🏵️🏵️🏵️
Setelah selesai menikmati makan malam bersama, Wisnu memilih duduk di taman belakang rumah. Laki-laki itu termenung karena ingatannya tertuju kepada wanita yang sangat dia cintai hingga saat ini.
Tiga tahun lamanya, Wisnu menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih bersama Sandra. Kedua insan itu telah sepakat akan melanjutkan ikatan ke jenjang yang lebih serius, yaitu pernikahan.
Akan tetapi, kenyataan kadang tidak seindah harapan. Sandra dan keluarganya tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Satu hal yang Wisnu ketahui kala itu, bahwa perusahaan milik keluarga sang kekasih mengalami pailit.
Wisnu tidak pernah mempermasalahkan keadaan keluarga Sandra yang tidak seperti dulu lagi. Laki-laki itu ikhlas menerima sang pujaan hati apa adanya. Dia tetap ingin menjadikan Sandra sebagai pendamping hidupnya.
“Apa kamu akan tetap mencintaiku setelah mengetahui keadaan keluargaku yang sekarang, Mas?” tanya Sandra kala itu kepada Wisnu.
“Kenapa kamu bertanya seperti itu, Sayang? Aku mencintaimu dengan tulus. Aku nggak peduli dengan apa yang telah menimpa keluargamu.” Wisnu meyakinkan sang kekasih.
Bagi Wisnu, Sandra adalah wanita yang telah berhasil membuatnya mengenal arti cinta yang sebenarnya. Sandra merupakan pengobat hati laki-laki tersebut saat mendapatkan pengkhianatan dari Bella, cinta pertamanya.
Oleh karena itu, Wisnu belum mampu melupakan Sandra hingga saat ini, padahal komunikasi di antara mereka telah terputus selama dua tahun terakhir ini. Bagi Wisnu, menghapus bayangan Sandra dari pikiran tidak semudah ketika dirinya berpisah dengan Bella.
Sandra telah memberikan segalanya untuk Wisnu. Di samping rasa cinta yang laki-laki itu miliki untuk sang pujaan hati, dia juga tidak ingin lari dari tanggung jawab atas apa yang telah terjadi antara dirinya dan Sandra.
“Kamu jangan takut, Sayang. Aku tidak mungkin ninggalin kamu. Kamu sudah memberikan segalanya untukku.” Wisnu berjanji kepada Sandra ketika hubungan yang belum pantas itu terjadi di antara mereka.
“Aku percaya padamu, Mas.” Sandra pun tidak pernah merasa ragu dengan janji yang Wisnu ucapkan.
Dua tahun setelah Sandra tidak memberikan kabar, orang tua Wisnu pun meminta anak laki-lakinya tersebut agar segera berumah tangga. Pak Wildan dan Bu Siska ingin secepatnya memiliki cucu, mengingat usia Wisnu telah memasuki tiga puluh tahun.
“Kamu harus segera menikah. Kamu anak laki-laki satu-satunya yang harus memberikan keturunan untuk keluarga ini!” Bu Siska dengan tegas menyampaikan harapan tersebut kepada Wisnu.
“Saya masih nunggu Sandra, Mih.” Wisnu tetap berharap kepada wanita yang sangat dia cintai tersebut.
“Dua tahun tanpa kabar, itu namanya apa? Kenapa kamu harus menunggu sesuatu yang tidak pasti?” Pak Wildan turut menimpali.
“Tapi saya hanya mencintai Sandra.”
“Papi dan Mami nggak peduli. Usia kamu itu udah nggak muda lagi. Ingat, loh, kepala tiga. Teman-teman Mami udah pada punya cucu.” Bu Siska tetap dengan keinginannya agar Wisnu segera menikah.
Desakan Pak Wildan dan Bu Siska tidak mampu Wisnu elakkan. Laki-laki itu bosan dengan kalimat yang dilontarkan kepada dirinya setiap hari. Wisnu akhirnya memenuhi permintaan kedua orang tuanya dengan menikahi Sarah, wanita yang tidak pernah dia cinta.
