, cukup!"Suara Harvey dingin dan tajam, seolah bisa membekukan udara di sekeliling. "Ibu belum cukup bikin malu ya?"Dia berkata pada Pak Baldi, "Aku yang akan menggantikan Ibu sebagai anggota dewan sekolah."Aura pria itu begitu kuat, membuat siapa pun tak bisa membantah.Tatapan Pak Baldi berpindah-pindah dari Harvey ke Wanda. Lalu dia tersenyum, "Aku ya
Wanda membuka kotak perhiasan itu, di dalamnya terdapat sebuah gelang safir biru.Dia melihat gelang itu dengan saksama, lalu bertanya, "Berapa ukuran lingkar gelang ini?""14,2."Pria itu langsung menjawab tanpa pikir panjang.Wanda tersenyum, tapi ada rasa tidak nyaman di tenggorokannya."Itu ukuran lingkar tangan Nadya."Dia mengulurkan tangannya ke luar jendela, dan gelang safir yang berkilau itu jatuh dari telapak tangannya.Dahi Harvey berkerut, di dalam matanya yang gelap tampak gelombang emosi yang bergelora. "Kamu kesal dan cemburu pada Nadya, makanya kamu cari masalah terus denganku.""Aku dan Nadya sudah saling kenal lebih dari dua puluh tahun. Kalau benar ada sesuatu di antara kami, apa mungkin masih ada ruang untukmu?"Perkataan Harvey seperti membangkitkan kenangan lama dalam diri Wanda.Cermin spion memantulkan senyumannya yang penuh luka."Ingat nggak, tiga tahun yang lalu. Malam itu kamu mendadak keluar buat cari Nadya, dan meninggalkan aku sendirian ke rumah sakit. Wa
"Ah!" Nadya menjerit kesakitan dari belakang Harvey.Harvey menoleh dan melihat Nadya terjatuh ke tanah.Dengan rambut berantakan, dia mendongak, menatap Harvey dengan mata penuh harap."Kak Harvey ...."Di benaknya, muncul bayangan yang tak bisa terhapus. Saat itu, Nancy Ferdian yang masih berusia 18 tahun memanggil-manggil namanya di tengah kobaran api.Harvey melangkah ke arah Nadya dan membantunya berdiri.Nadya naik ke mobil Harvey, menahan kegembiraan yang nyaris terlihat di wajahnya."Terus, gelang ini mau diapakan?"Nadya bertanya sambil membuka telapak tangannya."Buang saja." Suara pria itu sangat dingin, hampir tanpa emosi."Oke!" Nadya menjawab dengan santai, lalu berpura-pura melemparnya ke luar jendela.Namun, pergelangan tangannya berputar, dan tanpa ketahuan, dia menyelipkan gelang itu ke dalam sakunya sendiri.....Rumah keluarga Ferdian, di ruang kerja.Pria tampan itu duduk di balik meja, sedang membaca rekam medis Wanda.Pandangannya berhenti pada tulisan "penggugur
Cakra menyadari kalau suasana hati Andre sedang sangat baik. "Dapat klien besar, ya?""Hmm."Cakra penasaran dan terus bertanya, "Seberapa besar kliennya sampai bisa bikin Bos senang banget?"Andre menjawab, "Kalau kasus ini menang, aku bakal pulang kampung buat nikah."Semua pengacara langsung melotot kaget.Andre itu terkenal di lingkaran elite Kota Jinggara sebagai lajang emas, alergi perempuan, dan kebal cinta.Karena profesinya, baik pria maupun wanita, tidak ada yang berani main-main sama dia. Siapa pun yang mencoba bermain kotor dengannya, pasti akan berakhir di pengadilan atau kantor polisi.Seluruh ruang rapat langsung heboh. Kasus dan klien seperti apa yang begitu luar biasa, sampai membuat Andre memutuskan untuk memulai babak baru dalam hidupnya?....Tak lama setelah Wanda menunggu, manajer dari Perusahaan Sekuritas Sentosa pun meneleponnya."Aku punya dana 120 miliar, mau aku masukkan ke pasar saham."Manajer itu kaget. "Seratus dua puluh miliar? Kalau begitu, Nona Wanda h
