Home / Lainnya / Me and You / Terlambat

Share

Terlambat

Author: Iccan
last update Last Updated: 2022-03-25 10:43:02

“Ini biar gue aja yang bawa sekalian mau dipelajarin, sekali lagi gue minta maaf,” jelas pria itu lagi tak enak hati pada Ica.

“Aku juga minta maaf, assalamualaikum,” kata Ica lalu berjalan meninggalkan Perpustakaan.

Yang dibalas, “waalaikumsalam,” oleh pria itu.

Ica terus berjalan menjauhi Perpustakaan menuju depan gedung fakultas untuk menunggu angkutan umum di halte depan. Selama Ica berjalan ia terus mengucap istighfar atas kecerobohan yang hampir saja berakibat juga pada orang tuanya. Ica sudah berjanji bahwa ia akan selalu menjaga semua yang telah Allah SWT kasih padanya karena semua itu hanya titipan dan akan dimintai pertanggung jawaban kelak di akhirat maka ia harus bisa menjaganya dari semua laranganNya.

Walaupun Ica kadang harus bekerja sama dengan lawan jenis namun, ia mampu menjaga batasan saat harus dihadapkan dengan yang bukan mahromnya. Awal-awal pasti akan ada kecanggungan, tapi Ica mampu mengatasi masalah tersebut.

“Selanjutnya harus lebih hati-hati, Ca,” gumam Ica.

Tak terasa ternyata perbincangan dirinya dan pria itu berjalan cukup lama. Terbukti sekarang sudah menunjukkan pukul 14.30, maka Ica sudah bisa menebak jika dirinya tidak akan mendapatkan angkutan untuk mengantarnya pulang. Namun, ia memutuskan untuk tetap menunggu beberapa menit lagi. Siapa tahu ini hari keberuntungannya.

Sudah hampir setengah jam Ica menunggu dan ia belum mendapatkan angkutan juga. Saat sudah merasa jenuh menunggu angkutan yang tak kunjung datang, Ica baru ingat dengan sesuatu yang mungkin bisa membantunya saat ini.

Tanpa membuang waktu lagi Ica segera merogoh isi tasnya. Setelah ia menemukannya, sungguh tak disangka ternyata ponselnya mati. Ica baru ingat jika tadi malam ia tidak mengisi daya ponselnya. Benda yang diharapkan bisa membantu nyatanya tidak.

Jika sudah seperti ini maka jalan satu-satunya adalah berjalan kaki. Ini sudah bukan hal baru lagi baginya bahkan ia sering mengalami hal seperti ini yang mengharuskannya untuk berjalan kaki menuju rumahnya. Jarak kampus dengan rumahnya kurang lebih 2,5 km sehingga lumayan juga keringat yang ia keluarkan.

“Olahraga lagi deh,” ujarnya.

Ica berjalan menyusuri jalanan yang ramai. Karena pagi tadi Ica dan Rara ada tugas yang mengharuskan mereka mencari referensi buku di perpustakaan dan Rara membujuknya untuk berangkat bersama dan jadilah sekarang.

Sebenarnya Ica bisa saja naik bus kota, tetapi ia harus berjalan terlebih dahulu ke jalan raya besar untuk menunggu bus kota di halte. Namun, sayangnya jika memilih ke jalan raya ia harus berjalan berlawanan dengan arah rumahnya karena rute bus kota hanya melewati jalan utama saja. Apabila Ica naik bus kota maka ia hanya bisa turun di ujung jalan saja. Setelahnya ia harus berjalan lagi sekitar kurang lebih setengah kilo meter untuk sampai di perumahan tempatnya tinggal.

Setelah beberapa menit menyusuri jalan akhirnya Ica sampai di rumah yang menantinya dengan segudang pekerjaan. Belum sampai di depan rumah, Ica sudah dikejutkan oleh keberadaan Rara dan Irsya yang sepertinya tengah menunggunya.

Saat Rara menoleh ke arah kanannya.

