"Oderint dum metuant." Kata Anna pada Nona Arista. Ia tak peduli bahwa Nona Arista tampak kebingungan pada kata-kata latinnya itu. Tanpa menjelaskan apa maksudnya, Anna berjalan terus menuju kamar Erwin. Dan begitu sepasang kekasih itu berjumpa, mereka tampak sangat bahagia."Nona... Aku amat rindu padamu." Kata Erwin sembari memeluk Anna. "Aku kira kau pulang lebih lama." "Tidakkah kau senang aku pulang lebih cepat?""Tentu saja aku senang, terlebih lagi kau pulang dengan selamat, Erwin.""Nona, apa kau mau main catur denganku? Aku rindu dikalahkan olehmu." Anna tak menjawab pertanyaan Erwin, sebaliknya ia malah bertanya :"Dengar, Erwin, jika kau terpaksa harus memilih antara aku dan bayi itu, siapa yang kau pilih?" Erwin berpikir sejenak sebelum ia berkata :"Tentu saja aku akan memilihmu, nona.""Sungguh?" "Yah, sebab kau yang paling aku cintai di muka bumi ini. Anak bayi itu bisa diperoleh lagi, tetapi perempuan seperti dirimu tak ada duanya. Kau adalah kemenangan terbesar
"Malam-malam yang membosankan." Pikir Anna. Selama bermalam-malam setelah melihat buku porno itu, Anna tak pernah meninggalkan kamar Erwin. Dan Erwin pun tak ingin Anna meninggalkam kamar mereka. Mereka bagai sepasang suami yang berbulan madu. Bercinta tiap malam secara sembrono dan amatiran."Aku rasa aku suka posisi yang ini, nona." kata Erwin."Mengerikan sekali." jawab Anna. "Apanya yang mengerikan?""Seleramu, Erwin."Anna menghadapi tiap tusukan "belati" itu dengan menatap langit-langit kamar. Ia diam, tak mengeluarkan rintihan rasa sakit apapun. Dan itu membuahkan hasil yang ajaib, Erwin selesai lebih cepat. 6 menit, atau 4 menit, atau bahkan 2 menit. Mereka terus melakukannya, tiap saat, tiap malam, mencoba berbagai posisi dengan bantuan buku porno mengerikan itu. Dan berhari-hari ada di surga dunia itu (hanya bagi Erwin), mereka seakan lupa dunia luar. Anna lupa pada misinya. Dan Erwin lupa pada jabang bayi di perut Nona Arista."Aku curiga aku sudah hamil sekarang." Pikir
"Kalau begitu tinggalkan aku dengan Erwin." Kata Anna. "Tidak, nona, bagaimana kalau anda juga terinfeksi?" "Kau bilang wabah ini menular melalui kontak dengan darah si penderita kan? Aku rasa aku juga tertular, sebab Erwin pernah batuk dan mengenaiku. Menjauh dariku sebelum aku menularkan penyakit ini pada kalian juga.""Jadi, anda ingin menghabiskan saat-saat terakhir dengan yang mulia raja?" "Erwin akan hidup. Ia tidak akan mati sekarang. Ia akan mati sebagai lelaki tua, di kamarnya yang hangat dan dikelilingi anak dan cucunya.""Bukannya aku ingin menghancurkan doa baikmu, nona. Tapi tak pernah ada yang selamat dari wabah ini.""Aku tak peduli.""Kalau begitu, selamat tinggal, nona, sampai jumpa di surga.""Sampai jumpa." Anna melihat keadaan Erwin yang sudah lebih parah. Saat itu, ia punya pekerjaan tambahan. Anna menusuk tulang punggungnya dengan jarum kecil sampai jarum itu menembus tulang belakangnya. Setelah itu, ia menampung cairan bening yang keluar dari punggungnya itu