"Baik, aku mengerti."Harvey hendak menutup telepon, tetapi kemudian bertanya dengan santai, "Kok Wanda bisa hubungi kamu?"Pak Hendra menjawab dengan hormat, "Pak Andre yang memperkenalkan saya dengan Nona Wanda."Mata Harvey agak menyipit. Tatapannya yang hitam dan tajam diselimuti kegelapan. "Andre Setiadi?"Pak Hendra mengangguk. "Benar, Andre Setiadi."Harvey tidak berkata apa-apa. Namun, aura dingin perlahan memancar dari wajah tampannya.....Saat Wanda kembali ke rumah keluarga Jinata, para pelayan sudah menyiapkan makan malam.Dia sudah bercerai. Jadi, dia harus membicarakan hal ini dengan orang tuanya.Wanda terlebih dahulu membawa Sasha ke atas untuk berganti pakaian. Setelah Sasha mencuci tangan, dia menggandeng anak itu keluar dan bertemu dengan ayah serta ibunya."Anak Ibu sudah pulang." Ibunya, Sinta Tanujaya, bersandar di dada ayahnya, Sandy Jinata, dipeluk bagai seorang putri.Wajah Sinta mungil seperti boneka, membuatnya tampak seperti wanita berusia tiga puluhan, pad
"Andre, kamu!" Nadya yang ada di sana berseru tidak percaya.Matanya berputar, lalu dia tersenyum dan bertanya, "Kamu tertarik pada kakakku sebagai pribadi, atau tertarik karena dia adalah istri Harvey?""Kak Wanda dan Kak Harvey masih dalam proses bercerai. Apa kamu pikir ini kesempatanmu untuk menikmati hubungan gelap tanpa takut banyak disalahkan?"Nadya tampak seolah-olah sudah melihat isi hati Andre.Saat itu, seluruh ruang rawat seperti ruang pendingin. Tekanan dari tubuh Harvey membuat Jojo sampai gemetar.Mata Andre yang seperti lukisan tinta tipis, diselimuti hawa dingin."Kamu habis dari pameran lukisan ya? Soalnya wajahmu penuh warna banget."Nadya, "Aku ....""Luar biasa, masih ada yang berani mengeluarkan isi hatinya dengan jujur."Wajah Nadya memucat. Dia membalas dengan malu, "Kamu bicarakan dirimu sendiri, ya!""Kamu paling paham, ya?" Andre tersenyum memandang Harvey. "Kamu terus bersama perempuan seperti ini, nggak heran kalau Wanda mau cerai sama kamu."Andre berkata
Sasha terpaku di tempat, seluruh dirinya bingung. Jiwanya yang kecil terguncang hebat.Apakah dia yang salah?Kalau saja dia menurut dan ikut Ayah kembali ke keluarga Ferdian, Om Andre pasti tidak akan terluka.Tetapi, orang yang menembakkan anak panah ke arahnya adalah Jojo, yang memiliki darah yang sama dengannya.Padahal mereka dulu sangat akrab.Lambat laun, karena perbedaan fisik, sikap Jojo padanya makin buruk.Dia menyadari, di keluarga Ferdian, hanya Mama yang memperlakukan dia dan Jojo dengan adil. Papa pun lebih memihak Jojo."Jojo! Meskipun kamu minta maaf, aku tetap nggak akan maafkan kamu!" Sasha berteriak.Dia bertanya pada Harvey, "Papa, boleh nggak ... aku berhenti jadi anak Papa? Gimana caranya supaya aku bisa nggak kembali ke keluarga Ferdian selamanya?"Dia ingin melepaskan diri dari belenggu, tetapi dia tidak tahu harus bagaimana.Wajah Harvey seolah-olah dibekukan oleh es setebal 90 cm."Sasha Ferdian! Nama belakangmu Ferdian! Kamu selamanya tetap anakku! Bagian da