“Kemana aja sih, Ca? Ditelpon gak aktif, punya hp itu dipake gak cuma buat isian tas aja,” serbu Rara menghampiri Ica yang masih terdiam tak jauh dari tempatnya.

Segera Rara menarik Ica untuk membukakan pintu gerbang rumahnya.

“Kalian udah nunggu lama?” tanya Ica lalu membuka pintu gerbang dan dilanjut dengan membuka pintu rumahnya dengan terburu-buru.

“Udah hampir 2 jam.” Rara langsung masuk ke dalam rumah melewati Ica begitu saja.

Ica yang terkejut mendengar pernyataan barusan lalu menatap Irsya seolah meminta maaf.

“Baru sebentar, gak usah didengerin,” ujar Irsya. Sedikit lega mendengar penuturan pria itu walaupun ia tetap merasa bersalah.

“Silahkan masuk, Kak.” Ica mempersilahkan masuk. “Sebentar ya, aku bikin minum dulu.”

Ica tahu, kakak beradik itu pasti sangat lelah menunggu dirinya sampai rumah. Ditambah cuaca hari ini sangat terik. Walaupun bisa saja mereka menunggu di dalam mobil, tapi tetap saja panas matahari akan membuat mereka tidak nyaman.

Tak lama Irsya kembali bersuara, “eh, jangan, Ca.”

“Iya jangan, kebanyakan minum nanti yang ada kembung,” kata Rara memberikan senyum kudanya.

“Udah sini duduk aja.” Ica menurut saja. Ia duduk di kursi single sedangkan kakak beradik itu duduk bersebelahan di kursi panjang.

“Kamu pulang jalan kaki, ya?” tanya Irsya pada Ica.

“Cari angin sambil olahraga, Kak,” jawabnya.

Alasan yang selalu Ica ucapkan jika ada yang bertanya padanya perihal itu. Ica tidak berbohong bukan? Ia memang olahraga, tapi jika ada pilihan lain Ica lebih memilih tidak melakukannya.

“Lain kali telpon kakak aja biar kakak jemput.” Ica hanya menjawab dengan senyum dan anggukan.

“Telpon aku aja, Ca, telpon Kakak mah enggak pasti banget yang ada lumutan nunggunya,” kata Rara dengan muka meledek pada Irsya.

Memang benar adanya. Irsya selalu terlambat jika Rara memintanya untuk menjemput. Pria itu selalu mempunyai alasan untuk menghindar dari amarah sang adik. Contohnya saja tadi pagi saat Irsya menjemput ke kampus. Sebenarnya Irsya terlambat dua puluh menitan, tapi karena Rara harus mencari Ica terlebih dahulu jadilah kedua gadis itu yang terlambat menemui Irsya.

Tidak mau kalah, Irsya pun menjawab, “iya bisa lumutan kayak tadi siang nungguin kamu.”

“Tadi siang tuh Ica,” ujar Rara.

Rara menatap Irsya tajam. Kakaknya ini sejak mengungkapkan jika dirinya menyukai sahabatnya, sikapnya pada Ica sangat kentara berbeda saat Irsya masih memendamnya sendiri. Walau begitu Rara sangat mendukung sang kakak, apalagi jika Irsya dan Ica sampai ke tahap selanjutnya.

“Sama kamu kan?” timpalnya lagi.

Terlalu malas meladeni sang kakak. Rara pun mengalihkan pembicaraan dengan berucap, “jawab pertanyaan aku, Ca.”

“Apa?” tanya Ica.

“Dari mana aja? Disuruh ikut gak mau, katanya ngerjain tugas, tapi ini malah sampai rumahnya duluan aku,” ucap Rara terus terang. Dirinya sudah terlanjur kesal dengan Ica.

Ica menjawab, “maaf udah buat kalian nunggu, tadi ada urusan jadi pulangnya agak telat.”

“Gak papa,” kata Irsya.

