🏵️🏵️🏵️
Sarah tidak kuasa menolak keinginan laki-laki yang telah menikahinya. Namun, dia juga belum mampu untuk ikhlas atas penyerahan diri kepada sang suami. Sarah melakukan semua itu hanya karena sebuah janji yang telah dia sepakati bersama Wisnu.
Sarah harus berkorban demi keselamatan ayahnya tercinta. Dia tidak peduli dengan syarat yang diberikan Wisnu kala itu. Walaupun dengan berat hati, wanita berparas cantik itu bersedia menjadi pendamping hidup laki-laki yang tidak pernah dia cintai.
Kesepakatan itu terjadi begitu saja. Sarah dihadapkan pada situasi yang sangat berat. Dia tidak menemukan jalan keluar untuk mendapatkan biaya operasi ayahnya. Sarah berusaha meminta bantuan kepada kerabat, tetapi tidak mendapatkan hasil.
Janji yang telah Sarah sepakati bersama Wisnu, akhirnya kini telah membawanya ke dalam kehidupan yang sebenarnya tidak dia harapkan. Sesuatu yang paling berharga dalam dirinya telah dia serahkan kepada laki-laki itu.
“Kamu nggak perlu nangis. Saya mendapatkannya juga nggak gratis.” Wisnu dengan tega melontarkan kalimat itu kepada Sarah.
Hati Sarah makin sakit mendengar apa yang keluar dari bibir Wisnu. Dia kembali mengingat awal pertemuan mereka beberapa bulan yang lalu saat dirinya melaksanakan praktik kerja lapangan di perusahaan pria tersebut.
Keluarga Wisnu memiliki perusahaan yang bergerak di bidang jasa penerbitan dan percetakan buku. Usaha yang sudah lama dirintis tersebut merupakan usaha yang cukup berkembang pesat di kota Surabaya.
Sarah mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan praktik di perusahaan keluarga laki-laki yang kini resmi menjadi suaminya. Kala itu, Sarah bersekolah di salah satu SMK di kota yang sama dengan perusahaan Wisnu.
“Saya Sarah, Pak. Salah satu siswi yang magang di perusahaan ini.” Sarah memperkenalkan diri di ruangan Wisnu saat itu.
“Kamu jurusan apa?” tanya Wisnu dengan tatapan tajam dan suara tegas.
“Akuntansi, Pak.”
“Kamu bisa kerja, nggak?”
“Saya akan berusaha melakukan apa yang Bapak minta.”
“Oke. Kamu bantu karyawati bagian keuangan dalam menyiapkan pembukuan.”
“Baik, Pak.”
Perkenalan Sarah dan Wisnu terjadi begitu saja. Sarah akhirnya mengetahui seperti apa sikap pemimpin perusahaan tempatnya magang. Dia banyak mendapatkan informasi tentang Wisnu dari karyawati yang menjabat sebagai pengelola keuangan dan pembukuan.
Karyawati tersebut bernama Lani. Dia menceritakan sikap dingin Wisnu yang tidak pernah dekat dengan seorang wanita. Lani bahkan pernah mendengar pengakuan Wisnu di depan ayahnya. Pria itu tidak memiliki keinginan untuk mengarungi hidup berumah tangga.
Bagi Lani, Wisnu merupakan sosok pemimpin yang sangat kasar. Sarah juga membenarkan hal tersebut. Wisnu dengan tega pernah menghardik Sarah karena kesalahpahaman yang terjadi dalam laporan keuangan yang dianggap keliru.
Sarah dengan sabar memberikan penjelasan kepada Wisnu. Laki-laki itu pun terdiam setelah mengetahui kalau dirinya yang tidak teliti dalam mengoreksi laporan yang Sarah kerjakan. Sejak kejadian itu, Wisnu lebih percaya kepada wanita yang saat ini berstatus sebagai istrinya daripada karyawati di kantornya.
“Kenapa kamu diam?” Lamunan Sarah buyar seketika setelah kembali mendengar suara Wisnu. “Apa pantas kamu menangisi apa yang terjadi di antara kita? Kamu lupa dengan uang yang saya berikan untuk menyelamatkan ayahmu?” Wisnu menarik tubuh Sarah hingga menghadap ke arahnya.