"Orang pengecut mana yang mengirim seorang gadis lemah untuk membunuhku." Pikir Erwin setelah seorang pelayan datang ke kamarnya dan menyerangnya saat ia sedang beristirahat. Pelayan itu berhasil memotong sedikit daun telinga sebelah kanan Erwin. Selain itu, ia gagal total. Erwin menaklukkanya dengan cepat. Erwin memerintahkan gadis pelayan itu dikurung di penjara bawah tanah untuk diinterogasi nantinya. Namun, di tengah perjalanan, si gadis pelayan terlebih dahulu menggorok lehernya sendiri. *** "Nona? Apa yang terjadi padamu? Kau terluka." Kata Erwin dengan raut wajah khawatir ketika ia melihat Anna memasuki kamarnya dengan gaun yang bersimbah darah. "Aku baik-baik saja. Ini hanya luka gores.""Biar aku lihat."Erwin kemudian membuka gaun Anna sehingga nampak dada gadis itu. "Lihat kan, hanya luka gores.""Sepertinya cukup dalam." "Ini akan sembuh sendiri. Dan kau juga terluka, Erwin." Kata Anna sembari melihat daun telinga Erwin yang terpotong. Erwin membuat Anna duduk di paha
Belum sempat si penjual racun menyebut nama si tersangka, tiba-tiba saja ia bertingkah menggila. Ia berteriak-teriak kesakitan. Dicakarnya wajahnya sendiri dengan kuku-kukunya yang tajam. "Hey, apa yang terjadi padamu?" Kata Erwin sembari mengguncang bahu lelaki itu.Kemudian, si penjual racun mengambil obor yang ada di dekatnya dan langsung membakar wajahnya sendiri. Bahkan Erwin pun tak dapat menghentikan tingkah gila lelaki itu. "Ia bagai kerasukan sesuatu." Kata Anna yang berdiri di belakang Erwin."Tetaplah di belakangku, nona." Api menyala di wajah dan kepala si penjual racun, tetapi alih-alih menjerit, si penjual racun malah tertawa kegirangan. Ia lalu menari-nari seperti orang gila. Tak lama kemudian, api membakar habis kepalanya. Ia akhirnya jatuh dan mati."Ia benar-benar kerasukan tadi." Kata Erwin."Pria malang.""Iya, malang sekali. Aku akan memerintahkan agar ia mendapatkan pemakaman yang layak.""setidaknya kita tahu bahwa orang yang mencoba meracunimu berasal dari d
Si penjual budak menyuruh Jean memilih mana yang ia suka. Dan Jean pun melihat mereka satu persatu. Ia tak memilih Anna pada awalnya. Ia memilih gadis lain yang lebih montok, tetapi saat ia mengangkat wajah Anna untuk melihat kecantikannya, ia terpesona pada Anna. Tatapan mata gadis itu mengingatkannya pada tatapan mata Erwin. "Tatapan mata yang indah, entah kenapa tatapan matanya mengingatkanku pada Komandan Erwin." Kata Jean. Ia segera menggandeng tangan gadis itu dan membawanya ke hadapan si penjual budak. Lalu, ia berkata : "Aku pilih gadis berambut merah ini, berapa pun harganya, aku akan membayarnya?""Oh tuan yang baik, gadis ini sebenarnya akan aku jual pada sang pangeran. Tunggulah sebentar, jika sang pangeran menolaknya, maka aku akan menjualnya padamu." Dan Jean pun setuju. Gadis itu tampak sakit-sakitan, dan ia beberapa kali terjatuh tak sadarkan diri, tetapi si penjual budak terus menendangi tubuh si gadis agar ia bangun. "Kasihan sekali. Padahal kelihatannya dia s
"Oh tidak, nona..." Kata Erwin. Anna dalam keadaan yang sangat mengerikan. Karena serangan babi, tangan gadis itu putus. Lehernya koyak. Usus halusnya terburai keluar. Lalu, payudara sebelah kanannya hancur hingga tulang rusuk dan paru-parunya nampak. Erwin mengira Anna sudah mati (iya, manusia biasa mana yang bisa selamat dari luka separah itu.) Erwin memeluk gadis itu dan menangis hingga air matanya membasahi wajah si gadis Anna. "Erwin... Maafkan aku menganggu momen harumu, tetapi bisakah kau ambilkan potongan tanganku." Kata Anna dengan pelan menahan sakit. Erwin terhenyak sebentar, sebelum berkata :"Kau masih hidup, nona.""Memangnya mayat bisa bicara?"Ia begitu senang gadis itu hidup, dan ia mengabaikan alasan bagaimana gadis itu tetap hidup dalam luka yang sangat parah. "Cepat cari bantuan..." Kata Erwin menyuruh tiga prajuritnya yang tersisa. Mereka semua pergi meninggalkan Erwin dan Anna untuk mencari bantuan. "Nona, demi tuhan, detak jantungku sudah mau hilang tadi,