“Ini tehnya, Mas.” Lamunan Wisnu buyar seketika saat menyadari keberadaan Sarah yang kini sedang berada di dekatnya sambil membawa secangkir teh.
Wisnu langsung menepiskan teh buatan Sarah yang sengaja disuguhkan untuk dirinya hingga terjatuh dari tangan wanita tersebut. Laki-laki itu dengan kasar menarik tangan sang istri hingga terduduk di pangkuannya. Wisnu dengan beringas mencium bibir Sarah.
Sarah sangat terkejut dengan apa yang Wisnu lakukan terhadap dirinya. Dia tidak mengerti kenapa laki-laki tersebut berbuat seperti itu. Namun, Sarah tidak mampu menolak kemauan sang suami. Dia hanya diam.
🏵️🏵️🏵️
Sarah tidak mengerti apa yang terjadi dengan hatinya saat ini. Memasuki tiga bulan usia pernikahannya bersama Wisnu, dia tidak merasa tersakiti dengan sikap kasar laki-laki tersebut. Sarah justru salah tingkah setiap berada di dekat Wisnu.
Kekasaran yang dilakukan oleh sang suami ternyata menciptakan rasa yang berbeda di hati Sarah. Dia memiliki perasaan lebih terhadap Wisnu. Sarah akui, sejak lulus sekolah, hanya Wisnu yang sangat dekat dengannya.
Sarah belum pernah merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya. Sebelumnya, hanya ada cinta monyet yang dia rasakan saat wanita berparas cantik itu masih duduk di bangku sekolah. Namun saat ini, dia benar-benar jatuh cinta kepada suaminya sendiri.
“Kapan kamu hamil?”
Sarah terkejut mendengar suara Wisnu. Laki-laki tersebut tiba-tiba melontarkan pertanyaan itu ketika memasuki kamar, padahal tadi dirinya masih asyik berbincang dengan sang ayah di ruang keluarga.
“Saya nggak tahu, Mas. Semoga dalam waktu dekat ini saya segera hamil.” Sarah yang sedari tadi sedang berbaring di tempat tidur, langsung bangkit dan memilih duduk.
“Kita nikah udah tiga bulan, tapi kamu belum hamil juga. Ada apa denganmu? Mana janjimu yang akan melahirkan anak untuk saya?” Wisnu pun duduk di samping Sarah lalu menatap tajam wanita itu.
Sarah tidak merasa takut lagi menghadapi sikap sang suami. Saat ini yang dia rasakan untuk laki-laki itu hanya cinta. Dia juga tidak ingat sejak kapan perasaannya berubah dari benci menjadi sayang.
“Apa rahimmu bermasalah? Jelasin, Sarah!” Wisnu memegang kedua pundak sang istri.
“Saya nggak ngerti, Mas.” Sarah tidak mampu menatap suaminya.
“Seharusnya kamu memeriksakan kondisimu sejak awal! Saya bosan mendengar pertanyaan Papi dan Mami! Kamu benar-benar nggak berguna!” Wisnu memegang dagu Sarah lalu mengangkat wajah wanita itu.
“Maafin saya, Mas.”
“Hanya kata maaf yang mampu keluar dari mulutmu. Saya muak!”
Wisnu pun mendorong tubuh Sarah lalu dia beranjak dari tempat tidur menuju meja kerjanya yang letaknya juga di kamar tersebut. Sementara Sarah kembali merebahkan tubuh. Wanita itu juga kini merasa bingung menyadari dirinya yang belum hamil.
Wisnu yang telah duduk di depan meja kerjanya, segera meraih ponsel yang terletak di atas berkas yang akan dia kerjakan malam ini sebelum menuju alam mimpi. Laki-laki tampan itu pun membuka benda pipih tersebut.
Wisnu sangat terkejut melihat pesan masuk dalam ponselnya. Nomor yang tidak dikenal, tetapi kalimat yang tertulis sangat dia yakini dari wanita yang selama ini tetap bersemayam di hatinya. Wisnu tidak menyangka bahwa Sandra menghubunginya.
[Apa kabar, Mas? Ini Tweety-mu.] Wisnu memberikan nama Tweety kepada Sandra saat mereka masih bersama dulu.
