Share

Bab 233.

Author: Ellea Neor
last update Last Updated: 2025-04-25 18:08:54

Waktu berlalu dengan cepat. Seolah baru kemarin Sebastian dan Clara menyatukan janji suci mereka, kini kehidupan mereka telah beranjak ke fase yang lebih matang dan penuh kebahagiaan. Di tengah kesibukannya sebagai pemilik perusahaan besar, Sebastian tidak pernah melewatkan waktu bersama keluarganya. Ia belajar menyeimbangkan antara dunia profesional dan kehidupan pribadi, terutama sejak kehadiran putra kecilnya, Kaisar, yang membawa warna baru dalam hidup mereka.

Clara pun menjalani peran sebagai seorang ibu dan istri dengan penuh dedikasi. Ia tetap menjadi sosok yang menghangatkan suasana rumah, memastikan setiap anggota keluarga mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup. Hubungan mereka kini jauh dari bayang-bayang konflik masa lalu. Segalanya terasa lebih tenteram dan stabil.

Sementara itu, Dareen yang dahulu sempat hilang arah, kini benar-benar berusaha memperbaiki hidupnya. Janji yang ia ucapkan kepada Sebastian di kafe tempo hari bukan sekadar omong kosong. Ia kembali
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 234.

    Genap satu tahun usia Kaisar, putra kecil Sebastian dan Clara tumbuh menjadi balita yang sehat dan menggemaskan. Wajahnya bulat sempurna dengan pipi merah merona, dan sorot matanya yang tajam menyerupai sang ayah. Namun, yang paling membanggakan adalah perkembangan motoriknya yang begitu pesat. Dalam usianya yang masih sangat muda, Kaisar sudah mampu berjalan sendiri meskipun kadang masih terseok-seok dan terjatuh. Setiap langkah kecil yang ia ambil selalu disambut sorak sorai oleh seluruh anggota keluarga. "Hebat sekali putra kita, Clara. Lihat cara dia berjalan. Tegap, penuh percaya diri," ujar Sebastian dengan nada bangga, sambil merekam Kaisar yang melangkah pelan-pelan menuju sofa. Clara tersenyum, lalu menoleh pada suaminya. "Dia pasti mewarisi sifat pantang menyerah darimu." "Atau darimu. Kau juga tidak pernah menyerah membangunkanku setiap pagi," balas Sebastian sambil terkekeh. Di sisi lain, Sania, adik perempuan Clara, juga menjadi sosok yang sangat dekat dengan Kaisar.

    Last Updated : 2025-04-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 235.

    Perjamuan malam itu tampak begitu hangat. Di ruang makan keluarga Abraham yang luas dan megah, cahaya lampu gantung kristal memantul lembut ke permukaan meja panjang yang dipenuhi hidangan lezat. Suasana begitu bersahabat, penuh tawa dan keakraban. Namun, di balik senyumnya, Clara menyimpan rasa terkejut yang belum sepenuhnya sirna. Perkataan Maxime tadi benar-benar membuatnya terdiam sejenak. Meskipun ini bukan kali pertama Maxime mengutarakan niatnya untuk menyerahkan seluruh aset miliknya kepada Kaisar, cucu buyutnya, tetapi Clara tidak menyangka bahwa Maxime akan benar-benar mewujudkan niat itu secepat ini—ketika Kaisar bahkan belum genap belajar mengucapkan kalimat panjang dengan lancar. Clara menoleh kepada Maxime yang kini sedang menyuapkan potongan kecil puding ke mulut Kaisar dengan mata berbinar. "Kakek," Clara membuka suara, "apa ini tidak Kakek," Clara membuka suara, "apa ini tidak terlalu cepat?" Maxime mengangkat alisnya sambil meletakkan sendok kecil itu ke atas pi

    Last Updated : 2025-04-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 236.

    Beberapa hari terakhir, kehidupan Sebastian tampak tenang. Rutinitasnya berjalan seperti biasa—bekerja, mengurus bisnis keluarga, dan menghabiskan waktu bersama Clara serta putra mereka, Kaisar. Namun, di balik ketenangan itu, ada sesuatu yang terus mengusik hatinya. Sebuah kenyataan yang selama ini berusaha ia abaikan, tetapi semakin hari terasa semakin nyata. Hubungan Clara dengan kedua orang tuanya tidak harmonis. Ketegangan di antara mereka terasa seperti tembok tinggi yang tidak pernah benar-benar runtuh sejak pernikahan Clara dan Sebastian dilangsungkan secara diam-diam dan tanpa restu. Clara jarang menyebut nama orang tuanya, bahkan tidak pernah mengunjungi mereka lagi sejak hari itu. Dan Sebastian tahu, semua ini tidak terlepas dari dirinya. Suatu malam, ketika Sebastian tengah berdiri di balkon kamarnya, memandang langit malam yang jernih, ia memanggil Ramon. "Aku ingin kau menyelidiki sesuatu," ujar Sebastian, suaranya rendah namun tegas. "Tentang Richard dan Rosalia Rein

    Last Updated : 2025-04-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 237.