Ica sebenarnya masih merasa tidak enak dengan Rara dan Irsya. Jika saja ponselnya tidak kehabisan daya, mungkin tidak akan seperti ini karena Ica pasti akan segera pulang.

“Hal dadakan apa sampai pulang terlambat?” tanya rara

Mendengar pertanyaan Rara, Ica bingung harus menjawab. “emm ... itu itt itu loh ...”

“Ini buat kamu, Ca,” Rara menyodorkan paper bag kepada Ica.

Ica paham jika Rara sudah mengerti, itulah kenapa Rara tidak melanjutkan pertanyaannya. Bukannya tidak ada keterbukaan di antara mereka, tapi mereka tahu kapan waktu terbaik untuk menceritakannya. Bukankah begitulah sahabat? Tidak memaksakan karena ia tahu di mana tempatnya kembali.

“Buat aku, Ra?” tanyanya.

Setelah ia membuka paper bag dan mengambil isinya. Heran saja dengan isinya. Gaun pesta? Memangnya akan ada acara apa? Sampai Rara memberikannya ini.

“Nanti malem mamah sama papah ngadain acara, kamu ikut, ya,” kata Rara.

Ica tidak langsung menjawab. Menatap Rara tidak enak hati dan berkata, “makasih undangannya, Ra, tapi aku gak bisa datang.”

“Ayolah, Ca,” desak Rara padanya, “sebentar aja kok, janji gak lama deh,” bujuknya lagi.

Andai saja besok ia tidak ada janji tentu saja Ica akan dengan senang hati hadir ke acara tersebut.

“Gak bisa, Ra.” Ica mengembalikan paper bag tersebut kepada Rara.

“Udah simpan aja barangkali nanti berubah pikiran. Ayo, Kak, pulang.” Rara beranjak dari duduknya.

“Ih jelek banget ngambeknya,” canda Ica lalu mencolek dagu Rara.

“Bodo amat,” balas Rara.

Related chapters

  • Me and You   Pesta

    Jika sudah seperti ini tidak ada yang bisa Irsya lakukan. Biarkan hal ini menjadi urusan kedua sahabat itu. Ia tak mau terlalu ikut campur atau lebih tepatnya Irsya diam dengan maksud ingin membantu Rara agar Ica bisa hadir, tapi ia tidak mau memaksa kehendak Ica. Apalagi jika alasannya karena pekerjaan. Irsya tidak mau gadis itu mengabaikan tanggung jawabnya hanya untuk hadir di acara orang tuanya.“Pulang dulu, Ca, assalamualaikum,” ucap Irsya seorang karena Rara sudah berlari menuju mobil terlebih dahulu.“Hati-hati ya, Kak, waalaikumsalam,” balas Ica.Irsya hanya tersenyum membalas ucapan Ica dan bergegas masuk mobil. Kemudian Ica melambaikan tangan.Rumah bernomor 12A merupakan peninggalan satu-satunya dari kedua orang tua Ica. Walaupun rumah ini tidak berlalu besar dan hanya ada dua kamar tidur saja, tetapi rumah ini selalu membawa kebahagiaan untuk keluarganya dan kini hanya dirinya seorang. Namun, suasana rumah selalu mengantarkann

    Last Updated : 2022-03-25
  • Me and You   Penguntit

    “Ayo, Ca,” kata Irsya yang sudah membukakan pintu mobil. Setelah keluar dari mobil, gadis itu terdiam seperti memikirkan sesuatu.“Kak, tapi Ica malu,” ucapnya.Meskipun sering hadir di acara keluarga Rara, tapi selama ini hanya acara antar keluarga saja, tidak seperti sekarang. Yang sepertinya ini acara formal dengan rekan kerja orang tua Rara. “Malu kenapa? Kita kan keluarga,” ujar Irsya mencoba meyakinkan Ica, “udah ditungguin papah sama mama loh, Ca.”Baiklah. Tak ada lagi hal yang bisa ia gunakan untuk pergi dari acara ini. Ica berjalan beriringan dengan Irsya masuk ke dalam hotel menuju ruang acara berlangsung. MEWAH, satu kata yang mewakili tempat ini setelah Ica masuk ke dalam sana. Dekorasi dengan dominan warna gold yang terlihat elegan menghiasi ruangan ini. “Caa,” sapa Rara. Kemudian berdiri dari duduknya menyambut Ica.Banyak pasang mata yang tertuju padanya dan Irsya