[Apa kamu masih mengingatku?] Pesan dari nomor yang sama kembali masuk.
[Sekarang aku di Surabaya, Mas. Aku merindukanmu.] Jantung Wisnu berdegup kencang mengetahui sang pujaan hati telah kembali ke kota yang banyak menyimpan kenangan mereka.
Wisnu tiba-tiba memikirkan sesuatu yang kini mampu membuatnya tersenyum. Dia ingin memanfaatkan keadaan Sarah yang belum juga hamil hingga saat ini. Laki-laki itu merasa akan lebih mudah mengusir sang istri dari rumah.
Wisnu berpikir bahwa Sandra kembali pada saat yang tepat. Dia akan meminta Sarah keluar dari rumah dan segera menikahi wanita yang sangat dia cintai selama ini. Wisnu pun segera melakukan panggilan pada nomor yang mengiriminya pesan.
“Mas.” Wisnu mendengar suara wanita yang selalu dia rindukan selama ini.
“Kamu ke mana aja, Sayang? Kenapa kamu pergi tanpa kabar? Sandra, pujaan hatiku. Tweety-ku.” Wisnu langsung memberikan balasan dengan suara lembut. Laki-laki itu kini menitikkan air mata kebahagiaan.
“Aku kangen, Mas.”
“Aku juga kangen banget, Sayang.”
Wisnu tidak tahu bahwa percakapannya dengan Sandra didengar Sarah. Wanita yang sudah resmi berstatus sebagai istri laki-laki tersebut merasa sakit mendengar kemesraan sang suami. Sarah pun tidak mampu menahan air matanya agar tidak jatuh.
Sarah sangat sedih karena suami yang kini dia cintai ternyata mampu bersikap mesra kepada orang lain, sangat bertolak belakang dengan apa yang dilakukan terhadap dirinya. Sarah ingin mengatakan kepada dunia bahwa saat ini hatinya jauh lebih hancur dari penyerahan diri yang dia lakukan terhadap Wisnu saat awal pernikahan mereka.
Sarah tidak mampu berbuat sesuatu karena statusnya sebagai istri Wisnu terjadi hanya karena sebuah janji. Dia merasa tidak memiliki hak untuk melarang sang suami yang kini sedang bermesraan melalui telepon bersama wanita lain.
‘Ya Allah, kuatkan hamba dalam menghadapi kenyataan pahit ini. Hamba tidak tahu harus berbuat apa. Hamba menyerahkan segalanya kepada-Mu.’ Di dalam hati, Sarah memanjatkan doa kepada Yang Kuasa.
===============
🏵️🏵️🏵️ Cinta itu kadang tidak dapat dimengerti. Ketika Sarah selalu bersabar menjadi pendamping hidup Wisnu, sang suami justru memberikan hatinya kepada wanita lain. Wisnu tidak pernah menganggap Sarah sebagai seseorang yang telah hadir dalam kehidupannya. Sekarang Wisnu justru memiliki niat untuk mengusir Sarah dari rumah setelah mengetahui kehadiran Sandra di Surabaya. Laki-laki itu tidak pernah menyadari bahwa wanita yang sudah dia nikahi ternyata menyimpan cinta untuknya. Sarah tidak mampu menepiskan perasaan yang tiba-tiba tumbuh untuk sang suami. Dia sangat sadar kalau Wisnu selalu menyakiti dirinya hampir setiap hari. Namun, rasa yang telah ada kini tidak dapat terelakkan. Sarah mencoba untuk kuat menerima kenyataan pahit yang terjadi kepadanya. Dia pun memejamkan mata dan berharap segera tiba ke alam mimpi agar dapat mengurangi rasa sakit yang kini datang menghampiri dirinya. “Saya yakin, kamu pasti dengar pembicaraan saya di telepon.” Sarah tiba-tiba terkejut mendengar