Jojo ketakutan sampai matanya berkaca-kaca karena aura mengerikan dari Harvey.Nadya buru-buru menenangkan. "Jojo, kamu dan Sasha itu kakak-adik kandung, Sasha pasti akan maafkan kamu!"Nadya menoleh ke arah Harvey, nadanya santai sambil menggoda. "Aku selalu merasa Andre itu mukanya ramah, tapi kepribadiannya lebih dingin dari kamu. Dia sampai rela berkorban demi orang lain, langka banget ya ...."Nadya memperpanjang nada akhirnya, lalu berkata lagi, "Tadi aku lihat Kak Wanda turun dari mobilnya Andre. Sejak kapan mereka sedekat itu?""Eh! Harvey, tunggu aku!"Nadya melihat Harvey berbalik pergi, jelas-jelas tidak mendengarkan omongannya.Dia buru-buru mengejar pria itu.....Di rumah sakit, Andre dibawa masuk ke ruang operasi.Dia menelungkup di atas meja operasi, lalu berkata pada dokter bedah utama, "Tambahkan dua nol di tagihan operasiku, biar nanti aku tagih ke Harvey si kulit kerang!"Dokter bedah itu kenal baik dengannya. Sambil membuka pakaiannya dengan pisau bedah, dia menggo
Andre mengeluh, "Kalau harus tunggu ambulans, darahku bisa habis duluan. Pak Harvey, kamu mau lihat aku mati, ya!"Situasi Andre gawat, Wanda tidak mau lagi berdebat dengan Nadya."Turun! Jangan banyak omong, nggak usah cerewet!""Kalau sampai kecelakaan ...."Kalimat Nadya belum selesai, tiba-tiba dia merasa ada tekanan tak kasatmata menyelimuti seluruh tubuhnya. Saat tatapannya bertemu dengan Wanda, bulu kuduknya langsung berdiri. Duduk di atas motor, dia nyaris tidak bisa berdiri tegak.Nadya belum pernah merasakan aura semengerikan itu dari Wanda.Hatinya terasa waswas."Kak Wanda, aku sarankan kamu jangan nekat.""Cengeng banget. Itu bukan gaya kamu, Nadya!"Nadya manyun. Kalau Wanda mau cari mati, dia tidak melarang. Semoga sekalian jatuh menelungkup, hidung dan gigi remuk semua!Nadya turun dari motor.Wanda mengulurkan tangan padanya, "Kasih aku kunci motornya."Nadya melempar kunci begitu saja, Wanda menangkapnya dengan mantap.Wanda berkata pada Fabian, "Kak, tolong antar Sas
"Andre!!" Wanda berseru kaget.Sasha yang dipeluk Andre belum menyadari apa yang baru saja terjadi.Andre bertanya dengan cemas, "Sasha, kamu terluka nggak?"Sasha menatap Andre dengan mata bulat bening, lalu menggeleng pelan.Dia bangkit dari tanah, dan baru sadar ada anak panah logam di punggung Andre.Mata Sasha membelalak, dia menarik napas dingin.Dia menoleh dan melihat Jojo di kejauhan yang secara refleks menyembunyikan busur mekanik di belakang tubuhnya.Sasha mengenali anak panah itu. Itu yang diberikan Nadya pada Jojo!Harvey juga tidak menyangka Jojo akan melakukan hal seperti itu. Wajahnya seolah-olah membeku oleh hawa dingin.Dibandingkan fakta bahwa putranya melukai orang, dia lebih terguncang oleh tindakan nekat Andre yang melindungi Sasha.Kedua tangan Harvey mengepal kuat."Jojo, ke sini kamu!"Jojo langsung gemetar. Dia ketakutan. "Aku cuma mau bantu Papa. Sasha nggak mau nurut!"Sasha menatap Jojo. Bahunya bergetar. Jojo sekarang terasa begitu asing baginya.Harvey m
Di depan pintu kelas, belasan pengawal mengepung Fabian. Harvey berdiri di bawah tangga, auranya kuat dan menekan. Dia menatap Fabian seakan-akan dewa yang tinggi di langit sedang memandang semut di kakinya."Sasha, ke sini, ikut Papa pulang!"Nada suara Harvey penuh paksaan. Saat Sasha melangkah ke arah Fabian, dia sudah kehilangan kesabaran terhadap putrinya.Sasha menggeleng pada Harvey, "Aku mau pulang sama Om Fabian."Harvey tertawa dingin. "Dia bisa bawa kamu ke mana? Apa dia punya rumah? Sasha, kalau kamu ikut dia, kamu cuma akan tidur di jalan!""Sasha!" suara Wanda terdengar.Sasha melihat Wanda dan melambaikan tangan dengan gembira.Dia dan Fabian masih dikepung pengawal yang dibawa Harvey, jadi dia belum bisa menghampiri Wanda."Mama!"Wanda merasa sedih sekaligus bersalah. "Maaf ya, Mama ada urusan mendesak. Sasha, Mama janji, mulai sekarang Mama nggak akan pernah biarkan kamu menunggu di TK sendirian lagi."Sasha mengerti. "Aku tahu, Mama punya urusan penting. Urusan itu b