“Saya minta maaf, Mas. Saya janji akan belajar ikhlas dengan apa yang telah saya berikan pada Mas.” Sarah menangkupkan kedua telapak tangannya di depan Wisnu.
“Ikhlas nggak ikhlas, saya nggak peduli. Kamu harus tetap fokus dengan janjimu. Lahirkan anak untuk saya.” Setelah mengucapkan kalimat itu, Wisnu menggeser posisi sedikit menjauh dari Sarah lalu membelakangi wanita tersebut.
Sarah juga melakukan hal yang sama. Wanita pemilik rambut panjang itu kembali menumpahkan air mata yang tidak mampu untuk dibendung. Dia berjanji pada dirinya akan berusaha ikhlas menghadapi kenyataan yang telah terjadi.
🏵️🏵️🏵️
Sarah terbangun saat jarum jam menunjukkan angka lima. Dia segera menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Dia kembali mengingat apa yang telah terjadi tadi malam, hatinya tetap merasa sakit walaupun sudah mencoba untuk ikhlas.
Air mata Sarah kembali jatuh membasahi pipi, tetapi ditutupi air yang keluar dari shower. Dia menangis sejadi-jadinya dan berharap tidak diketahui Wisnu yang masih terlelap. Sarah mengingat wajah sang ibu yang telah memberikan nasihat dan pengertian sebelum acara penikahannya dengan Wisnu berlangsung.
“Maafin Ibu, Nak. Masalah ekonomi yang kita hadapi telah membuatmu harus berkorban. Tapi Ibu minta, kamu jangan pernah mengabaikan tugasmu sebagai seorang istri terhadap suami. Walau bagaimanapun, Wisnu akan menjadi imam untukmu.” Mengingat nasihat tersebut, Sarah makin tidak kuasa.
“Iya, Buk. Sarah janji akan selalu mengingat nasihat Ibu.” Sarah pun langsung memeluk erat tubuh ibunya.
Hampir setengah jam lamanya, Sarah berada di kamar mandi. Dia pun membenahi diri, mengenakan pakaian lalu keluar dari ruangan tersebut. Wanita itu segera melakukan kewajiban sebagai umat Islam, melaksanakan salat Subuh. Dia ingin meminta kekuatan dan petunjuk Yang Kuasa.
Setelah selesai salat, Sarah pun mengangkat kedua tangannya secara terbuka sambil menengadah. Dia ingin melangitkan doa kepada Sang Pencipta. Tanpa diminta, air mata wanita itu kembali jatuh membasahi pipi.
“Ya Allah Yang Mahakuasa, ampuni hamba yang belum mampu menerima apa yang telah Engkau berikan. Hamba akan berusaha berbakti kepada suami yang Kau pilihkan. Bukakan pintu hati hamba untuk menerima Mas Wisnu. Aaamiiin.”
Sarah mengusapkan kedua telapak tangan ke wajahnya. Kini, hatinya lebih tenang setelah selesai menyatakan perasaannya kepada Yang Kuasa. Dia pun segera berdiri lalu melepas mukena yang dikenakan.
Akan tetapi, sebelum Sarah membenahi perlengkapan salat tersebut, Wisnu tiba-tiba terbangun. Laki-laki itu segera turun dari ranjang lalu menghampiri sang istri. Dia meraih tangan Sarah, kemudian mengajaknya melangkah ke tempat tidur.
“Doamu lucu.” Wisnu melontarkan kalimat itu setelah dirinya dan Sarah duduk di tepi ranjang.
Sarah hanya terdiam dan menunduk. Dia tidak ingin membalas apa yang dikatakan suaminya. Wanita itu sekarang pasrah dengan apa yang dipikirkan laki-laki yang ada di sampingnya.
“Kenapa kamu diam? Kamu pikir saya peduli jika kamu nggak ikhlas menjadi istri saya? Saya juga nggak pernah berharap menikah denganmu. Saya melakukan semua ini hanya untuk memenuhi keinginan Papi dan Mami. Kamu harus melahirkan penerus untuk keluarga ini.” Wisnu meraih dagu Sarah lalu mengangkat wajah wanita tersebut.