🏵️🏵️🏵️ “Aku nggak ada niat sedikit pun menghindarimu, Mas. Aku merasa tersiksa dengan perpisahan kita.” Sandra memegang tangan laki-laki yang sangat mencintainya tersebut. “Kalau kamu merasa tersiksa tanpa diriku, kenapa kamu meninggalkanku? Kamu tiba-tiba hilang dan aku merasa menjadi seseorang yang kehilangan arah.” Sekarang Wisnu yang menggenggam tangan Sandra. “Maafin aku, Mas. Aku telah membuatmu menunggu, tapi ….” Sandra tiba-tiba menggantung kalimat yang ingin dia ucapkan. “Tapi kenapa, Sayang?” Wisnu penasaran mendengar apa yang ingin Sandra sampaikan. “Nggak apa-apa, Mas. Lupain aja. Yang penting sekarang aku ada di sini untukmu.” Sandra mengembangkan senyuman di depan Wisnu. Melihat keromantisan yang Wisnu tunjukkan, Sandra tidak mampu menceritakan apa yang seharusnya dia utarakan kepada laki-laki itu, padahal sebelumnya, Sandra telah berjanji kepada diri sendiri untuk memberitahukan kebenaran yang terjadi terhadapnya kepada Wisnu. “Kita pesan menu favorit kita, ya,
🏵️🏵️🏵️ Seperti biasa, sore ini Sarah melakukan aktivitas bersama Bi Inah, menyiram tanaman. Walaupun Sarah masih sangat sedih mengingat kemesraan yang terjadi antara suaminya dengan wanita lain, tetapi dia berusaha menutupi hal itu di depan semua penghuni rumah Wisnu. Sarah tetap menunjukkan senyumannya di depan Bi Inah. Dia tidak ingin orang lain mengetahui luka yang dia rasakan saat ini. Sarah tetap berusaha tegar walau hatinya menangis karena mengetahui sang suami mampu bersikap mesra terhadap wanita lain. “Sore, Bik, Sarah.” Reno tiba-tiba muncul di dekat Sarah dan Bi Inah. Hampir setiap hari laki-laki itu menunjukkan batang hidungnya di rumah Wisnu. “Eh, ada Den Reno. Non Jessy ada di rumah, kok.” Bi Inah sebenarnya tahu kalau Reno sering mengunjungi rumah Wisnu hanya untuk bertemu dengan Sarah. “Terima kasih, Bik, tapi aku mau ketemu Sarah. Ada yang ingin aku bicarakan padanya.” Reno memberikan balasan yang membuat Sarah risi. “Bibik kirain mau ketemu Non Jessy. Ya, udah
🏵️🏵️🏵️ Sebulan telah berlalu setelah kejadian kesalahpahaman yang terjadi antara Wisnu dan Reno. Sejak saat itu, adik sepupu Wisnu tersebut tidak pernah menunjukkan batang hidungnya. Dia tiba-tiba tidak ada kabar. Jessy bahkan sangat heran kenapa saudaranya itu tidak dapat dihubungi sama sekali. Dia mencoba bertanya kepada Wisnu, tetapi laki-laki itu justru memberikan jawaban yang aneh menurut Jessy. “Kamu nggak perlu bertanya tentang orang itu ke Kakak.” Begitu balasan yang Wisnu ucapakan kepada Jessy tentang Reno. “Kakak kenapa, sih? Gitu banget jawabannya. Kakak ada masalah apa dengan Reno?” Jessy tidak mengerti dengan sikap kakaknya. “Nggak ada, tapi lagi kesel aja sama, tuh, anak.” Wisnu segera menjauh dari Jessy karena tidak ingin mendengar pertanyaan berikutnya dari adiknya tersebut. Wisnu juga tidak mengerti kenapa tiba-tiba merasa sangat kesal terhadap Reno. Dia sadar kalau dirinya tidak mungkin cemburu melihat kedekatan Reno dengan Sarah karena baginya sang istri ha