    Last Updated : 2022-03-25
  • Me and You   Nganterin

    Dari tempatnya duduk ia terus memperhatikan gerak-gerik seseorang yang sedari tadi tidak bisa ia alihkan dan selalu menuntun matanya untuk terus menatap pada gadis itu.“Abi, tau gak keluarga yang di meja sana?” tanyanya pada pria paru baya di depannya.“Itu keluarga Pak Herman dan Bu lita. Mereka yang menggelar acara ini.”Pria itu hanya mengangguk tidak berniat merespon lagi.“Ada apa?” tanya wanita yang dipanggilnya umi sedikit meledek.“Kakak suka sama salah satu gadis di sana, ya?” lanjut wanita itu lagi.Sedari tadi dirinya tidak memperhatikan perkataan uminya karena pandangannya terus memperhatikan interaksi dari keluarga Herman. Obrolan mereka terlihat sangat hangat menurutnya.Melihat gadis itu beranjak dari tempatnya segera ia akan menyusul namun, tangannya dicekal uminya terlebih dahulu.“Mau ke mana?”“Cari angin sebentar setelah itu balik lagi, Mi. Assalamualaikum.” Dirinya berjalan cepat mengejar Ica yang keluar ruangan.Ica terus berjalan keluar dari hotel berbintang it

    Last Updated : 2022-06-14
  • Me and You   Humaira

    Alarm sudah berkali-kali bunyi sejak tadi namun, belum juga dimatikan oleh pemiliknya. “Eemmm,” eram seseorang bergerak untuk mematikan alarm dan melihat jam dengan wajah yang masih berat. “Astaghfirullah udah subuh,” ucap Ica saat mengetahui jika dirinya telat bangun tahajjut. Sebegitu lelahkah ia semalam sampai tidur sepulas itu. Setelah sampai rumah, Ica kembali melanjutkan pekerjaannya dan baru selesai jam 1 dini hari. Ini pertama kalinya Ica mengerjakan pesanan sampai selarut ini, biasanya hanya sampai jam 22.00 WIB paling malam ia tidur. Karena Ica masih kuliah jadi ia harus bisa mengatur pola tidurnya agar tidak mengganggu waktu kuliah di pagi harinya, tetapi kali ini ia melanggar peraturan yang dirinya buat sendiri. Selesai membersihkan diri dan dilanjut menunaikan sholat shubuh. Sekarang Ica sedang menata pesanan yang akan ia antarkan. Alhamdulillah tadi malam dirinya bisa menyelesaikan semua pesanan yang tertunda sehingga hari ini Ica bisa fokus pada tugas yang diberikan o

    Last Updated : 2022-07-24
  • Me and You   Salah Paham

    Mereka mulai melakukan penelitian ke beberapa narasumber sesuai dengan rencana awal. Mereka bertanya, menyimak, dan mencatat informasi yang disampaikan setiap narasumber. Kali ini Alfa dan Ica bekerja sama dengan sangat baik. Tidak disangka proses wawancara selesai lebih cepat dari perkiraan mereka sebelumnya. Jadi saat ini mereka berdua hanya perlu membuat makalah saja. Alfa memang pintar dalam melilih tempat untuk bahan observasi. Dia memilih tempat yang di dalam lingkungan tersebut terdapat banyak para pengepul barang bekas, tapi berbeda rumah produksinya. Sehingga mereka dapat mencari banyak informasi di berbagai sumber tanpa harus berpindah ke tempat lain yang mana itu akan memakan banyak waktu. Tidak terasa jam sudah menunjukkan waktu dhuhur. “Sholat dulu ya, Kak,” kata Ica, “Ayo, Mai,” ajak Ica pada Humaira. Saat di perjalanan tadi gadis itu meminta Ica untuk memanggilnya Mai saja agar tidak terlalu panjang Mereka bertiga pun beranjak menuju masjid terdekat. Beberapa wakt

