"Sudah sangat lama aku menunggumu, nona. Kau membuatku lelah dalam penantian." Kata Cresta.
"Berapa lama kau menunggu?""Sekitar 200 tahun.""200 tahun. Aku sungguh sangat terlambat datang. Maafkan aku, nona.""Aku memaafkanmu.""Jadi? Tempat apa ini?" Tanya Anna.Saat itu, Anna bisa melihat bagaimana wajah Nona Cresta itu. Ia amat cantik, tetapi lebih mungil dari dirinya. Dan wajah mereka berdua sebenarnya cukup mirip. Cresta menggandengnya tangan Anna dan mengajaknya berkeliling."Jiwaku terjebak di alam ini. Di sini, jiwaku disiksa. Jiwaku tak bisa menuju alam kematian.""Tunggu? Kau sudah mati? Lalu untuk apa aku kemari? Aku tak bisa menyelamatkanmu karena kau sudah mati.""Kau kemari untuk membebaskan ku dari kutukan, nona. Jika aku bebas dari kutukan yang selama 200 tahun menyakitimu ini, jiwaku dapat menuju alam kematian. Itulah misimu yang sebenarnya.""Kutukan macam apa itu? Dan bagaimana cara membebaskanmu?""Saat aIngatan Cresta berpindah lagi. Alam perbatasan antara alam kehidupan dan kematian itu kini menunjukkan sebuah kamar di sebuah gubuk yang usang. Saat itu sudah malam hari, Cresta muda dan Adrianne tampak sedang berbaring telanjang di sebuah ranjang, tubuh mereka tertutup selimut. "Apa kau tidak malu menunjukkan malam pernikahanmu padaku?" Tanya Anna sembari memalingkan wajahnya. "Tidak, nona. Jangan palingkan wajahmu. Ini bagian terpentingnya." Tiba-tiba, pintu gubuk yang mereka tinggali diketuk seseorang. Dengan perasaan malas, Adrianne memakai pakaiannya dan membuka pintu kayu itu. "Nona Cresta di mana? Apakah nona Cresta di sini? Di mana kau menyembunyikannya? Aku tahu ia ada di sini." Kata lelaki yang mengetuk pintu itu. "Siapa kau lelaki gila? Beraninya kau mengganggu malam-malam begini. Enyahlah." kata Adrianne.Lelaki itu berambut merah dan bermata ungu, persis seperti Cresta sendiri. Tanpa menghiraukan Adrianne, si lelaki
"Cresta dari Klan Kingsley, aku mengutukmu. Setelah kau mati, jiwamu tak akan bisa sanggup meraih alam kematian. Jiwamu akan terperangkap dalam tubuh naga raksasa yang abadi. Dan sebagaimana kau yang menuruti seluruh keinginan Adrianne Harlow, sampai-sampai kau mengkhianati titisan darahmu sendiri, naga itu juga akan menuruti segala keinginan Adrianne Harlow dan keturunannya. Kau akan hidup selamanya dalam wujud naga itu untuk melayani Adrianne Harlow dan keturunannya, nona. Mereka akan memperbudakmu selamanya." Mendengar kutukan dari Dewi Eirene, Cresta sangat ketakutan. Ia menjatuhkan keranjang bunga mawar yang ia pegang dan bersujud di kaki sang dewi. "Maafkan aku, dewiku. Ampunilah aku. Jangan kau layangkan kutukan yang aku sendiri tak sanggup menghadapinya. Dan jika aku harus menerima kutukan, tolong setidaknya jangan selamanya, akhirilah kutukan itu suatu hari nanti." "Semuanya tergantung Adrianne, nona.""Maksudnya?" "Beritahu Adrianne semua yang aku katakan padamu ini. Den
"Semua ini pada dasarnya hanyalah pembalasan dendam. Sebagaimana hutang, dendam harus terbayarkan, nona. Untuk melepaskanku dari kutukan, kau harus membalas dendam pada Adrianne dan keturunannya." Kata Cresta. "Iya-iya, aku mengerti. Ayolah, jangan bertele-tele. Beritahu saja aku apa yang harus lakukan." Cresta meletakkan kedua tangannya di pundak Anna, lalu ia menatap gadis itu dengan ekspresi wajah yang sangat serius."Pertama, sebagaimana aku yang diperbudak oleh keluarga Harlow selama 200 tahun lebih, kau harus memperbudak salah satu anggota keluarga Harlow. Yang ini sudah terpenuhi, sebab di hadapan mataku sendiri Erwin Harlow mengatakan : 'aku adalah budak bagi hati dan jiwamu, nona.' Saat upacara eksekusi dahulu." "Iya, aku ingat. Setelah itu, kau mengamuk dan membakar banyak orang. Raja Darril dan beberapa putrinya mati terbakar beberapa hari setelahnya. Kau sengaja membakar mereka?""Yah, aku sengaja, sebab itu adalah hasrat terpendamku. Aku sudah setengah lepas dari kutuka