🏵️🏵️🏵️ “Kamu kenapa, Sayang?” tanya Bu Siska kepada Sarah dengan wajah heran. “Saya mual, Mih. Mungkin masuk angin karena semalaman nggak tidur.” Sarah merasa yakin kalau dirinya sedang masuk angin. “Kenapa sampai nggak tidur?” tanya Bu Siska penasaran. “Nggak apa-apa, Mih.” Sarah tidak ingin mengatakan yang sebenarnya kepada sang ibu mertua. Dia tidak mampu terpejam tadi malam karena mengingat dirinya akan berpisah dengan Wisnu. “Perginya ditunda aja. Kamu istirahat dulu.” Bu Siska memberikan Saran. “Biarin aja pergi sekarang, Mih. Kenapa harus ditunda?” Tiba-tiba Jessy membuka suara. “Jessy! Kenapa kamu nggak punya perasaan? Kamu juga perempuan, seharusnya mengerti posisi Sarah.” Pak Wildan tidak terima dengan sikap Jessy. “Nggak apa-apa, Pih. Saya pergi sekarang. Saya akan naik taksi.” Sarah pun mencium punggung tangan kedua mertuanya secara bergantian. Dia juga mengulurkan tangan kepada Wisnu dan Jessy, tetapi ditepiskan. Sarah tidak ingin berlama-lama di tempat tersebu
🏵️🏵️🏵️ “Mas Wisnu lagi sibuk, Yah.” Sarah memberikan alasan. “Tapi hubungan kalian baik-baik saja, ‘kan?” Sang ayah merasakan sesuatu yang aneh dengan kedatangan Sarah tanpa Wisnu. Setelah Wisnu dan Sarah menikah, kedua insan itu belum pernah sekali pun mengunjungi rumah Pak Dimas dan Bu Ratna. Sarah tidak berani mengajak sang suami berkunjung ke rumah orang tuanya. “Iya, Ayah. Ayah tenang aja. Sarah dan Mas Wisnu baik-baik saja.” Sarah berusaha meyakinkan Pak Dimas. “Syukurlah kalau kalian baik-baik saja. Ya, sudah, Ayah berangkat kerja dulu.” Sarah dan ibunya pun mencium punggung tangan Pak Dimas. Laki-laki paruh baya itu segera menyalakan mesin motornya lalu meluncur. Sarah tidak kuasa menahan kesedihannya di depan Bu Ratna. Dia langsung menumpahkan bening kristal dari pelupuk matanya lalu memeluk wanita itu. Sarah pun menceritakan apa yang terjadi sebenarnya hingga dia berada di rumah orang tuanya saat ini. “Apa reaksi mertuamu, Sayang?” tanya Bu Ratna. Dia berusaha menen
🏵️🏵️🏵️ “Sarah ingat hampir tiga bulan nggak haid, Buk.” Sarah memberikan jawaban. “Apa? Jadi, kamu nggak cerita ke Wisnu?” Sang ibu sangat terkejut. “Sarah juga nggak ingat, Buk. Baru ingat saat di taksi pas mau ke sini.” “Hal seperti ini harus diketahui suamimu.” “Iya, Buk. Maafin Sarah.” Bu Ratna sangat percaya kalau Sarah sedang mengandung benih Wisnu. Namun, wanita itu juga ingin memastikannya dengan mengajak Sarah ke rumah sakit. Bu Ratna berharap semoga apa yang Sarah alami saat ini menjadi petunjuk untuk anaknya tersebut agar kembali bersatu dengan Wisnu. Saat menuju rumah sakit, Sarah tidak sengaja melihat Wisnu dan wanita pujaanya sedang menyeberang jalan sambil bergandengan tangan. Sarah berusaha mengalihkan pandangan ibunya agar tidak melihat sang suami. Wanita pemilik senyum indah itu kembali bersedih. Dia merasa kalau Wisnu benar-benar tidak mengingat dirinya. Sarah membayangkan betapa bahagianya berada di posisi Sandra, dicintai laki-laki seperti Wisnu. Akan