    Hari itu, langit tampak mendung, seakan mencerminkan suasana hati Sebastian yang tak menentu. Ia berdiri di depan gerbang rumah keluarga Rein, menatap bangunan yang sudah cukup lama tak dikunjunginya. Di dalam hatinya, ia berharap hari ini akan menjadi awal yang baru—awal bagi perbaikan hubungan yang selama ini renggang antara dirinya dan kedua mertuanya, Richard dan Rosalia Rein. Namun harapan itu kandas seketika. "Maaf, Sebastian. Kami tidak ingin bertemu denganmu." Suara Richard terdengar tegas dari balik pintu rumah yang hanya terbuka sedikit. Sebastian mencoba bersikap tenang. "Ayah, saya datang bukan untuk bertengkar. Saya ingin memperbaiki semuanya. Clara sangat merindukan kalian." "Kau seharusnya memikirkan itu sebelum menculik putri kami dan menikahinya diam-diam!" bentak Richard sebelum akhirnya menutup pintu rumah dengan keras. Sebastian berdiri terpaku. Udara sore yang dingin seakan menusuk kulitnya, namun yang lebih menusuk adalah penolakan yang baru saja ia ter

    Last Updated : 2025-04-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 238.

    Dalam perjalanan pulang, suasana di dalam mobil begitu hening. Tak ada seorang pun yang bicara, hingga akhirnya Leonard memecah keheningan. "Aku bisa mengerti kemarahan mereka," katanya pelan. "Mereka tidak benar, tapi mereka juga tidak sepenuhnya salah." Sania mengangguk. "Aku hanya berharap, waktu bisa melembutkan hati mereka. Yang bisa kita lakukan sekarang hanyalah terus mencoba dan tidak menyerah." Sebastian menatap keluar jendela. "Aku tidak akan menyerah. Aku akan terus mencari jalan, walau harus menunggu mereka membuka pintu itu dengan keikhlasan." Sania tersenyum tipis, lalu menggenggam tangan putranya. "Dan kami akan selalu di sisimu." Di malam harinya, Sebastian berdiri di balkon rumahnya. Angin malam berhembus lembut menerpa wajahnya. Clara menghampirinya dari belakang, menyelimuti tubuh Sebastian dengan selimut tebal. "Aku dengar kalian ke rumah Ayah dan Ibu hari ini," ucap Clara pelan. Sebastian menoleh, menatap wajah istrinya. "Ya. Tapi mereka masih belum

    Last Updated : 2025-04-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 239.

    Sebastian berdiri. “Saya tahu mungkin saya tidak pantas diterima dengan baik, Pak. Tapi saya datang tidak hanya sebagai suami Clara, tapi juga sebagai ayah dari Kaisar. Saya ingin keluarga ini bisa kembali seperti dulu.” Richard terdiam sejenak, lalu berkata, “Itu bukan hal mudah, Sebastian. Kau tahu betapa kecewanya aku dulu saat Clara memilihmu daripada William.” Clara memotong. “Ayah, aku tahu keputusan itu mengecewakan. Tapi aku sudah membayar semuanya dengan air mata. Kini, aku hanya ingin kita semua bisa hidup damai. Kami tidak meminta Ayah dan Ibu memaafkan begitu saja. Tapi, tolong… berilah kami kesempatan.” Richard menghela napas panjang. Kemudian suara langkah lain terdengar. Rosalia muncul dari dapur, membawa nampan berisi teh dan kudapan. “Aku dengar suara Kaisar tadi,” ujarnya sambil tersenyum kecil. “Ternyata benar, kalian datang.” Clara segera berdiri dan memeluk ibunya. “Ibu…” Rosalia memeluk putrinya erat, lalu menoleh ke arah cucunya yang masih di pangkua

    Last Updated : 2025-04-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 240.