"Erwin adalah suamiku juga. Bahkan lebih dari itu, aku istri pertamanya. Dan sekarang aku mendapat hakku sebagai seorang istri. Lihatlah, Anna, aku meniduri lelakimu. Dan aku akan mendurinya di malam-malam lain. Aku akan menghabiskan 1001 malam bersamanya. Dan kau tidak akan mendapat jatah satu malam pun." Kata Nona Arista di dalam hatinya saat ia melihat wajah tampan Erwin yang terbaring di bawahnya. Sementara Arista yang mengambil alih hubungan mereka di ranjang itu, Erwin hanya memejamkan mata. Erwin tak merasakan kebahagiaan apapun, semua yang ia pikirkan hanyalah si gadis budak bernama Anna itu. Cinta pertamanya, dan cintanya satu-satunya. Malam itu, Erwin menyadari bahwa ia sudah terlampau sangat mencintai budak perempuannya itu. Bahkan, saat seorang perempuan lain sedang duduk di selangkangannya, yang ia pikirkan hanyalah Anna, Anna, dan Anna. Erwin membuka matanya. "Hentikan, nona. Menyingkirlah dari tubuhku." Kata Erwin. "Eh, kenapa? Kau tidak suka ya? Atau kau mau mengga
Sejak kejadian itu, Anna tak pernah mau bertatap muka dengan Erwin lagi. Ia selalu mengurung diri di kamar, sebagian besar waktunya ia habiskan untuk memikirkan bagaimana menggulingkan tahta keluarga Harlow yang telah berkuasa selama 200 tahun lebih itu. Terlebih lagi, ia juga masih bimbang apakah ia harus "mengkhianati" Erwin atau tidak. Anna merasa bahwa ia masih mencintai lelaki itu, bahkan ketika ia telah melihat Erwin meniduri wanita lain. 15 hari sejak kejadian itu, Anna dan Erwin belum bertemu juga. Walaupun Erwin selalu mengetuk pintu kamar Anna dan meminta maaf padanya. Erwin tak pernah takluk pada sifat keras kepala Anna. Ia bahkan pernah berada di balik pintu kamar Anna hingga semalam penuh. "Jangan berhenti mencintaiku, nona." katanya.Hingga, hari itu, ketika Erwin hendak pergi keluar ibu kota untuk suatu urusan kerajaan, ia kembali mengetuk pintu kamar Anna. "Nona... Aku akan pergi selama 2 minggu. Jika kau tak mau memaafkanku, setidaknya biarkan aku melihat wajahmu s
"Oderint dum metuant." Kata Anna pada Nona Arista. Ia tak peduli bahwa Nona Arista tampak kebingungan pada kata-kata latinnya itu. Tanpa menjelaskan apa maksudnya, Anna berjalan terus menuju kamar Erwin. Dan begitu sepasang kekasih itu berjumpa, mereka tampak sangat bahagia."Nona... Aku amat rindu padamu." Kata Erwin sembari memeluk Anna. "Aku kira kau pulang lebih lama." "Tidakkah kau senang aku pulang lebih cepat?""Tentu saja aku senang, terlebih lagi kau pulang dengan selamat, Erwin.""Nona, apa kau mau main catur denganku? Aku rindu dikalahkan olehmu." Anna tak menjawab pertanyaan Erwin, sebaliknya ia malah bertanya :"Dengar, Erwin, jika kau terpaksa harus memilih antara aku dan bayi itu, siapa yang kau pilih?" Erwin berpikir sejenak sebelum ia berkata :"Tentu saja aku akan memilihmu, nona.""Sungguh?" "Yah, sebab kau yang paling aku cintai di muka bumi ini. Anak bayi itu bisa diperoleh lagi, tetapi perempuan seperti dirimu tak ada duanya. Kau adalah kemenangan terbesar
