Kedua lelaki itu masih berdiri di bawah sana dengan sorot mata yang sangat menakutkan, seakan mereka ingin saling membunuh. Alena tak bisa menahan diri untuk terus melihat mereka, apalagi ketika Ezra melayangkan sebuah tinju di pipi kiri Harry, yang membuat lelaki itu terjatuh.
"Harry!"
Alena memaksa dirinya berlari ke bawah sana, dia mengabaikan seluruh sakit di tubuhnya atas siksaan yang tadi dia dapatkan dari Sere. Yang ada di pikiran Alena hanya lah ingin melindungi suaminya.
Harry yang tersungkur sama sekali tak ingin mengalah. Demi harga dirinya dan Alena, lelaki itu terus memaksa diri menerjang Ezra dan memberi satu tinju besar di pipi lelaki itu. Meski pada akhirnya Harry juga ikut terjatuh, dia cukup puas melihat Ezra terjerembab menerima serangannya.
"Hanya segitu kesombonganmu? Jangan berpikir aku lemah karena sedang terluka, Brengsek!" umpat Harry. Dia menarik kerah baju Ezra, mengangkat lelaki itu untuk berdiri dan berakhir terjatuh lagi. Dia
"Harry ..." panggil Alena pelan. Matanya menatap Harry dan Tuan Borisson secara bergantian. "Jangan seperti itu," lanjut Alena.Harry hanya mendengus mendengar perkataan istrinya, tapi dia menahan diri untuk tidak mengatakan apa pun lagi. Ini kali pertama papanya mau berlama-lama berada dengan dirinya dalam satu ruangan, jadi dia ingin tahu apa yang membuat Tuan Borisson datang jauh-jauh ke negara ini."Maaf sudah membuat Anda datang ke sini. Mungkin banyak pekerjaan yang sedang menunggu Anda sekarang," kata Harry. Dia kerahkan seluruh perasaannya sebelum melanjutkan ucapannya. "Papa boleh pulang. Aku tidak akan meminta Papa berlama-lama."Sebagai anak yang sejak kecilnya tak mendapat perhatian, tentu saja Harry sangat ingin Tuan Borisson berada di sini lebih lama. Setidaknya, sampai l
Kala semua orang bingung melihat Tuan Borisson, Zoe justru mulai melebarkan senyumnya pada pria tua itu. "Kakek!" seru Zoe sangat keras, semakin membuat semua orang terpaku. Apa mungkin anak seusia ini bisa mengingat seseorang yang hanya ditemuinya satu kali? Apalagi kejadian itu sudah sekitar empat bulan yang lalu, rasanya sangat mustahil jika Zoe bisa mengingat Tuan Borisson adalah kakeknya. "Ya, kakek datang menjengukmu. Kakek tidak berbohong, betul?" kata orang tua itu lagi, yang lantas semakin membingungkan. "Sejak kapan papa pintar berjanji? Dan kapan kau bertemu dengan putriku?" cecar Harry, tak bisa dia tahan rasa ingin tahu di pikirannya. "Dad! Kakek bilang
Suasana semakin mencekam Alena rasakan saat semua orang duduk dengan diam, telinganya bisa mendengar degupan jantung sendiri, menunggu dua keluarga yang tidak juga mengeluarkan suara. Sampai dia merasa sangat penasaran kenapa semua hanya diam, Alena mengangkat wajahnya was-was dan matanya melihat Tuan Borisson dan Tuan Raves saling mengadu tatap. Sorot mata mereka sangat jelas tengah berperang.Kemudian, Tuan Borisson tersenyum miring sambil berkata, "Bukannya kau datang dengan tujuan, Raves? Kenapa hanya melihat aku seperti ingin membunuh?"Tuan Raves mengalihkan matanya sejenak dan menjawab, "Kau tentu tahu tujuanku meski aku tidak mengatakannya."Seringai yang sangat menakutkan. Dua pria tua itu sama-sama memiliki sokap sombong dan angkuh. Tapi jelas lebih banyak pada Tuan Borisson."Masih membahasnya, heh?" Tuan Borisson melipat kedua tangan di depan dada, menyandarkan punggung ke belakang. "Kupikir kau sudah belajar dari kekalahanmu."