Apa yang terjadi tadi malam, kini terulang kembali. Hal itu tidak dapat terelakkan. Sarah hanya bisa pasrah dengan apa yang telah dilakukan suaminya pagi ini terhadap dirinya. Setelah itu, Wisnu pun melangkah memasuki kamar mandi. Sementara Sarah kini duduk sambil mengusap air matanya yang telah jatuh.
“Cepetan sana mandi! Saya tunggu di meja makan.” Sarah terkejut mendengar suara Wisnu setelah keluar dari kamar mandi.
Sarah tidak memberikan jawaban. Dia segera turun dari tempat tidur lalu kembali membersihkan tubuh. Kali ini, dia merasa kalau Wisnu bukan hanya kasar, tetapi juga kejam. Sarah sedih karena laki-laki itu memaksakan kehendaknya.
“Istrimu mana, Wis?” tanya Bu Siska—ibu Wisnu, kepada sang putra setelah berada di dekat meja makan.
“Masih mandi, Mih.” Wisnu memberikan jawaban lalu duduk.
“Dasar pemalas. Baru jadi menantu, udah memberikan kesan nggak baik di depan keluarga suaminya.” Jessy—adik satu-satunya Wisnu, langsung melontarkan pernyataan itu.
“Papi dan Mami nggak pernah ngajarin kamu bicara seperti itu. Sarah itu kakak ipar kamu walaupun usianya lebih muda.” Pak Wildan selaku kepala keluarga langsung menegur putrinya.
“Salah Kak Wisnu, sih. Cari istri, kok, anak ingusan. Aku tetap nggak suka, Pih.” Jessy justru menyalahkan Wisnu.
“Jangan pernah berbicara tidak sopan tentang Sarah. Dia kakak iparmu dan dia yang akan memberikan penerus untuk keluarga ini. Lagi pun, dia juga pilihan kakakmu.” Bu Siska tidak terima dengan apa yang Jessy katakan tentang Sarah.
“Udah, dong. Ngapain bahas Sarah terus. Sekarang waktunya sarapan.” Wisnu merasa kesal karena ayah dan ibunya menunjukkan rasa suka terhadap Sarah. Sementara Jessy menunjukkan senyum kemenangan. Dia yakin kalau sang kakak tidak mencintai Sarah karena yang dia tahu, hanya Sandra wanita yang Wisnu cintai.
Pak Wildan dan Bu Siska beserta kedua anak mereka kini menikmati sarapan bersama. Sementara Sarah saat ini kembali menangisi apa yang baru terjadi terhadap dirinya. Sebelumnya, dia telah berusaha agar tidak menangis lagi, tetapi air mata itu tetap jatuh tanpa diminta.
===============
🏵️🏵️🏵️Sarah anak yang sangat berbakti kepada orang tua. Di samping itu, dia juga selalu memberikan apa yang dibutuhkan sang ayah dan ibu. Berkat prestasi yang diraih saat duduk di bangku sekolah, Sarah memperoleh beasiswa yang akhirnya digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya.Pak Dimas dan Bu Ratna selalu mengaku bangga memiliki anak seperti Sarah. Mereka bahkan sangat berterima kasih karena sang putri tercinta dengan ikhlas membantu beban keluarga. Sarah sosok yang penurut, pengalah, dan penyayang.Sarah sering mengabaikan keinginan bahkan kebahagiaannya demi orang tua yang sangat dia cintai. Itu yang Sarah lakukan hingga kini harus mengalami rasa sakit akibat kemauan sang suami yang tidak mampu dia tolak.Wisnu sama sekali tidak mengerti bagaimana perasaan Sarah yang masih termasuk belia, tetapi harus memenuhi kehendaknya. Apa yang dialami wanita pemilik mata sendu itu adalah bentuk kekasaran dari suaminya.“Kamu ngapain di dalam?” Wisnu mengetuk pintu kamar mand