"Malam-malam yang membosankan." Pikir Anna. Selama bermalam-malam setelah melihat buku porno itu, Anna tak pernah meninggalkan kamar Erwin. Dan Erwin pun tak ingin Anna meninggalkam kamar mereka. Mereka bagai sepasang suami yang berbulan madu. Bercinta tiap malam secara sembrono dan amatiran."Aku rasa aku suka posisi yang ini, nona." kata Erwin."Mengerikan sekali." jawab Anna. "Apanya yang mengerikan?""Seleramu, Erwin."Anna menghadapi tiap tusukan "belati" itu dengan menatap langit-langit kamar. Ia diam, tak mengeluarkan rintihan rasa sakit apapun. Dan itu membuahkan hasil yang ajaib, Erwin selesai lebih cepat. 6 menit, atau 4 menit, atau bahkan 2 menit. Mereka terus melakukannya, tiap saat, tiap malam, mencoba berbagai posisi dengan bantuan buku porno mengerikan itu. Dan berhari-hari ada di surga dunia itu (hanya bagi Erwin), mereka seakan lupa dunia luar. Anna lupa pada misinya. Dan Erwin lupa pada jabang bayi di perut Nona Arista."Aku curiga aku sudah hamil sekarang." Pikir
"Kalau begitu tinggalkan aku dengan Erwin." Kata Anna. "Tidak, nona, bagaimana kalau anda juga terinfeksi?" "Kau bilang wabah ini menular melalui kontak dengan darah si penderita kan? Aku rasa aku juga tertular, sebab Erwin pernah batuk dan mengenaiku. Menjauh dariku sebelum aku menularkan penyakit ini pada kalian juga.""Jadi, anda ingin menghabiskan saat-saat terakhir dengan yang mulia raja?" "Erwin akan hidup. Ia tidak akan mati sekarang. Ia akan mati sebagai lelaki tua, di kamarnya yang hangat dan dikelilingi anak dan cucunya.""Bukannya aku ingin menghancurkan doa baikmu, nona. Tapi tak pernah ada yang selamat dari wabah ini.""Aku tak peduli.""Kalau begitu, selamat tinggal, nona, sampai jumpa di surga.""Sampai jumpa." Anna melihat keadaan Erwin yang sudah lebih parah. Saat itu, ia punya pekerjaan tambahan. Anna menusuk tulang punggungnya dengan jarum kecil sampai jarum itu menembus tulang belakangnya. Setelah itu, ia menampung cairan bening yang keluar dari punggungnya itu
Anna tak mengenakan sehelai benangpun ketika ia berjalan keluar tempat tidurnya untuk menemui hantu Nona Cresta yang telah menunggunya.“Aku kira kau sudah pergi, nona. Mengapa engkau masih berkeliaran saat bumi sudah mau kiamat seperti ini. Kerajaan Harlow itu sudah musnah.”“Yah, tetapi ia belum.” Kata Nona Cresta sembari menunjuk Erwin yang sedang tertidur.“Aku tak mungkin membunuhnya. Ia harapan semua orang sekarang.” Kata Anna.“Biarlah dunia ini habis hancur. Yang penting dendamku terbalaskan.”“Aku tak tahu dendammu sebesar itu. Aku akan menggantikan Erwin untuk mati demi dirimu, Nona Cresta. Aku sudah puas akan hidupku. Saatnya aku moksa.”…Setelah kepergian hantu Nona Cresta, Anna kembali ke tempat tidurnya dan direbahkannya tubuhnya di samping Erwin.“Aku punya hidup yang indah.” kata Anna.…Dan hari-hari penuh percintaan dan kebahagiaan itu telah berakhir. Anna dan Erwin sudah melewati malam terakhir mereka. Dengan enggan, kedua pasangan kekasih itu memakai pakaian merek
"Iya, itu benar. Aku mengendalikan darah mereka." Saat itu, Erwin mengerti bahwa ia punya kekuatan yang lain. Anna punya kekuatan yang sama. Gadis itu bisa mengendalikan seluruh penduduk Hargan, ia bisa menghapus ingatan mereka, juga bisa mengendalikan tubuh mereka, darah mereka. Kekuatannya itu diturunkan secara sempurna pada Erwin setelah Erwin mendapatkan separuh energinya Anna. Kini, Erwin bisa mengendalikan para penduduk Hargan sekaligus Harlow, sebab ia memang berasal dari benua Harlow ini. Dan Erwin bukan tak bisa mengendalikan kekuatannya, ia memang sangat ingin orang yang menyakiti Arista dan bayi di dalam kandungannya meledak. Erwin segera menghampiri Arista yang sekarat. Ia membawa Arista ke dalam pelukannya. Bahkan, Erwin tahu sendiri bahwa Arista tak dapat selamat. Bayi yang dikandung Arista juga sudah mati. "Kau membunuh mereka semua?" tanya Arista. "Iya, nona. Aku membunuh mereka semua untukmu." "Oh, Erwin. Tahukah kau selama ini aku sangat mencintaimu?" "Aku tahu