🏵️🏵️🏵️ Waktu menunjukkan jam lima sore, Sarah memilih berbaring di ruang TV sambil menonton acara favorit. Dia tidak menyadari kalau Wisnu dan Bu Ratna sedang berjalan ke arahnya. Ternyata sang suami kini datang menjemputnya. “Sayang. Ada Nak Wisnu, nih. Katanya mau jemput kamu.” Sarah terkejut mendengar suara ibunya. Dia juga hampir tidak percaya kalau sang suami kini ada di dekatnya. Dia pun segera duduk. Wisnu memandangi wanita yang telah dia usir dari rumahnya kemarin pagi. Wisnu tidak menyangka kalau saat ini sang istri sedang mengandung anaknya, padahal dia sudah tidak mengharapkan perempuan itu setelah Sandra kembali dalam hidupnya. Rencana Wisnu untuk segera melamar Sandra, kini pupus sudah. Dia harus menunggu sampai Sarah melahirkan anaknya. Wisnu tetap ingat apa yang pernah dia ucapkan kepada Sarah kala itu. Setelah anak mereka lahir, maka sang istri harus segera pergi dari rumah. “Silakan duduk, Nak Wisnu. Ibu akan ambilkan minum.” Bu Ratna pun beranjak ke dapur. Wan
🏵️🏵️🏵️ “Walaupun dulu Mas selalu kasar sama saya, tapi saya tetap bangga menjadi istri Mas.” “Saya merasa menjadi wanita paling beruntung karena dinikahi pria tampan seperti Mas. Saya nggak pernah menyesal hidup bersama Mas, walaupun pernikahan kita berawal dari sebuah janji.” “Janji itu telah menyadarkan saya kalau Mas suami idaman saya. Mas tetap yang terbaik.” “Bangun, Mas. Apa Mas nggak ingin merasakan keberadaan calon anak kedua kita?” Sarah mendekatkan tangan Wisnu ke perutnya. “Rasakanlah keberadaan anak kita, Mas. Dia sama seperti Wira, sangat membutuhkan papanya.” Wisnu belum memberikan respons sedikit pun. Sarah akhirnya membenamkan wajahnya ke dada sang suami tercinta. Dia belum mampu membendung air matanya agar tidak jatuh. Wanita itu sangat takut karena setelah beberapa menit berlalu, Wisnu masih terdiam sama seperti saat dirinya baru tiba di ruangan itu. “Kamu kenapa, Sayang?” Sarah terkejut mendengar suara Wisnu. Dia pun segera mengangkat wajah dari dada laki-
🏵️🏵️🏵️ “Salah satunya Kevin, yang sekarang jadi adik ipar kita. Terus, Reno. Karyawan-karyawan di kantor. Satu lagi ... kata Tasya teman satu sekolah kalian.” Wisnu menyebutkan orang-orang yang mengagumi istrinya sambil meruncingkan bibir. “Itu nggak benar, Mas.” “Itu kenyataan, Sayang. Tapi nggak masalah. Toh, yang berhasil milikin kamu hanya aku. Kamu menyerahkan diri seutuhnya hanya padaku.” Wisnu pun turut berbaring di samping Sarah lalu memeluk wanita itu. Wisnu kini menyadari bahwa hidup bersama Sarah merupakan anugerah terindah untuknya. Walaupun laki-laki itu awalnya menolak perasaannya untuk Sarah dan yakin hanya mencintai Sandra, tetapi pada kenyataan saat ini, dia justru bersatu dengan wanita yang dulu sangat dia benci tersebut. 🏵️🏵️🏵️ Keesokan hari .... Setelah Wisnu dan ayahnya berangkat ke kantor, Sarah kembali mengalami mual seperti kemarin. Namun kali ini, rasa itu muncul lebih sering dari sebelumnya. Sarah pun menyerahkan Wira kepada sang ibu mertua lalu
🏵️🏵️🏵️ “Ada perlu apa ke sini?” tanya Wisnu dengan nada tegas. Sarah bingung melihat sikap sang suami. Dia juga tidak mengenal pria yang kini ada di depannya. Laki-laki yang merupakan tamu di rumah Wisnu itu pun segera berdiri, kemudian menyerahkan sepucuk surat kepada masa lalu istrinya tersebut. Wisnu awalnya tidak memberikan respons, tetapi karena mendapat isyarat dari Sarah, dia akhirnya menerima surat itu. “Itu mewakili permintaan maaf Sandra. Semoga kalian bersedia memaafkan almarhumah istri saya.” Wisnu kembali terkejut mendengar pengakuan laki-laki yang berdiri di depannya. Wisnu pun akhirnya mulai membaca surat yang telah dia terima. Sebelumnya, dia meminta asisten rumah tangga membawa Wira memasuki rumah. Isi surat itu menjelaskan bahwa Sandra meminta maaf atas apa yang pernah dia lakukan. Sandra mengaku tidak pernah memiliki niat sedikit pun untuk mengusik kehidupan rumah tangga Wisnu. Tujuan wanita itu hanya satu, dia berharap agar Wisnu menyadari perasaannya terhad