    Sebastian sangat senang. Senyum lebar tersungging di bibir sensual pria itu. Usahanya tidak sia-sia. Meski begitu, dia tidak puas begitu saja. Masih ada hari esok. Setelah mengucapkan terima kasih dan berpamitan, Sebastian kembali ke mansion. Sesampainya di sana, tubuhnya seperti kehilangan tenaga. Dia merasakan otot-otot punggung dan lengannya kaku, kedua kakinya terasa berat, dan seluruh tubuhnya seolah remuk. Ia menjatuhkan diri ke atas tempat tidur, mencoba mengatur napas dan menenangkan tubuhnya. Namun di balik keletihan itu, Sebastian merasa puas. Untuk pertama kalinya, ia merasa diterima—meski belum sepenuhnya—dan itu merupakan langkah besar bagi dirinya. Ia tahu jalan untuk mendapatkan kepercayaan keluarga Clara tidak akan mudah, tetapi dengan kerja keras dan ketulusan, ia percaya semuanya akan berbuah manis. Clara baru saja keluar dari kamar mandi, menatap wajah lelah suaminya dengan kening mengkerut. "Kamu sudah pulang?" "Ya." Sebastian menjawab dengan napas ters

    Last Updated : 2025-04-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 241.

    Suara pekikan terdengar. Menarik perhatian semua orang yang ada di sana. "Ada yang jatuh!" Debu mengepul ke udara, para pekerja lain bergegas menolongnya. Richard mendekat cepat. “Bastian, kamu tidak apa-apa?” Bukannya menolong, William justru menahan. Ya, pria itu terlihat senang melihat Sebastian terjatuh. Menyadari hal itu, Sebastian mengepalkan kedua tangannya. Dia menepis tangan pekerja yang hendak menariknya, lalu perlahan bangkit sendiri meski lututnya sedikit gemetar. Pandangannya tidak lepas dari William yang kini sudah berjalan mendekat. "Sepertinya kamu butuh bantuan?" William mengulurkan tangan. Dan nasibnya pun sama dengan tangan pekerja lain yang ditepis. Sebastian menyeka keringat di dahinya, kemudian berdiri tegak. “Tidak perlu!" Sebastian berkata dengan nada acuh tak acuh. Richard memandang keduanya dengan tatapan penuh tanya. “Kalian saling mengenal?” “Tentu,” jawab William mendahului. “Kami punya sejarah panjang, Ayah. Dan saya rasa… Clara juga tahu

    Last Updated : 2025-04-25

Latest chapter

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 250.

    Satu tahun berlalu, kehidupan keluarga besar Abraham terus dipenuhi dengan kebahagiaan dan keberkahan. Sejak penggabungan resmi antara Abraham Group dan Diamond Company, kedua perusahaan itu tumbuh pesat menjadi satu kekuatan bisnis yang mengagumkan. Di bawah kepemimpinan Sebastian Abraham yang penuh dedikasi, berbagai pencapaian baru terus diraih, mengukuhkan nama Abraham Group sebagai salah satu perusahaan terkuat di negara itu.Sebastian sendiri kini semakin disibukkan dengan berbagai agenda bisnis. Namun, di sela kesibukannya, ia tidak pernah melupakan keluarganya. Kaisar, putra kecilnya yang kini berusia dua tahun, menjadi sumber semangat baru dalam hidupnya dan Clara.Sementara itu, Dareen menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Dengan kerja keras dan ketekunan yang tidak pernah surut, ia akhirnya dipercaya oleh Sebastian untuk naik jabatan menjadi seorang manajer. Kenaikan itu bukan semata-mata karena hubungan keluarga, melainkan murni atas kegigihan dan kerja keras yang tela

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 249.

    Minggu-minggu berlalu sejak kepulangan mereka dari Swiss. Kenangan manis liburan itu masih hangat membekas dalam ingatan mereka. Foto-foto perjalanan dipajang di ruang keluarga, Kaisar bahkan masih tidur dengan Luzie, boneka sapi kecil yang kini menjadi sahabat tidurnya.Sejak liburan itu, Clara dan Sebastian mulai menerapkan kebiasaan baru yang mereka sepakati: satu akhir pekan setiap bulan sebagai “Hari Keluarga.” Hari itu menjadi waktu khusus yang tidak boleh diganggu oleh pekerjaan, urusan luar, ataupun janji sosial lainnya. Mereka hanya akan bertiga, melakukan apa pun yang mereka sepakati bersama.Pada bulan pertama, mereka memilih mengunjungi kebun stroberi di daerah Puncak. Kaisar begitu gembira bisa memetik buah sendiri, sementara Clara dan Sebastian duduk di bawah pohon rindang sambil bercakap-cakap santai.“Sebastian,” ujar Clara saat mereka duduk di tikar piknik, “aku merasa sangat beruntung. Bukan karena kita pernah ke Swiss, atau punya rumah yang nyaman. Tapi karena kamu

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 248.