    Last Updated : 2022-09-20
  • Me and You   Rumah Makan

    “Ca.” Ica menoleh saat seseorang memanggil namanya. Terlihat seorang pria tidak jauh dari mejanya lalu berjalan mendekat. “Kak Irsya,” lirihnya lalu berdiri dari duduknya. “Lagi nugas?” tanya Irsya. “Iya, Kak. Abis nugas terus mampir ke sini,” jawabnya. “Oh ya, duduk, Kak.” Ica keluar dari mejanya dan mempersilahkan Irsya untuk duduk di kursinya namun, pria itu justru mengambil kursi dari meja lain dan meletakkannya di sisi meja antara kursi Ica dan Alfa. “Kakak di sini aja.” Baru saja Ica akan duduk, seseorang menepuk bahunya. “Hai,” ucapnya dengan suara sedikit keras. Rara tersenyum kikuk mendapati ekspresi Ica yang kurang bersahabat karena mengagetkannya. Tanpa berucap apapun Ica bergeser duduk di kursi sampingnya, berhadapan dengan Humaira. Dan Rara duduk di kursi Ica sebelumya, berhadapan dengan Alfa dan Irsya di sisi meja antara mereka berdua. “Kenalin ini Kak Alfa dan ini adik Kak Alfa, Humaira,” Ica memperkenalkan mereka pada Irsya dan Rara. Mereka berempat pun berkena

    Last Updated : 2022-12-09
  • Me and You   Minimarket

    “Sana, Mai, kamu aja yang masuk. Nih uangnya.” Alfa menyodorkan beberapa uang lembar kepada Humaira.Saat ini mereka bertiga berhenti terlebih dahulu di minimarket untuk membelikan pesanan umi Alfa yang tadi sudah mengingatkan anaknya itu agar tidak kelupaan.“Kan Kakak yang disuruh Umi,” tolak Humaira.“Tolong dong, Mai. Kakak ada keperluan nih,” bujuknya pada Humaira.“Biar aku aja yang ke masuk, Kak.” Ica menawarkan diri berhubung ada yang mau ia beli sekalian. “Kak Alfa sama Humaira tunggu di sini ya,” ucapnya lagi.Ica pun langsung turun dari mobil tanpa menunggu jawaban dari kakak beradik itu dan tidak menerima uang yang sudah Alfa sodorkan. Gadis itu terus berjalan masuk ke dalam minimarket. Setelah mengambil keranjang belanja dan akan mulai mengambil barang yang di beli tiba-tiba ia teringat sesuatu.“Ya Allah, tuh kan lupa nanya apa yang harus dibeli. Main turun-turun aja sih!” katanya dalam hati sambil mengetuk pelan jidatnya dengan jari telunjuk.Jika sudah begini tentunya

    Last Updated : 2022-12-13
  • Me and You   Teman Lama

    Beberapa hari ini hanya Ica gunakan untuk mengerjakan beberapa pesanan yang harus selesai sebelum dirinya disibukkan kembali dengan kegiatan kuliah. Rencananya besok Ica akan main ke rumah Rara sesuai janjinya kemarin lusa dan selama dua hari ini Rara selalu menyuruhnya untuk segera datang. Gadis itu tidak pernah kehabisan cara, contohnya Rara selalu memberikan berbagai macam penawaran agar Ica mau datang tanpa menunggu hari yang sudah ditetapkan, namun hal itu tidak berhasil. Jika ditanya, mengapa tidak Rara saja yang datang ke rumah Ica? Jawabannya tentu karena Ica sedang bekerja jadi ia tidak ingin mengganggunya namun, jika Rara menggoda dengan memberikan penawaran dan Ica datang berarti gadis itu memang sudah longgar.Sapuan angin malam yang menembus jaket coklatnya membuat malam ini terasa lebih dingin dari biasanya. Saat ini Ica sedang menuju minimarket untuk membeli beberapa kebutuhan. Sesampainya di minimarket Ica mulai berbelanja.“Udah cukup deh kayaknya.” Ica memeriksa kem