Ada yang tidak beres di sini, Alena yakin itu. Dia bisa menyimak dari perkataan papanya Ezra, bahwa Amanda memberitahu Julia tentang penculikan yang membuat Ezra datang ke sana. Alena menatap mertua perempuannya, seakan menunggu penjelasan dari wanita itu."Tuan Raves, jangan berpikiran buruk terhadapku. Benar aku meminta istri Anda menyampaikan pada putra kalian tentang penculikan yang dilakukan Serena, tapi kalian apa tahu kenapa aku memberitahunya? Sebab Ezra lah yang tahu di mana Serena menyekap Alena. Aku hanya meminta bantuan istri Anda untuk membantu kami untuk tahu di mana alamat itu, tak ada tujuan lain." Amanda mengelak tuduhan Tuan Raves yang seakan menyudutkannya.Semua orang kini menatap wajah Julia meminta penjelasan kenapa Ezra ada di sana."Aku mencintai putraku, tentu saja. Tapi aku pun tahu dia melakukan kesalahan. Raves, apakah salah aku menyuruh putramu menebus kesalahannya dengan menolong menemukan Alena? Aku hanya tak menyangka dia ak
"Ini laporan perusahaan, Tuan."Lukas meletakkan tabletnya di depan Harry, memberi tuannya waktu untuk memeriksa semuanya berjalan lancar. Selama dia dirawat di rumah, Harry menugaskan Lukas lah yang mengurus segala sesuatu di kantor. Tuan Borisson sibuk mengurus Harel, setelah menyelesaikan urusan dengan keluarga Serena. Pria tua yang dulunya sangat pekerja keras, sekarang hanya menjadi pengasuh yang sangat menyayangi cucunya."Kau sudah mengambil bagian di Raves Group?" tanya Harry, membaca setiap laporan di layar tablet.Lukas mengangguk sangat cepat seperti lehernya diberi batterai. "Sudah, Tuan. Tuan Raves menyerahkan 20% dari sahamnya untuk mengganti semua kerugian yang mereka buat," sahut Lukas penuh semangat.Melihat betapa antusiasnya Lukas, Harry sampai tersenyum melihat pria tua itu."Hanya 20%?" tanya Harry, menatap Lukas dengan serius. "Kau tau berapa kerugian kita dari ulah mereka? Seharusnya kau meminta 50%!"Pria tua ya
"Kau tidur, Alen?" bisik Harry di telinga istrinya.Alena yang tengah menutup mata, lantas menata Harry di sebelah kanan. "Tidak."Dua mata indah itu terbuka untuk melihat Harry. Bulu mata tebal dan hitam itu bagaikan surai merak, melambaik indah mengikuti geraknya berkedip. Harry selalu bisa terpaku melihat keindahan Alena, meski sudah beberapa tahun ini mereka selalu bersama. Baginya, Alena seperti sebuah keajaiban yang bisa dia sentuh."Ada apa? Kenapa kau menatapku sangat lama?" tanya Alena, merasa dirinya jadi pusat perhatian lelaki itu."Karena kau sangat indah. Aku selalu terlena setiap kali melihatmu seperti ini."Dia merasa pipinya mulai memanas mendengar godaan dari suaminya. Alena tersipu malu, seakan mereka masih di masa-masa awal jatuh cinta."Kau berlebihan, Harry. Kau penggoda ulung," sahutnya malu-malu.Sebelah alis Harry naik ke atas. Gombalannya untuk Alena selalu berfungsi kapan pun, membuat lelaki itu semakin
Dia bersemu, tapi berusaha menyembunyikan rasa di hatinya. Alena membalik tubuh untuk menghindari beradu tatap dengan suaminya yang nakal. Alena merasakan pipinya memanas, menanti apa yang akan dilakukan lelaki itu selanjutnya. Dan tidak seperti pemikiran Alena, Harry tidak berlaku lembut seperti biasa, lelaki itu dengan garang membalik tubuh Alena dan menindih dari atas."Kau menghindariku, Alen?"Siapa yang menghindar? Mata Alena terbelalak mendengar pertanyaan suaminya. Apalagi cara bertanya Harry juga terdengar menuduh, seakan dia sedang tidak senang."Aku tidak. Kau yang terlalu berpikir salah," sahutnya, mencoba mengabaikan debaran di dalam dada.Mungkin karena mereka sudah berbulan-bulan tidak melakukan sentuhan intim, Alena me
Resepsi pernikahan itu masih berlangsung hingga malam. Tamu dari berbagai kota dan negara tak ingin melewatkan peresmian rumah tangga putra dari orang yang sangat terkenal dalam dunia bisnis. Apalagi nama Harry sendiri pun sudah sangat terkenal bahkan menyaingi papanya. Semua orang tampak bergembira melihat pasangan yang menjadi pusat perhatian. Apalagi dengan adanya Zoe yang lucu dan menggemaskan. Gadis kecil yang sangat cantik itu membuat suasana peresmian ini menjadi sangat berbeda dari pernikahan pada umumnya. Zoe memiliki bibir kecil yang tidak hentinya berceloteh, dan menjadi daya tarik orang-orang untuk menggodanya.Sekarang Alena tengah berdiri di antara para tamu wanita. Amanda memperkenalkannya pada para istri pejabat dan orang yang berpengaruh di kota itu, dan mereka menyambut Alena sangat hangat. Zoe juga berada di sana menggenggam tangan Amanda, sebab Harry dan Borisso