"Hanya itukah yang ada dalam pikiranmu, Erwin?" Erwin hanya tertawa. "Dasar laki-laki." Kata Anna sembari memijit hidung Erwin. "Hey... Nona, sungguh... Aku menginginkannya... Kita belum pernah bercinta di luar ruangan. Aku jadi ingin tahu seperti apa sensasinya." "Kita tak bisa melakukannya di sini.""Benar, bagaimana kalau ada hantu yang ikut menikmati tubuh?"Erwin tampak tertawa pada candaannya sendiri. Namun, Anna menggigit hidung lelaki itu, kemudian mencium ujungnya."Kita punya begitu banyak waktu, sayangku. Mari kembali ke istana." Kata Anna. Erwin hendak mencium bibir gadis itu, tetapi ia mendengar suara aneh, ia jadi mengurungkan niatnya. Erwin memegang pedangnya di tangan kiri, dan di tangan kanan ia menggenggam erat pergelangan tangan Anna, bersiap untuk melakukan pertarungan dan melindungi gadisnya itu."Suara apa ini?" Kata Erwin. "Aku rasa suara ini berasal dari babi itu." Erwin dan Anna menghampiri dua babi hutan liar yang sudah jadi bangkai itu. "Babi ini sud
Anna tak mengenakan sehelai benangpun ketika ia berjalan keluar tempat tidurnya untuk menemui hantu Nona Cresta yang telah menunggunya.“Aku kira kau sudah pergi, nona. Mengapa engkau masih berkeliaran saat bumi sudah mau kiamat seperti ini. Kerajaan Harlow itu sudah musnah.”“Yah, tetapi ia belum.” Kata Nona Cresta sembari menunjuk Erwin yang sedang tertidur.“Aku tak mungkin membunuhnya. Ia harapan semua orang sekarang.” Kata Anna.“Biarlah dunia ini habis hancur. Yang penting dendamku terbalaskan.”“Aku tak tahu dendammu sebesar itu. Aku akan menggantikan Erwin untuk mati demi dirimu, Nona Cresta. Aku sudah puas akan hidupku. Saatnya aku moksa.”…Setelah kepergian hantu Nona Cresta, Anna kembali ke tempat tidurnya dan direbahkannya tubuhnya di samping Erwin.“Aku punya hidup yang indah.” kata Anna.…Dan hari-hari penuh percintaan dan kebahagiaan itu telah berakhir. Anna dan Erwin sudah melewati malam terakhir mereka. Dengan enggan, kedua pasangan kekasih itu memakai pakaian merek
"Iya, itu benar. Aku mengendalikan darah mereka." Saat itu, Erwin mengerti bahwa ia punya kekuatan yang lain. Anna punya kekuatan yang sama. Gadis itu bisa mengendalikan seluruh penduduk Hargan, ia bisa menghapus ingatan mereka, juga bisa mengendalikan tubuh mereka, darah mereka. Kekuatannya itu diturunkan secara sempurna pada Erwin setelah Erwin mendapatkan separuh energinya Anna. Kini, Erwin bisa mengendalikan para penduduk Hargan sekaligus Harlow, sebab ia memang berasal dari benua Harlow ini. Dan Erwin bukan tak bisa mengendalikan kekuatannya, ia memang sangat ingin orang yang menyakiti Arista dan bayi di dalam kandungannya meledak. Erwin segera menghampiri Arista yang sekarat. Ia membawa Arista ke dalam pelukannya. Bahkan, Erwin tahu sendiri bahwa Arista tak dapat selamat. Bayi yang dikandung Arista juga sudah mati. "Kau membunuh mereka semua?" tanya Arista. "Iya, nona. Aku membunuh mereka semua untukmu." "Oh, Erwin. Tahukah kau selama ini aku sangat mencintaimu?" "Aku tahu