🏵️🏵️🏵️ “Sebelum mereka jadian, Reno mengatakan langsung padaku kalau dia mencintaimu. Saat itu, aku sangat marah padanya.” Wisnu kembali memberikan penjelasan kepada Sarah. “Saya berharap semoga hubungan kalian kembali akur seperti dulu lagi.” Sarah berharap agar keharmonisan antara Wisnu dan Reno kembali terjalin. “Iya, Sayang. Itu pasti.” “Terus, cowok yang ngantar saya ke kampus waktu magang namanya Rey. Dia udah sering ngungkapin perasaannya, tapi selalu saya tolak.” “Terima kasih karena kamu menolaknya. Berkat penolakan itu, akhirnya gadis ingusan yang telah bersemayam dalam hatiku, kini mendampingi hidupku. Aku sangat mencintaimu, Bidadariku.” Wisnu pun mencium puncak kepala Sarah. “Kenapa Mas kembali menyebut saya anak ingusan?” Sarah sedikit kesal terhadap Wisnu. “Eh, ternyata sekarang bukan anak ingusan lagi, tapi udah punya anak. Anaknya sekarang berusia empat bulan. Tampan banget.” Wisnu menyunggingkan senyumnya. Wisnu sangat bahagia karena dirinya telah berhasil
🏵️🏵️🏵️ “Nanti aku pasti ceritakan.” Wisnu mencium tangan istrinya. “Aku mandi dulu, ya, Sayang.” Wisnu pun beranjak menuju kamar mandi. Rasa penasaran akhirnya menghampiri Sarah. Wanita itu merasa kalau Wisnu kini menyembunyikan sesuatu. Namun, Sarah berusaha untuk yakin kalau sesuatu yang belum dia ketahui saat ini, bukan hal serius yang akan mengusik kehidupan rumah tangganya bersama Wisnu. Sarah juga yakin kalau Wisnu yang dulu dan sekarang sangat berbeda. Dia percaya kalau sang suami benar-benar telah berubah dan kini sangat mencintai istri dan anaknya. Sarah berusaha berpikiran positif. 🏵️🏵️🏵️ Hari ini, keluarga Wisnu tampak sangat bahagia. Pak Wildan dan Bu Siska sangat bersyukur karena putri bungsu mereka telah menemukan sang pujaan hati. Dia tidak lain adalah Jessy. Wajah wanita itu terlihat berseri-seri bersanding dengan Kevin di pelaminan. Wisnu dan Sarah menghampiri pasangan yang baru resmi menjadi pasangan suami istri tersebut. Wisnu tidak pernah menyangka bahwa
🏵️🏵️🏵️ “Saya nggak apa-apa, Mas?” Sarah tetap tidak ingin memberikan jawaban yang sebenarnya. Wisnu pun melepas pelukan lalu menangkupkan tangannya di kedua pipi Sarah. “Kalau memang nggak apa-apa, kenapa kamu nangis?” “Ini tangis bahagia, Mas.” Sarah menunduk karena tidak kuasa memandang wajah sang suami. “Aku perhatiin sejak kamu sadar, kamu tidak berani menatapku. Kamu lebih sering menunduk dan kadang memalingkan muka. Ada apa?” “Nggak apa-apa, Mas. Maaf, saya mau mandi dulu.” Sarah pun mengalihkan pembicaraan. “Dari tadi jawaban kamu itu aja. Kamu bersikap seolah-olah ingin menutupi sesuatu dari suamimu.” “Nggak, Mas. Maaf, saya mau mandi.” Sarah menggeser posisi lalu turun dari tempat tidur. Sebelum wanita itu melangkah, Wisnu pun meraih tangannya. “Tunggu, Sayang. Kita mandinya bareng.” Sarah terkejut mendengar keinginan Wisnu. “Nggak, Mas.” Sarah segera menarik tangannya dari genggaman Wisnu lalu masuk kamar mandi. Dia tidak pernah menyangka akan mendengar permintaa