Penduduk Benua Harlow telah lama memendam kemarahan pada Raja mereka. Bukan Erwin saja, tetapi raja-raja mereka yang sebelumnya juga. Mereka telah lelah pada pihak kerajaan yang berbuat semena-mena dan membuat mereka sengsara. "Dulu, kita hampir mati kelaparan, sedangkan para putri raja menikmati kue dengan krim keju dan daging kalkun di istana. Mereka memakan hak kita." kata salah seorang lelaki bernama Marius. Marius adalah seorang petani buah anggur yang tampaknya begitu dendam karena dulu buah anggurnya telah dirampas pihak kerajaan. Ia sama sekali tak memperoleh uang. Tak hanya itu, anak bungsunya sampai meninggal karena ia tak punya uang untuk pengobatannya. Dan adik perempuannya yang cantik dirampas pula oleh sang raja (waktu itu Raja Darril) masih memerintah. "Mereka itu juga tukang rampok. Hanya saja, mereka terlihat bersahaja karena mereka memakai pakaian yang bagus dan mahkota." Dan ia bertekad untuk membalas dendam. Ia selalu menghasut para penduduk untuk memberontak d
Saat itu, seluruh dunia dilanda kekacauan ketika bulan merah yang punya banyak mata dan tentakel itu muncul. Bulan palsu itu tak hanya menakutkan, tetapi juga membuat dunia gelap. Sinar matahari tak sampai ke bumi karena dihalangi oleh si bulan merah. Tentu saja kejadian itu membuat dunia heboh dan kacau balau.Tak ada lagi sinar indah pagi hari, yang ada hanya sore hari. Yah, kau tak akan bisa membedakan mana pagi mana siang mana sore hari, sebab sepanjang hari terlihat seperti sore hari saat matahari hendak terbenam.Kebanyakan orang diam di dalam rumah mereka. Mereka semua memohon ampun pada dewa yang mereka percayai sebab mereka yakin bahwa inilah akhir dunia dan hari pembalasan akan segera tiba. "Di manapun ia berada, aku harap Nonaku baik-baik saja." kata Erwin yang dalam keadaan genting itu masih memikirkan Anna yang belum kembali padanya.Di hari ketiga setelah kemunculan bulan merah bermata itu, bulan itu telah "sampai" ke bumi. Dan seluruh penduduk bumi dapat melihat "mata"
Percumbuan di kolam air mancur itu terhenti ketika Erwin menyadari ada bercak merah di gaun Anna. Ia melepaskan ciumannya dan perhatiannya beralih ke gaun Anna."Kau terluka, nona?"Anna menggeleng."Lalu bekas merah ini dari mana?""Sepertinya aku mulai menstruasi.""Lihat kan. Akhirnya hari ini tiba juga. Rahimmu bersih dari benih Grigori. Dulu, kau bilang menstruasi itu tanda dinding rahim seorang wanita luruh setelah tidak berhasil dibuahi, kan?""Iya, Erwin. Aku sudah suci dari Grigori.""Kalau begitu, kau bisa tinggal lagi di istana ini." kata Erwin sembari bolak balik mencium punggung tangan kiri dan punggung tangan Anna."Aku lebih suka tinggal di paviliun itu." kata Anna. "Orang-orang di istana ini tidak memperlakukanku dengan baik.""Kau akan tinggal di kamarku, nona, menemaniku."Anna hanya bisa mengangguk pasrah.***Kini, satu-satunya yang menahan Erwin itu "melarikan diri" dari istana terkutuk itu adalah Nona Arista dan janin yang sedang dikandungnya. Erwin tak keberatan