    Last Updated : 2022-12-19

Latest chapter

  • Me and You   Teman Lama

    Beberapa hari ini hanya Ica gunakan untuk mengerjakan beberapa pesanan yang harus selesai sebelum dirinya disibukkan kembali dengan kegiatan kuliah. Rencananya besok Ica akan main ke rumah Rara sesuai janjinya kemarin lusa dan selama dua hari ini Rara selalu menyuruhnya untuk segera datang. Gadis itu tidak pernah kehabisan cara, contohnya Rara selalu memberikan berbagai macam penawaran agar Ica mau datang tanpa menunggu hari yang sudah ditetapkan, namun hal itu tidak berhasil. Jika ditanya, mengapa tidak Rara saja yang datang ke rumah Ica? Jawabannya tentu karena Ica sedang bekerja jadi ia tidak ingin mengganggunya namun, jika Rara menggoda dengan memberikan penawaran dan Ica datang berarti gadis itu memang sudah longgar.Sapuan angin malam yang menembus jaket coklatnya membuat malam ini terasa lebih dingin dari biasanya. Saat ini Ica sedang menuju minimarket untuk membeli beberapa kebutuhan. Sesampainya di minimarket Ica mulai berbelanja.“Udah cukup deh kayaknya.” Ica memeriksa kem

  • Me and You   Minimarket

    “Sana, Mai, kamu aja yang masuk. Nih uangnya.” Alfa menyodorkan beberapa uang lembar kepada Humaira.Saat ini mereka bertiga berhenti terlebih dahulu di minimarket untuk membelikan pesanan umi Alfa yang tadi sudah mengingatkan anaknya itu agar tidak kelupaan.“Kan Kakak yang disuruh Umi,” tolak Humaira.“Tolong dong, Mai. Kakak ada keperluan nih,” bujuknya pada Humaira.“Biar aku aja yang ke masuk, Kak.” Ica menawarkan diri berhubung ada yang mau ia beli sekalian. “Kak Alfa sama Humaira tunggu di sini ya,” ucapnya lagi.Ica pun langsung turun dari mobil tanpa menunggu jawaban dari kakak beradik itu dan tidak menerima uang yang sudah Alfa sodorkan. Gadis itu terus berjalan masuk ke dalam minimarket. Setelah mengambil keranjang belanja dan akan mulai mengambil barang yang di beli tiba-tiba ia teringat sesuatu.“Ya Allah, tuh kan lupa nanya apa yang harus dibeli. Main turun-turun aja sih!” katanya dalam hati sambil mengetuk pelan jidatnya dengan jari telunjuk.Jika sudah begini tentunya

  • Me and You   Rumah Makan

    “Ca.” Ica menoleh saat seseorang memanggil namanya. Terlihat seorang pria tidak jauh dari mejanya lalu berjalan mendekat. “Kak Irsya,” lirihnya lalu berdiri dari duduknya. “Lagi nugas?” tanya Irsya. “Iya, Kak. Abis nugas terus mampir ke sini,” jawabnya. “Oh ya, duduk, Kak.” Ica keluar dari mejanya dan mempersilahkan Irsya untuk duduk di kursinya namun, pria itu justru mengambil kursi dari meja lain dan meletakkannya di sisi meja antara kursi Ica dan Alfa. “Kakak di sini aja.” Baru saja Ica akan duduk, seseorang menepuk bahunya. “Hai,” ucapnya dengan suara sedikit keras. Rara tersenyum kikuk mendapati ekspresi Ica yang kurang bersahabat karena mengagetkannya. Tanpa berucap apapun Ica bergeser duduk di kursi sampingnya, berhadapan dengan Humaira. Dan Rara duduk di kursi Ica sebelumya, berhadapan dengan Alfa dan Irsya di sisi meja antara mereka berdua. “Kenalin ini Kak Alfa dan ini adik Kak Alfa, Humaira,” Ica memperkenalkan mereka pada Irsya dan Rara. Mereka berempat pun berkena