Setelah tujuh tahun berlalu, Wanda kembali duduk di kursi pengemudi Corona.Seolah-olah jutaan sel dalam tubuhnya hidup kembali, bangkit seiring deru mesin yang menggelegar.Tubuh Wanda bergetar halus. Dia bisa mendengar detak jantungnya yang mengentak hebat. Dia merasa seperti hidup kembali!Andre duduk di kursi penumpang, menikmati entakan cepat dan kuat saat mobil melaju kencang.Hari ini, Corona berbeda dari biasanya. Di tangan Wanda, mobil itu kembali hidup."Mau ngebut sepuasnya juga nggak apa-apa. Kalau kena tilang, biar aku yang bayar."Wanda menekan gejolak dalam hatinya. "Nggak perlu, kalau ditilang karena ngebut, SIM-ku yang bakal kena poin."Corona melesat di jalan raya, suara raungannya membuat para pejalan kaki menoleh."Barusan itu apa yang lewat?""Burung walet ya? Sekejap saja langsung lewat di depan mukaku.""Musim begini mana ada burung walet! Menurutku, itu setan!"Para pejalan kaki di sisi jalan mulai ramai berdiskusi.Di jalan, Wanda kembali berpapasan dengan seke
Jojo tidak tahan untuk mengeluh."Jojo!"Suara Nadya terdengar, dan Jojo langsung melesat pergi."Kak Nadya! Kok kamu telat!""Karena aku pergi belikan ini buat kamu!"Nadya mengeluarkan sebuah busur panah mekanik dari belakang punggungnya."Wah!" Mata Jojo langsung berbinar melihat busur panah mekanik berwarna hitam pekat itu.Nadya sangat puas. Dia tahu Jojo menyukai benda-benda seperti ini, sementara Wanda bahkan tidak mengizinkan Jojo menyentuh busur panah mekanik."Dengan busur mekanik ini, kamu pasti terlihat gagah, 'kan!"Jojo tidak sabar mengambil busur itu, lalu bergaya memanah dengan keren."Kak Nadya, anak panahnya mana! Kasih aku anak panahnya!"Nadya memberinya satu ember anak panah logam yang runcing dan indah.Jojo begitu menyukai anak panah logam yang dingin itu, tidak bisa melepaskannya dari tangan. "Akhirnya bukan panah plastik lagi! Kak Nadya, aku benar-benar suka banget sama kamu!""Anak laki-laki memang harus bermain dengan busur dan anak panah asli yang punya daya
Wanda duduk di kursi penumpang depan. Tubuhnya terasa canggung dan tidak tahu harus bersikap seperti apa."Mobil ini ....""Tujuh tahun lalu, aku membelinya di lelang Christie's. Demi mendapatkan mobil ini, aku langsung 'menyalakan lentera langit.'"Yang dimaksud 'menyalakan lentera langit' adalah istilah dalam dunia lelang, artinya tidak peduli berapa pun harga yang ditawar orang lain, si penyalanya akan selalu menawar lebih tinggi.Menyalakan lentera langit berarti si pembeli sangat berambisi untuk mendapatkan barang lelang tersebut.Mobil balap "Corona" ini, pada lelang tujuh tahun lalu, mencetak rekor harga yang mengguncang dunia.Wanda tersenyum. "Ternyata kamu orang yang membelinya."Dia mengulurkan tangan, menyentuh bodi mobil itu dengan penuh nostalgia."Kamu tahu mobil ini dulunya adalah ...."Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, Andre langsung menyambung,"Aku tahu, kamu pemilik pertama Corona."Dia bukan hanya tahu, dia juga pernah menyaksikan sendiri Wanda mengendarai