Erwin menusuk Layla dengan belati yang ia bawa. Ia menusuk kakak tirinya itu tepat di bagian dahi sampai menembus kepala. Layla mati seketika dengan darah dan cairan kuning (otaknya sendiri) mengalir keluar setelah Erwin menarik kembali belatinya dari dahi Layla."Otak yang indah." kata Erwin sembari tersenyum.Kemudian, Erwin menuju tempat saudari-saudari perempuannya yang lain. Ia membunuh mereka semua dengan brutal. Ia sama sekali tak peduli ketika mereka memohon ampun padanya. Tak peduli juga bahwa yang ia bunuh adalah seorang wanita.Dan tak ada yang berani menganggu pembantaian itu, baik para prajurit maupun penghuni istana yang lain. Erwin membantai klannya sendiri dengan membabi buta. Tak hanya saudari-saudarinya, ia juga membunuh anak-anak dan suami mereka. Hari itu begitu biru dan kelam. Para putri kerajaan itu kini tinggal daging-daging yang berceceran. Tinggallah Erwin, Grigori, dan anak bayi yang ada di dalam kandungan Nona Arista sebagai keturunan Harlow yang tersisa di
Grigori tak pernah menyangka bahwa "iblis" yang selama ini ia sembah dengan sepenuh hati malah mengkhianati dirinya. Ia membangkitkan Giovanna Kingsley dengan menuangkan darah Anna di sebuah lubang kecil kristal tempat kepala itu membeku. Dari lubang kecil itu, darah Anna mengalir di dalam kristal dan menuju ke dahi Giovanna. Seketika itu pula, kristal itu perlahan-lahan meleleh dan kepala Giovanna terbebas. Kelopak mata Giovanna kemudian terbuka, menunjukkan matanya yang berwarna ungu. Mata ungu, rambut merah, dan kulit putih sepucat salju itu jelas menandakan bahwa Giovanna adalah seorang Kingsley. "Tuanku." kata Grigori sembari kembali membungkuk hormat pada kepala itu.Namun, tanpa basa-basi apapun, kepala Giovanna malah menyerang Grigori dengan taringnya. Diserangnya leher Grigori dengan membabi buta."Tuan... apa yang anda lakukan.... ini aku, Grigori, hamba yang selalu setia padamu." kata Grigori yang lehernya hampir putus."Kalau begitu... maukah kau memberikan pengorbanan te
"Mari, kita bicara di kamarmu." kata Erwin sembari menarik tangan Anna untuk pergi ke kamar perempuan itu.Sesampainya di sana, Erwin duduk di kursi meja rias Anna, sedangkan Anna berdiri berkacak pinggang memandangi Erwin."Mengapa aku tak boleh masuk ke kamarmu lagi?" tanya Anna."Kemarilah dulu..." ujar Erwin sembari menepuk-nepuk pahanya, isyarat agar Anna duduk di sana."Aku tidak mau." kata Anna.Erwin tersenyum gemas. Kemudian, ia menarik tangan gadis itu, membuat si gadis duduk di pangkuannya. Ia lalu melepas tiga kancing teratas dari gaun yang si gadis kenakan. Itu membuat dada si gadis menyembul keluar."Aku rindu padamu." kata Erwin sembari membenamkan wajahnya ke dada gadis itu. Kemudian, ia menggesek-gesekkan batang hidungnya. Ia menyukai dua benda yang empuk, lembut, dan harum itu."Sudahlah, Erwin. Katakan padaku, kenapa aku tak boleh masuk kamarmu lagi?"Erwin melepaskan wajahnya dari dada Anna, kemudian ia balik menatap mata gadis itu."Dengar, mulai saat ini, kau aka
Bahkan setelah percintaan yang memuaskan itu, Anna menangis bahagia karena ia akhirnya bisa merasakan "buah cinta" berupa kedutan di selangkangannya. Tidak ada jam dinding, jadi ia tak bisa menghitung berapa lama ia di puncak kenikmatan itu."Kau sangat menyukainya, ya?" tanya Erwin yang masih berada di atas tubuh Anna.Anna hanya mengangguk. "Tapi, kenapa kau sampai menangis, nona?""Karena rasanya memang senikmat itu.""Jadi selama ini kau tidak pernah merasakan kenikmatan itu? Kita sudah sangat sering melakukannya. Apa selama ini kau berpura-pura menikmatinya?""Aku... sudahlah, Erwin..."Setelah selesai, sepasang kekasih itu memakai pakaian mereka kembali dan berbincang sejenak sebelum tidur. "Hei, Erwin...""Ya?" "Aku ingin lagi...""Nona ! Kita kan baru saja melakukannya tadi.""Mungkin sekali lagi.""Aku lelah, nona. Besok saja ya."Anna memasang ekspresi wajah cemberut.****Tak ada yang harus dikhawatirkan lagi, sebab Erwin telah bertambah begitu kuat. Jauh, jauh, jauh leb