Penduduk Benua Harlow telah lama memendam kemarahan pada Raja mereka. Bukan Erwin saja, tetapi raja-raja mereka yang sebelumnya juga. Mereka telah lelah pada pihak kerajaan yang berbuat semena-mena dan membuat mereka sengsara. "Dulu, kita hampir mati kelaparan, sedangkan para putri raja menikmati kue dengan krim keju dan daging kalkun di istana. Mereka memakan hak kita." kata salah seorang lelaki bernama Marius. Marius adalah seorang petani buah anggur yang tampaknya begitu dendam karena dulu buah anggurnya telah dirampas pihak kerajaan. Ia sama sekali tak memperoleh uang. Tak hanya itu, anak bungsunya sampai meninggal karena ia tak punya uang untuk pengobatannya. Dan adik perempuannya yang cantik dirampas pula oleh sang raja (waktu itu Raja Darril) masih memerintah. "Mereka itu juga tukang rampok. Hanya saja, mereka terlihat bersahaja karena mereka memakai pakaian yang bagus dan mahkota." Dan ia bertekad untuk membalas dendam. Ia selalu menghasut para penduduk untuk memberontak d
Saat itu, seluruh dunia dilanda kekacauan ketika bulan merah yang punya banyak mata dan tentakel itu muncul. Bulan palsu itu tak hanya menakutkan, tetapi juga membuat dunia gelap. Sinar matahari tak sampai ke bumi karena dihalangi oleh si bulan merah. Tentu saja kejadian itu membuat dunia heboh dan kacau balau.Tak ada lagi sinar indah pagi hari, yang ada hanya sore hari. Yah, kau tak akan bisa membedakan mana pagi mana siang mana sore hari, sebab sepanjang hari terlihat seperti sore hari saat matahari hendak terbenam.Kebanyakan orang diam di dalam rumah mereka. Mereka semua memohon ampun pada dewa yang mereka percayai sebab mereka yakin bahwa inilah akhir dunia dan hari pembalasan akan segera tiba. "Di manapun ia berada, aku harap Nonaku baik-baik saja." kata Erwin yang dalam keadaan genting itu masih memikirkan Anna yang belum kembali padanya.Di hari ketiga setelah kemunculan bulan merah bermata itu, bulan itu telah "sampai" ke bumi. Dan seluruh penduduk bumi dapat melihat "mata"
Percumbuan di kolam air mancur itu terhenti ketika Erwin menyadari ada bercak merah di gaun Anna. Ia melepaskan ciumannya dan perhatiannya beralih ke gaun Anna."Kau terluka, nona?"Anna menggeleng."Lalu bekas merah ini dari mana?""Sepertinya aku mulai menstruasi.""Lihat kan. Akhirnya hari ini tiba juga. Rahimmu bersih dari benih Grigori. Dulu, kau bilang menstruasi itu tanda dinding rahim seorang wanita luruh setelah tidak berhasil dibuahi, kan?""Iya, Erwin. Aku sudah suci dari Grigori.""Kalau begitu, kau bisa tinggal lagi di istana ini." kata Erwin sembari bolak balik mencium punggung tangan kiri dan punggung tangan Anna."Aku lebih suka tinggal di paviliun itu." kata Anna. "Orang-orang di istana ini tidak memperlakukanku dengan baik.""Kau akan tinggal di kamarku, nona, menemaniku."Anna hanya bisa mengangguk pasrah.***Kini, satu-satunya yang menahan Erwin itu "melarikan diri" dari istana terkutuk itu adalah Nona Arista dan janin yang sedang dikandungnya. Erwin tak keberatan
Erwin menusuk Layla dengan belati yang ia bawa. Ia menusuk kakak tirinya itu tepat di bagian dahi sampai menembus kepala. Layla mati seketika dengan darah dan cairan kuning (otaknya sendiri) mengalir keluar setelah Erwin menarik kembali belatinya dari dahi Layla."Otak yang indah." kata Erwin sembari tersenyum.Kemudian, Erwin menuju tempat saudari-saudari perempuannya yang lain. Ia membunuh mereka semua dengan brutal. Ia sama sekali tak peduli ketika mereka memohon ampun padanya. Tak peduli juga bahwa yang ia bunuh adalah seorang wanita.Dan tak ada yang berani menganggu pembantaian itu, baik para prajurit maupun penghuni istana yang lain. Erwin membantai klannya sendiri dengan membabi buta. Tak hanya saudari-saudarinya, ia juga membunuh anak-anak dan suami mereka. Hari itu begitu biru dan kelam. Para putri kerajaan itu kini tinggal daging-daging yang berceceran. Tinggallah Erwin, Grigori, dan anak bayi yang ada di dalam kandungan Nona Arista sebagai keturunan Harlow yang tersisa di