🏵️🏵️🏵️Mentari pagi ini telah menunjukkan wajahnya. Sinar terang yang dipancarkan selalu mampu menerangi benda yang berada di bawahnya. Makhluk yang ada di bumi juga dapat merasakan kehangatannya. Sungguh agung Zat yang telah menciptakannya.Kehangatan sinar matahari itu seharusnya dapat Sarah rasakan. Namun, hampir setiap hari dirinya selalu merasa menggigil ketakutan karena hardikan sang suami. Walaupun pernikahan Sarah dan Wisnu sudah memasuki usia dua minggu, sikap yang Wisnu tunjukkan justru makin tidak menghargai istrinya.Seperti yang terjadi tadi pagi saat Sarah membangunkan Wisnu. Laki-laki itu dengan kasar mendorong tubuh sang istri hingga terduduk di lantai. Sarah sering bingung, kenapa Wisnu bersikap seolah-olah sangat membenci dirinya. Sikap kasar itu melebihi apa yang dirasakan ketika magang di kantor sang suami kala itu.“Kenapa Mas membenci saya? Apa salah saya?” Sarah pun memberanikan diri melontarkan pertanyaan itu kepada Wisnu.“Karena saya tidak mencintaimu!” Wi
🏵️🏵️🏵️Setelah selesai menikmati makan malam bersama, Wisnu memilih duduk di taman belakang rumah. Laki-laki itu termenung karena ingatannya tertuju kepada wanita yang sangat dia cintai hingga saat ini.Tiga tahun lamanya, Wisnu menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih bersama Sandra. Kedua insan itu telah sepakat akan melanjutkan ikatan ke jenjang yang lebih serius, yaitu pernikahan.Akan tetapi, kenyataan kadang tidak seindah harapan. Sandra dan keluarganya tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Satu hal yang Wisnu ketahui kala itu, bahwa perusahaan milik keluarga sang kekasih mengalami pailit.Wisnu tidak pernah mempermasalahkan keadaan keluarga Sandra yang tidak seperti dulu lagi. Laki-laki itu ikhlas menerima sang pujaan hati apa adanya. Dia tetap ingin menjadikan Sandra sebagai pendamping hidupnya.“Apa kamu akan tetap mencintaiku setelah mengetahui keadaan keluargaku yang sekarang, Mas?” tanya Sandra kala itu kepada Wisnu.“Kenapa kamu bertanya seperti itu, Sayang? Aku mencinta
🏵️🏵️🏵️ Cinta itu kadang tidak dapat dimengerti. Ketika Sarah selalu bersabar menjadi pendamping hidup Wisnu, sang suami justru memberikan hatinya kepada wanita lain. Wisnu tidak pernah menganggap Sarah sebagai seseorang yang telah hadir dalam kehidupannya. Sekarang Wisnu justru memiliki niat untuk mengusir Sarah dari rumah setelah mengetahui kehadiran Sandra di Surabaya. Laki-laki itu tidak pernah menyadari bahwa wanita yang sudah dia nikahi ternyata menyimpan cinta untuknya. Sarah tidak mampu menepiskan perasaan yang tiba-tiba tumbuh untuk sang suami. Dia sangat sadar kalau Wisnu selalu menyakiti dirinya hampir setiap hari. Namun, rasa yang telah ada kini tidak dapat terelakkan. Sarah mencoba untuk kuat menerima kenyataan pahit yang terjadi kepadanya. Dia pun memejamkan mata dan berharap segera tiba ke alam mimpi agar dapat mengurangi rasa sakit yang kini datang menghampiri dirinya. “Saya yakin, kamu pasti dengar pembicaraan saya di telepon.” Sarah tiba-tiba terkejut mendengar