  • Me and You   Salah Paham

    Mereka mulai melakukan penelitian ke beberapa narasumber sesuai dengan rencana awal. Mereka bertanya, menyimak, dan mencatat informasi yang disampaikan setiap narasumber. Kali ini Alfa dan Ica bekerja sama dengan sangat baik. Tidak disangka proses wawancara selesai lebih cepat dari perkiraan mereka sebelumnya. Jadi saat ini mereka berdua hanya perlu membuat makalah saja. Alfa memang pintar dalam melilih tempat untuk bahan observasi. Dia memilih tempat yang di dalam lingkungan tersebut terdapat banyak para pengepul barang bekas, tapi berbeda rumah produksinya. Sehingga mereka dapat mencari banyak informasi di berbagai sumber tanpa harus berpindah ke tempat lain yang mana itu akan memakan banyak waktu. Tidak terasa jam sudah menunjukkan waktu dhuhur. “Sholat dulu ya, Kak,” kata Ica, “Ayo, Mai,” ajak Ica pada Humaira. Saat di perjalanan tadi gadis itu meminta Ica untuk memanggilnya Mai saja agar tidak terlalu panjang Mereka bertiga pun beranjak menuju masjid terdekat. Beberapa wakt

  • Me and You   Humaira

    Alarm sudah berkali-kali bunyi sejak tadi namun, belum juga dimatikan oleh pemiliknya. “Eemmm,” eram seseorang bergerak untuk mematikan alarm dan melihat jam dengan wajah yang masih berat. “Astaghfirullah udah subuh,” ucap Ica saat mengetahui jika dirinya telat bangun tahajjut. Sebegitu lelahkah ia semalam sampai tidur sepulas itu. Setelah sampai rumah, Ica kembali melanjutkan pekerjaannya dan baru selesai jam 1 dini hari. Ini pertama kalinya Ica mengerjakan pesanan sampai selarut ini, biasanya hanya sampai jam 22.00 WIB paling malam ia tidur. Karena Ica masih kuliah jadi ia harus bisa mengatur pola tidurnya agar tidak mengganggu waktu kuliah di pagi harinya, tetapi kali ini ia melanggar peraturan yang dirinya buat sendiri. Selesai membersihkan diri dan dilanjut menunaikan sholat shubuh. Sekarang Ica sedang menata pesanan yang akan ia antarkan. Alhamdulillah tadi malam dirinya bisa menyelesaikan semua pesanan yang tertunda sehingga hari ini Ica bisa fokus pada tugas yang diberikan o

  • Me and You   Nganterin

    Dari tempatnya duduk ia terus memperhatikan gerak-gerik seseorang yang sedari tadi tidak bisa ia alihkan dan selalu menuntun matanya untuk terus menatap pada gadis itu.“Abi, tau gak keluarga yang di meja sana?” tanyanya pada pria paru baya di depannya.“Itu keluarga Pak Herman dan Bu lita. Mereka yang menggelar acara ini.”Pria itu hanya mengangguk tidak berniat merespon lagi.“Ada apa?” tanya wanita yang dipanggilnya umi sedikit meledek.“Kakak suka sama salah satu gadis di sana, ya?” lanjut wanita itu lagi.Sedari tadi dirinya tidak memperhatikan perkataan uminya karena pandangannya terus memperhatikan interaksi dari keluarga Herman. Obrolan mereka terlihat sangat hangat menurutnya.Melihat gadis itu beranjak dari tempatnya segera ia akan menyusul namun, tangannya dicekal uminya terlebih dahulu.“Mau ke mana?”“Cari angin sebentar setelah itu balik lagi, Mi. Assalamualaikum.” Dirinya berjalan cepat mengejar Ica yang keluar ruangan.Ica terus berjalan keluar dari hotel berbintang it