Grigori tak pernah menyangka bahwa "iblis" yang selama ini ia sembah dengan sepenuh hati malah mengkhianati dirinya. Ia membangkitkan Giovanna Kingsley dengan menuangkan darah Anna di sebuah lubang kecil kristal tempat kepala itu membeku. Dari lubang kecil itu, darah Anna mengalir di dalam kristal dan menuju ke dahi Giovanna. Seketika itu pula, kristal itu perlahan-lahan meleleh dan kepala Giovanna terbebas. Kelopak mata Giovanna kemudian terbuka, menunjukkan matanya yang berwarna ungu. Mata ungu, rambut merah, dan kulit putih sepucat salju itu jelas menandakan bahwa Giovanna adalah seorang Kingsley. "Tuanku." kata Grigori sembari kembali membungkuk hormat pada kepala itu.Namun, tanpa basa-basi apapun, kepala Giovanna malah menyerang Grigori dengan taringnya. Diserangnya leher Grigori dengan membabi buta."Tuan... apa yang anda lakukan.... ini aku, Grigori, hamba yang selalu setia padamu." kata Grigori yang lehernya hampir putus."Kalau begitu... maukah kau memberikan pengorbanan te
"Mari, kita bicara di kamarmu." kata Erwin sembari menarik tangan Anna untuk pergi ke kamar perempuan itu.Sesampainya di sana, Erwin duduk di kursi meja rias Anna, sedangkan Anna berdiri berkacak pinggang memandangi Erwin."Mengapa aku tak boleh masuk ke kamarmu lagi?" tanya Anna."Kemarilah dulu..." ujar Erwin sembari menepuk-nepuk pahanya, isyarat agar Anna duduk di sana."Aku tidak mau." kata Anna.Erwin tersenyum gemas. Kemudian, ia menarik tangan gadis itu, membuat si gadis duduk di pangkuannya. Ia lalu melepas tiga kancing teratas dari gaun yang si gadis kenakan. Itu membuat dada si gadis menyembul keluar."Aku rindu padamu." kata Erwin sembari membenamkan wajahnya ke dada gadis itu. Kemudian, ia menggesek-gesekkan batang hidungnya. Ia menyukai dua benda yang empuk, lembut, dan harum itu."Sudahlah, Erwin. Katakan padaku, kenapa aku tak boleh masuk kamarmu lagi?"Erwin melepaskan wajahnya dari dada Anna, kemudian ia balik menatap mata gadis itu."Dengar, mulai saat ini, kau aka
Bahkan setelah percintaan yang memuaskan itu, Anna menangis bahagia karena ia akhirnya bisa merasakan "buah cinta" berupa kedutan di selangkangannya. Tidak ada jam dinding, jadi ia tak bisa menghitung berapa lama ia di puncak kenikmatan itu."Kau sangat menyukainya, ya?" tanya Erwin yang masih berada di atas tubuh Anna.Anna hanya mengangguk. "Tapi, kenapa kau sampai menangis, nona?""Karena rasanya memang senikmat itu.""Jadi selama ini kau tidak pernah merasakan kenikmatan itu? Kita sudah sangat sering melakukannya. Apa selama ini kau berpura-pura menikmatinya?""Aku... sudahlah, Erwin..."Setelah selesai, sepasang kekasih itu memakai pakaian mereka kembali dan berbincang sejenak sebelum tidur. "Hei, Erwin...""Ya?" "Aku ingin lagi...""Nona ! Kita kan baru saja melakukannya tadi.""Mungkin sekali lagi.""Aku lelah, nona. Besok saja ya."Anna memasang ekspresi wajah cemberut.****Tak ada yang harus dikhawatirkan lagi, sebab Erwin telah bertambah begitu kuat. Jauh, jauh, jauh leb