🏵️🏵️🏵️ “Aku nggak ada niat sedikit pun menghindarimu, Mas. Aku merasa tersiksa dengan perpisahan kita.” Sandra memegang tangan laki-laki yang sangat mencintainya tersebut. “Kalau kamu merasa tersiksa tanpa diriku, kenapa kamu meninggalkanku? Kamu tiba-tiba hilang dan aku merasa menjadi seseorang yang kehilangan arah.” Sekarang Wisnu yang menggenggam tangan Sandra. “Maafin aku, Mas. Aku telah membuatmu menunggu, tapi ….” Sandra tiba-tiba menggantung kalimat yang ingin dia ucapkan. “Tapi kenapa, Sayang?” Wisnu penasaran mendengar apa yang ingin Sandra sampaikan. “Nggak apa-apa, Mas. Lupain aja. Yang penting sekarang aku ada di sini untukmu.” Sandra mengembangkan senyuman di depan Wisnu. Melihat keromantisan yang Wisnu tunjukkan, Sandra tidak mampu menceritakan apa yang seharusnya dia utarakan kepada laki-laki itu, padahal sebelumnya, Sandra telah berjanji kepada diri sendiri untuk memberitahukan kebenaran yang terjadi terhadapnya kepada Wisnu. “Kita pesan menu favorit kita, ya,
🏵️🏵️🏵️ Seperti biasa, sore ini Sarah melakukan aktivitas bersama Bi Inah, menyiram tanaman. Walaupun Sarah masih sangat sedih mengingat kemesraan yang terjadi antara suaminya dengan wanita lain, tetapi dia berusaha menutupi hal itu di depan semua penghuni rumah Wisnu. Sarah tetap menunjukkan senyumannya di depan Bi Inah. Dia tidak ingin orang lain mengetahui luka yang dia rasakan saat ini. Sarah tetap berusaha tegar walau hatinya menangis karena mengetahui sang suami mampu bersikap mesra terhadap wanita lain. “Sore, Bik, Sarah.” Reno tiba-tiba muncul di dekat Sarah dan Bi Inah. Hampir setiap hari laki-laki itu menunjukkan batang hidungnya di rumah Wisnu. “Eh, ada Den Reno. Non Jessy ada di rumah, kok.” Bi Inah sebenarnya tahu kalau Reno sering mengunjungi rumah Wisnu hanya untuk bertemu dengan Sarah. “Terima kasih, Bik, tapi aku mau ketemu Sarah. Ada yang ingin aku bicarakan padanya.” Reno memberikan balasan yang membuat Sarah risi. “Bibik kirain mau ketemu Non Jessy. Ya, udah
🏵️🏵️🏵️ Sebulan telah berlalu setelah kejadian kesalahpahaman yang terjadi antara Wisnu dan Reno. Sejak saat itu, adik sepupu Wisnu tersebut tidak pernah menunjukkan batang hidungnya. Dia tiba-tiba tidak ada kabar. Jessy bahkan sangat heran kenapa saudaranya itu tidak dapat dihubungi sama sekali. Dia mencoba bertanya kepada Wisnu, tetapi laki-laki itu justru memberikan jawaban yang aneh menurut Jessy. “Kamu nggak perlu bertanya tentang orang itu ke Kakak.” Begitu balasan yang Wisnu ucapakan kepada Jessy tentang Reno. “Kakak kenapa, sih? Gitu banget jawabannya. Kakak ada masalah apa dengan Reno?” Jessy tidak mengerti dengan sikap kakaknya. “Nggak ada, tapi lagi kesel aja sama, tuh, anak.” Wisnu segera menjauh dari Jessy karena tidak ingin mendengar pertanyaan berikutnya dari adiknya tersebut. Wisnu juga tidak mengerti kenapa tiba-tiba merasa sangat kesal terhadap Reno. Dia sadar kalau dirinya tidak mungkin cemburu melihat kedekatan Reno dengan Sarah karena baginya sang istri ha