🏵️🏵️🏵️ “Terima kasih, Mas,” ucap Sarah kepada Wisnu. Wanita itu berusaha memalingkan wajah karena canggung. “Terima kasih untuk apa, Sayang?” Sarah terbuai mendengar kelembutan yang keluar dari mulut sang suami. Sarah akhirnya memberanikan diri untuk menyampaikan apa yang tersimpan dalam hatinya kepada Wisnu. “Terima kasih atas perhatian Mas.” “Sudah sepantasnya aku melakukan ini sejak dulu. Aku beruntung memiliki istri seperti dirimu yang sangat sabar menghadapi sikapku. Maaf karena aku baru menyadarinya setelah kehamilan kamu berjalan beberapa bulan. Kamu hebat, Sayang. Kamu sukses membuka hatiku untuk mencintaimu.” Wisnu mengusap pipi Sarah. Sarah tidak sanggup memandang wajah Wisnu. Wanita itu kembali menunduk karena merasa malu setelah kembali mendengar kalimat cinta dari mulut sang suami. Sarah masih belum percaya sepenuhnya dengan apa yang dia saksikan saat ini. Laki-laki yang dulu sangat kasar dan pernah Sarah benci ketika masih menjalankan pratik kerja lapangan, kini
🏵️🏵️🏵️ Ketakutan makin menghantui pikiran Sarah. Dia bahkan berharap tidak ingin bertemu Wisnu lagi, asalkan dirinya tetap bersama dengan sang buah hati. Bagi Sarah, anak yang kini berada di dekatnya adalah pengobat hati. Sarah tidak berharap agar Wisnu menerima dirinya sebagai istri yang diinginkan karena dalam pikiran wanita itu, sang suami hanya mencintai Sandra. Sarah merasa tidak mampu merebut hati suami tercinta dari Sandra. Hanya satu hal yang Sarah harapkan saat ini, tidak dipisahkan dengan anak yang telah dia lahirkan. Sarah tidak peduli jika dirinya harus diusir dari rumah Wisnu, yang penting tetap berada di dekat sang buah hati. “Saya mohon, Mas. Jangan pisahkan saya dengan anak saya. Mas bisa mendapatkan keturunan dari wanita yang Mas cintai.” Sarah makin takut setelah Wisnu duduk di sampingnya. Dia membelakangi laki-laki itu. “Kenapa kamu mikirnya seperti itu? Siapa yang berniat misahin kamu dan anak kita?” Wisnu memegang pundak istrinya. “Mas pernah mengucapkan k
🏵️🏵️🏵️ Sarah dengan polosnya tetap tidak mengerti maksud dari ucapan Wisnu. Dia justru yakin bahwa sang suami yang telah dia cintai hanya memikirkan Sandra. Pikiran seperti itulah yang telah menyebabkan dirinya tertekan hingga mengalami koma setelah melahirkan buah hati tercinta. Sarah tidak tahu bahwa saat hari dia ingin melarikan diri dari rumah Wisnu, sang suami sudah yakin akan segera mengakui perasaan cinta untuknya. Namun, kadang kenyataan tidak seindah harapan. Sebelum Wisnu mengungkapkan cinta kepada Sarah, wanita itu justru mengalami musibah hingga tidak sadarkan diri. Wisnu merasa menyesal karena tidak mengakui apa yang dia rasakan dari awal terhadap Sarah. Sekarang, laki-laki itu tetap berharap agar dirinya dan sang istri beserta sang buah hati kembali bersatu menjadi keluarga utuh yang sangat bahagia. Lamunan Wisnu buyar seketika setelah mendengar nada panggilan masuk dari ponselnya. Dia pun meraih benda pipih itu dari saku kemejanya. Ternyata telepon daru dokter yan