  • Me and You   Penguntit

    “Ayo, Ca,” kata Irsya yang sudah membukakan pintu mobil. Setelah keluar dari mobil, gadis itu terdiam seperti memikirkan sesuatu.“Kak, tapi Ica malu,” ucapnya.Meskipun sering hadir di acara keluarga Rara, tapi selama ini hanya acara antar keluarga saja, tidak seperti sekarang. Yang sepertinya ini acara formal dengan rekan kerja orang tua Rara. “Malu kenapa? Kita kan keluarga,” ujar Irsya mencoba meyakinkan Ica, “udah ditungguin papah sama mama loh, Ca.”Baiklah. Tak ada lagi hal yang bisa ia gunakan untuk pergi dari acara ini. Ica berjalan beriringan dengan Irsya masuk ke dalam hotel menuju ruang acara berlangsung. MEWAH, satu kata yang mewakili tempat ini setelah Ica masuk ke dalam sana. Dekorasi dengan dominan warna gold yang terlihat elegan menghiasi ruangan ini. “Caa,” sapa Rara. Kemudian berdiri dari duduknya menyambut Ica.Banyak pasang mata yang tertuju padanya dan Irsya

  • Me and You   Pesta

    Jika sudah seperti ini tidak ada yang bisa Irsya lakukan. Biarkan hal ini menjadi urusan kedua sahabat itu. Ia tak mau terlalu ikut campur atau lebih tepatnya Irsya diam dengan maksud ingin membantu Rara agar Ica bisa hadir, tapi ia tidak mau memaksa kehendak Ica. Apalagi jika alasannya karena pekerjaan. Irsya tidak mau gadis itu mengabaikan tanggung jawabnya hanya untuk hadir di acara orang tuanya.“Pulang dulu, Ca, assalamualaikum,” ucap Irsya seorang karena Rara sudah berlari menuju mobil terlebih dahulu.“Hati-hati ya, Kak, waalaikumsalam,” balas Ica.Irsya hanya tersenyum membalas ucapan Ica dan bergegas masuk mobil. Kemudian Ica melambaikan tangan.Rumah bernomor 12A merupakan peninggalan satu-satunya dari kedua orang tua Ica. Walaupun rumah ini tidak berlalu besar dan hanya ada dua kamar tidur saja, tetapi rumah ini selalu membawa kebahagiaan untuk keluarganya dan kini hanya dirinya seorang. Namun, suasana rumah selalu mengantarkann

  • Me and You   Terlambat

    “Ini biar gue aja yang bawa sekalian mau dipelajarin, sekali lagi gue minta maaf,” jelas pria itu lagi tak enak hati pada Ica.“Aku juga minta maaf, assalamualaikum,” kata Ica lalu berjalan meninggalkan Perpustakaan.Yang dibalas, “waalaikumsalam,” oleh pria itu.Ica terus berjalan menjauhi Perpustakaan menuju depan gedung fakultas untuk menunggu angkutan umum di halte depan. Selama Ica berjalan ia terus mengucap istighfar atas kecerobohan yang hampir saja berakibat juga pada orang tuanya. Ica sudah berjanji bahwa ia akan selalu menjaga semua yang telah Allah SWT kasih padanya karena semua itu hanya titipan dan akan dimintai pertanggung jawaban kelak di akhirat maka ia harus bisa menjaganya dari semua laranganNya. Walaupun Ica kadang harus bekerja sama dengan lawan jenis namun, ia mampu menjaga batasan saat harus dihadapkan dengan yang bukan mahromnya. Awal-awal pasti akan ada kecanggungan, tapi Ica mampu mengatasi masalah tersebut.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status