🏵️🏵️🏵️ “Kamu kenapa, Sayang?” tanya Bu Siska kepada Sarah dengan wajah heran. “Saya mual, Mih. Mungkin masuk angin karena semalaman nggak tidur.” Sarah merasa yakin kalau dirinya sedang masuk angin. “Kenapa sampai nggak tidur?” tanya Bu Siska penasaran. “Nggak apa-apa, Mih.” Sarah tidak ingin mengatakan yang sebenarnya kepada sang ibu mertua. Dia tidak mampu terpejam tadi malam karena mengingat dirinya akan berpisah dengan Wisnu. “Perginya ditunda aja. Kamu istirahat dulu.” Bu Siska memberikan Saran. “Biarin aja pergi sekarang, Mih. Kenapa harus ditunda?” Tiba-tiba Jessy membuka suara. “Jessy! Kenapa kamu nggak punya perasaan? Kamu juga perempuan, seharusnya mengerti posisi Sarah.” Pak Wildan tidak terima dengan sikap Jessy. “Nggak apa-apa, Pih. Saya pergi sekarang. Saya akan naik taksi.” Sarah pun mencium punggung tangan kedua mertuanya secara bergantian. Dia juga mengulurkan tangan kepada Wisnu dan Jessy, tetapi ditepiskan. Sarah tidak ingin berlama-lama di tempat tersebu
🏵️🏵️🏵️ “Walaupun dulu Mas selalu kasar sama saya, tapi saya tetap bangga menjadi istri Mas.” “Saya merasa menjadi wanita paling beruntung karena dinikahi pria tampan seperti Mas. Saya nggak pernah menyesal hidup bersama Mas, walaupun pernikahan kita berawal dari sebuah janji.” “Janji itu telah menyadarkan saya kalau Mas suami idaman saya. Mas tetap yang terbaik.” “Bangun, Mas. Apa Mas nggak ingin merasakan keberadaan calon anak kedua kita?” Sarah mendekatkan tangan Wisnu ke perutnya. “Rasakanlah keberadaan anak kita, Mas. Dia sama seperti Wira, sangat membutuhkan papanya.” Wisnu belum memberikan respons sedikit pun. Sarah akhirnya membenamkan wajahnya ke dada sang suami tercinta. Dia belum mampu membendung air matanya agar tidak jatuh. Wanita itu sangat takut karena setelah beberapa menit berlalu, Wisnu masih terdiam sama seperti saat dirinya baru tiba di ruangan itu. “Kamu kenapa, Sayang?” Sarah terkejut mendengar suara Wisnu. Dia pun segera mengangkat wajah dari dada laki-
🏵️🏵️🏵️ “Salah satunya Kevin, yang sekarang jadi adik ipar kita. Terus, Reno. Karyawan-karyawan di kantor. Satu lagi ... kata Tasya teman satu sekolah kalian.” Wisnu menyebutkan orang-orang yang mengagumi istrinya sambil meruncingkan bibir. “Itu nggak benar, Mas.” “Itu kenyataan, Sayang. Tapi nggak masalah. Toh, yang berhasil milikin kamu hanya aku. Kamu menyerahkan diri seutuhnya hanya padaku.” Wisnu pun turut berbaring di samping Sarah lalu memeluk wanita itu. Wisnu kini menyadari bahwa hidup bersama Sarah merupakan anugerah terindah untuknya. Walaupun laki-laki itu awalnya menolak perasaannya untuk Sarah dan yakin hanya mencintai Sandra, tetapi pada kenyataan saat ini, dia justru bersatu dengan wanita yang dulu sangat dia benci tersebut. 🏵️🏵️🏵️ Keesokan hari .... Setelah Wisnu dan ayahnya berangkat ke kantor, Sarah kembali mengalami mual seperti kemarin. Namun kali ini, rasa itu muncul lebih sering dari sebelumnya. Sarah pun menyerahkan Wira kepada sang ibu mertua lalu
🏵️🏵️🏵️ “Ada perlu apa ke sini?” tanya Wisnu dengan nada tegas. Sarah bingung melihat sikap sang suami. Dia juga tidak mengenal pria yang kini ada di depannya. Laki-laki yang merupakan tamu di rumah Wisnu itu pun segera berdiri, kemudian menyerahkan sepucuk surat kepada masa lalu istrinya tersebut. Wisnu awalnya tidak memberikan respons, tetapi karena mendapat isyarat dari Sarah, dia akhirnya menerima surat itu. “Itu mewakili permintaan maaf Sandra. Semoga kalian bersedia memaafkan almarhumah istri saya.” Wisnu kembali terkejut mendengar pengakuan laki-laki yang berdiri di depannya. Wisnu pun akhirnya mulai membaca surat yang telah dia terima. Sebelumnya, dia meminta asisten rumah tangga membawa Wira memasuki rumah. Isi surat itu menjelaskan bahwa Sandra meminta maaf atas apa yang pernah dia lakukan. Sandra mengaku tidak pernah memiliki niat sedikit pun untuk mengusik kehidupan rumah tangga Wisnu. Tujuan wanita itu hanya satu, dia berharap agar Wisnu menyadari perasaannya terhad