    248. Keesokan paginya, cahaya matahari musim dingin menyelinap lembut melalui jendela besar kamar hotel mereka. Clara terbangun lebih dulu. Ia bangkit perlahan, membiarkan Kaisar dan Sebastian masih terlelap di bawah selimut hangat. Ia berdiri di balkon, memandangi danau yang tenang, permukaannya memantulkan warna langit dan puncak-puncak bersalju.Tak lama kemudian, Sebastian keluar dari kamar mandi dengan rambut masih basah dan senyum di wajahnya. “Selamat pagi, nyonya Sebastian,” ujarnya sambil memeluk Clara dari belakang.Clara tertawa kecil. “Selamat pagi juga, tuan romantis. Si kecil masih tidur?”“Masih. Tapi kurasa tidak lama lagi. Bau sarapan khas Swiss di restoran bawah pasti akan membuatnya bangun,” jawab Sebastian.Mereka pun bersiap untuk menjelajahi hari terakhir liburan mereka. Rencana hari itu cukup sederhana: menikmati sarapan di hotel, lalu berjalan santai di sekitar danau Lucerne sebelum mengunjungi sebuah desa kecil di pegunungan yang terkenal dengan kerajinan tan

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 247.

    247. Clara dan Sebastian kembali menjalani kehidupan mereka yang normal, jauh dari gejolak emosi yang sempat menguji rumah tangga mereka. Kaisar tumbuh sehat dan ceria, menjadi pusat perhatian serta cinta di rumah itu.Setiap akhir pekan, mereka kerap mengunjungi perkebunan milik kedua orang tua Clara yang terletak di dataran tinggi. Perkebunan itu luas dan terawat, penuh dengan tanaman teh dan bunga-bunga yang tumbuh rapi. Udara di sana selalu segar, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang baru disiram embun pagi. Di tempat itulah Clara merasa paling damai.Meski kesibukan kerja kembali menyita waktu Sebastian, ia tidak pernah melewatkan waktu berkualitas bersama keluarganya. Ia menyadari bahwa kebahagiaan rumah tangganya tidak bisa dibeli dengan kesuksesan semata. Oleh sebab itu, setelah melalui berbagai pertimbangan, Sebastian merancang satu rencana besar—liburan untuk mereka bertiga. Bukan liburan singkat ke luar kota, tetapi sebuah perjalanan ke luar negeri. Ia ingin memberi

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 246.

    246. Beberapa minggu berlalu sejak pertemuan sore itu di taman. Hubungan antara Sebastian dan William mulai menemukan bentuk baru. Bukan sebagai rival, melainkan sebagai dua pria dewasa yang memilih saling menghargai, meskipun di masa lalu mereka berdiri di sisi yang berbeda. Kaisar, yang masih terlalu kecil untuk memahami kompleksitas hubungan orang dewasa, menerima kehadiran keduanya dengan gembira. Baginya, selama ada cinta dan perhatian, ia merasa utuh.Clara menyadari perubahan ini dengan rasa syukur. Bagi seorang ibu, tidak ada yang lebih melegakan daripada melihat anaknya dikelilingi kasih sayang, tanpa harus menjadi korban perselisihan orang dewasa. Namun di balik ketenangan itu, Clara tetap waspada. Ia tahu luka di hati William mungkin masih menganga, dan bisa saja berdarah kembali sewaktu-waktu.Suatu pagi yang cerah, Sebastian bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Ia mengenakan jas abu-abu rapi, sambil merapikan dasi di depan cermin. Clara masuk ke kamar membawa secangki

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 245.