🏵️🏵️🏵️ “Sebelum mereka jadian, Reno mengatakan langsung padaku kalau dia mencintaimu. Saat itu, aku sangat marah padanya.” Wisnu kembali memberikan penjelasan kepada Sarah. “Saya berharap semoga hubungan kalian kembali akur seperti dulu lagi.” Sarah berharap agar keharmonisan antara Wisnu dan Reno kembali terjalin. “Iya, Sayang. Itu pasti.” “Terus, cowok yang ngantar saya ke kampus waktu magang namanya Rey. Dia udah sering ngungkapin perasaannya, tapi selalu saya tolak.” “Terima kasih karena kamu menolaknya. Berkat penolakan itu, akhirnya gadis ingusan yang telah bersemayam dalam hatiku, kini mendampingi hidupku. Aku sangat mencintaimu, Bidadariku.” Wisnu pun mencium puncak kepala Sarah. “Kenapa Mas kembali menyebut saya anak ingusan?” Sarah sedikit kesal terhadap Wisnu. “Eh, ternyata sekarang bukan anak ingusan lagi, tapi udah punya anak. Anaknya sekarang berusia empat bulan. Tampan banget.” Wisnu menyunggingkan senyumnya. Wisnu sangat bahagia karena dirinya telah berhasil
🏵️🏵️🏵️ “Nanti aku pasti ceritakan.” Wisnu mencium tangan istrinya. “Aku mandi dulu, ya, Sayang.” Wisnu pun beranjak menuju kamar mandi. Rasa penasaran akhirnya menghampiri Sarah. Wanita itu merasa kalau Wisnu kini menyembunyikan sesuatu. Namun, Sarah berusaha untuk yakin kalau sesuatu yang belum dia ketahui saat ini, bukan hal serius yang akan mengusik kehidupan rumah tangganya bersama Wisnu. Sarah juga yakin kalau Wisnu yang dulu dan sekarang sangat berbeda. Dia percaya kalau sang suami benar-benar telah berubah dan kini sangat mencintai istri dan anaknya. Sarah berusaha berpikiran positif. 🏵️🏵️🏵️ Hari ini, keluarga Wisnu tampak sangat bahagia. Pak Wildan dan Bu Siska sangat bersyukur karena putri bungsu mereka telah menemukan sang pujaan hati. Dia tidak lain adalah Jessy. Wajah wanita itu terlihat berseri-seri bersanding dengan Kevin di pelaminan. Wisnu dan Sarah menghampiri pasangan yang baru resmi menjadi pasangan suami istri tersebut. Wisnu tidak pernah menyangka bahwa
🏵️🏵️🏵️ “Saya nggak apa-apa, Mas?” Sarah tetap tidak ingin memberikan jawaban yang sebenarnya. Wisnu pun melepas pelukan lalu menangkupkan tangannya di kedua pipi Sarah. “Kalau memang nggak apa-apa, kenapa kamu nangis?” “Ini tangis bahagia, Mas.” Sarah menunduk karena tidak kuasa memandang wajah sang suami. “Aku perhatiin sejak kamu sadar, kamu tidak berani menatapku. Kamu lebih sering menunduk dan kadang memalingkan muka. Ada apa?” “Nggak apa-apa, Mas. Maaf, saya mau mandi dulu.” Sarah pun mengalihkan pembicaraan. “Dari tadi jawaban kamu itu aja. Kamu bersikap seolah-olah ingin menutupi sesuatu dari suamimu.” “Nggak, Mas. Maaf, saya mau mandi.” Sarah menggeser posisi lalu turun dari tempat tidur. Sebelum wanita itu melangkah, Wisnu pun meraih tangannya. “Tunggu, Sayang. Kita mandinya bareng.” Sarah terkejut mendengar keinginan Wisnu. “Nggak, Mas.” Sarah segera menarik tangannya dari genggaman Wisnu lalu masuk kamar mandi. Dia tidak pernah menyangka akan mendengar permintaa
🏵️🏵️🏵️ “Terima kasih, Mas,” ucap Sarah kepada Wisnu. Wanita itu berusaha memalingkan wajah karena canggung. “Terima kasih untuk apa, Sayang?” Sarah terbuai mendengar kelembutan yang keluar dari mulut sang suami. Sarah akhirnya memberanikan diri untuk menyampaikan apa yang tersimpan dalam hatinya kepada Wisnu. “Terima kasih atas perhatian Mas.” “Sudah sepantasnya aku melakukan ini sejak dulu. Aku beruntung memiliki istri seperti dirimu yang sangat sabar menghadapi sikapku. Maaf karena aku baru menyadarinya setelah kehamilan kamu berjalan beberapa bulan. Kamu hebat, Sayang. Kamu sukses membuka hatiku untuk mencintaimu.” Wisnu mengusap pipi Sarah. Sarah tidak sanggup memandang wajah Wisnu. Wanita itu kembali menunduk karena merasa malu setelah kembali mendengar kalimat cinta dari mulut sang suami. Sarah masih belum percaya sepenuhnya dengan apa yang dia saksikan saat ini. Laki-laki yang dulu sangat kasar dan pernah Sarah benci ketika masih menjalankan pratik kerja lapangan, kini
🏵️🏵️🏵️ Ketakutan makin menghantui pikiran Sarah. Dia bahkan berharap tidak ingin bertemu Wisnu lagi, asalkan dirinya tetap bersama dengan sang buah hati. Bagi Sarah, anak yang kini berada di dekatnya adalah pengobat hati. Sarah tidak berharap agar Wisnu menerima dirinya sebagai istri yang diinginkan karena dalam pikiran wanita itu, sang suami hanya mencintai Sandra. Sarah merasa tidak mampu merebut hati suami tercinta dari Sandra. Hanya satu hal yang Sarah harapkan saat ini, tidak dipisahkan dengan anak yang telah dia lahirkan. Sarah tidak peduli jika dirinya harus diusir dari rumah Wisnu, yang penting tetap berada di dekat sang buah hati. “Saya mohon, Mas. Jangan pisahkan saya dengan anak saya. Mas bisa mendapatkan keturunan dari wanita yang Mas cintai.” Sarah makin takut setelah Wisnu duduk di sampingnya. Dia membelakangi laki-laki itu. “Kenapa kamu mikirnya seperti itu? Siapa yang berniat misahin kamu dan anak kita?” Wisnu memegang pundak istrinya. “Mas pernah mengucapkan k
🏵️🏵️🏵️ Sarah dengan polosnya tetap tidak mengerti maksud dari ucapan Wisnu. Dia justru yakin bahwa sang suami yang telah dia cintai hanya memikirkan Sandra. Pikiran seperti itulah yang telah menyebabkan dirinya tertekan hingga mengalami koma setelah melahirkan buah hati tercinta. Sarah tidak tahu bahwa saat hari dia ingin melarikan diri dari rumah Wisnu, sang suami sudah yakin akan segera mengakui perasaan cinta untuknya. Namun, kadang kenyataan tidak seindah harapan. Sebelum Wisnu mengungkapkan cinta kepada Sarah, wanita itu justru mengalami musibah hingga tidak sadarkan diri. Wisnu merasa menyesal karena tidak mengakui apa yang dia rasakan dari awal terhadap Sarah. Sekarang, laki-laki itu tetap berharap agar dirinya dan sang istri beserta sang buah hati kembali bersatu menjadi keluarga utuh yang sangat bahagia. Lamunan Wisnu buyar seketika setelah mendengar nada panggilan masuk dari ponselnya. Dia pun meraih benda pipih itu dari saku kemejanya. Ternyata telepon daru dokter yan