    244Langkah kaki William terasa berat saat meninggalkan rumah Clara. Matahari mulai condong ke barat, memantulkan cahaya oranye yang suram di sepanjang jalan. Udara sore terasa pengap, seperti menyesakkan dadanya yang sudah lebih dulu penuh oleh kemarahan dan penyesalan.Ia mengemudi tanpa arah. Jalanan tampak kabur di matanya, bukan karena cuaca, melainkan oleh pikiran yang kacau. Kata-kata Clara tadi terus terngiang-ngiang di telinganya:“Kamu sendiri yang memilih jalan itu.”Ia tahu itu benar. Ia yang meninggalkan Clara, meninggalkan rumah, meninggalkan semua yang pernah dibangun bersama. Tapi saat itu, ia merasa tidak punya pilihan. Tekanan pekerjaan, pertengkaran kecil yang terus membesar, dan rasa tidak percaya diri sebagai suami membuatnya menjauh. Ia berpikir, dengan pergi, semuanya akan membaik.Ternyata tidak. Sejak berpisah, kehidupannya justru kosong. Ia mencoba menjalin hubungan baru, tapi tidak ada yang terasa seperti Clara. Bahkan saat bersama orang lain, pikirannya sel

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 244.

    243Sebastian duduk di beranda rumah mertuanya dengan perasaan lega bercampur haru. Hari itu adalah hari yang telah lama ia nantikan. Setelah sekian lama membuktikan ketulusan dan kesungguhannya, akhirnya restu yang selama ini terasa jauh kini datang mendekat. Richard dan Mariana—kedua orang tua Clara—akhirnya menerima Sebastian sebagai menantu mereka sepenuhnya.Perjalanan menuju titik ini bukan hal yang mudah. Sejak menikahi Clara, Sebastian harus menghadapi pandangan sinis dari Richard yang masih belum sepenuhnya bisa menerima kehadiran pria lain menggantikan posisi William, mantan suami anaknya. Mariana pun, meskipun lebih lembut dalam bersikap, tetap menunjukkan jarak.Namun Sebastian tidak pernah menyerah. Ia datang setiap minggu, membantu apa pun yang ia bisa di rumah orang tua Clara. Ia tak pernah mengeluh saat disuruh memperbaiki keran bocor atau ikut memanen sayur di kebun belakang. Ia bersabar saat omongan Richard menusuk harga dirinya. Ia melakukan semua itu bukan demi puj

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 243.

    Pagi itu langit terlihat cerah, burung-burung berkicau riang di pepohonan sekitar rumah keluarga Rein. Suasana yang tenang perlahan berubah ketika suara mesin mobil terdengar mendekat di halaman depan. Dari balik jendela ruang keluarga, Clara melirik keluar dan mendapati sosok yang sudah ia duga sejak semalam—William."Dia datang lagi,” gumam Clara pelan, sambil berdiri dan merapikan rok panjangnya.Sebastian yang duduk di kursi membaca koran hanya menoleh sekilas. Wajahnya tetap tenang, meskipun hatinya bergejolak. Ia tahu bahwa kedatangan William tidak sekadar kunjungan biasa. Ada sesuatu yang disimpan pria itu, dan Sebastian bersiap untuk segala kemungkinan.Pintu rumah terbuka. Rosalia Rein, ibu Clara, menyambut William dengan senyum yang hangat.“William, Nak, kau datang lagi pagi-pagi begini. Ada angin apa?” tanya Rosalia dengan ramah.William membungkuk sedikit memberi hormat, lalu menjawab, “Saya hanya ingin berbicara sebentar dengan Paman Richard. Sekaligus… bertemu Clara.”C

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 242.

    Clara terdiam sesaat. Clara jelas saja kaget. Mengapa bisa ada William di rumah kedua orang tuanya. "Apa kamu tidak salah?" Clara memandang suaminya menuntut. "Kamu pikir aku bercanda?" Nada bicara Sebastian semakin meninggi. "Ah bukan begitu, maksudku, mengapa bisa ada William di rumah Ayah?" Clara mengubah arah pembicaraannya. Meski Sebastian tidak benar-benar menghendaki pembahasan ini, namun pria itu tetap menjawab. "Mengapa tanya padaku? Tanya saja pada ayahmu!" Sebastian acuh tak acuh. "Apa Ayah sengaja mengundangnya? Mungkin saja mereka masih berhubungan baik,” ujar Clara dengan hati-hati. "Berhubungan baik?" tanya Sebastian, kini menoleh dan menatap istrinya dengan sorot mata tajam. "Kamu tidak merasa aneh? Ayahmu terlihat lebih dekat dengan dia dibandingkan dengan aku, menantunya sekarang." Clara menggigit bibirnya, berusaha menahan diri untuk tidak memberikan respons emosional. Ia paham rasa tidak nyaman itu. Ia pun tidak bisa memaksa Sebastian untuk langsung meneri

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status