"Jadi, lo pilih siapa? Lo maunya sama siapa?" Tanya Ajeng.
Hari ini sudah mulai masuk sekolah semester dua. Dari mulai duduk di kantin sampai mereka sudah menghabiskan makanannya masing-masing, Qiya masih belum menyelesaikan curhatnya. Fyi, Qiya kalo udah curhat atau cerita panjang banget kaya jalan tol, rame banget kaya pasar malem, heboh sendiri kaya artis lagi konser. Tapi teman-temannya dengan setia mendengarkan curhatan Qiya.
"Gue pilih kak Fatur lah, udah jelas," jawab Qiya dengan yakin.
"Aahh menurut gue, sebenernya lo udah mulai suka sama kak Bara, tapi gak peka aja sama hati lo sendiri" kata Rena.
"Udah sih, respond aja kak Bara, nanti nyesel, nangiisss!!!" Ucap Ajeng.
Haiii.. terima kasih sudah baca, tolong rekomend ke temen-temennya buat baca juga yaaa love love
Qiya merasa lebih gembira sekolah di semester ini, satu minggu lagi ia akan bebas dari Bara untuk sementara waktu. Rasa gembiranya semakin bertambah ketika mengetahui Fatur akhirnya satu kelompok dengan Yasir. Sesuai harapannya. Qiya tidak tau bahwa Bara pindah kelompok jadi bersama Yasir dan Fatur, karena diantara teman-temannya hanya dia yang pisah sendiri. Jika Qiya tau, ia akan sangat merasa kecewa karena ekspetasinya tidak sesuai dengan realita. Hari ini kakak kelasnya mulai pembekalan, jadi tidak mungkin ia di ganggu oleh Bara karena cowok itu lagi sibuk memahami materi yang guru-guru berikan untuk bekal meraka mengajar nanti. Karena guru yang jadwal ngajar di kelas Qiya hari ini bagian pengisi materi buat kakak kelas yang pembekalan, mereka jadifreeclass. Hanya 2 jam sih tapi bahagia aja rasanya. "Qiya.. Ibu gue nanyain lo, kapan main kerumah lagi katanya," modus Irham. Cowok itu sekarang duduk di bangku depan Qiya yang kebetulan kosong.
Bara dan teman satu kelompoknya sedang berdiri untuk uparaca. Hari ini mulai PPL, temen kelompoknya yang cewek-cewek terlihat agak gugup karena baris upacara dengan guru-guru SD, mereka juga sepertinya sedang memikirkan bagaimana jalannya ngajar di hari pertama ini. Berbeda dengan Bara, Yasir dan Fatur serta dua teman cowok satu kelompoknya yang lain, mereka nampak biasa saja dengan eskpresi ala-ala cowok tebar pesona, kecuali Fatur, dia cuek aja ekspresinya terlihat datar ya begitulah.Upacara selesai, satu guru maju kedepan dan mengambil mic dari pembawa acara. Guru itu mulai berbicara kepada murid-muridnya bahwa mulai hari ini sampai sebulan kedepan mereka semua akan diajar oleh anak PPL. Lalu guru itu menginterupsi anak PPL untuk memperkenalkan diri di tengah lapang itu satu persatu orang, ya sedikit menguji mental kalo buat orang yang demam panggung. Murid-murid bersorak ketika satu
Qiya, Rena dan Imel berjalan menyusuri terotoar untuk pergi ke perpustakaan kota yang dekat dengan polsek. Tadinya mereka mau pergi berenam tapi Sarah, Ajeng dan Rissa tidak jadi ikut karena malas katanya. Memang cuma Qiya, Rena dan Imel yang suka dengan buku-buku, tapi selain buku pelajaran tentunya.Berkali-kali Qiya mengusap dahinya untuk menghapus keringat yang mengucur. Terik matahari siang ini sangat panas, tapi tidak membuat mereka berhenti melangkah untuk sampai di perpustkaaan kota. Karena hanya disana mereka bisa membaca buku gratis, disana juga ada novel-novel remaja yang bisa mereka pinjam.Sampai di perpustakaan mereka bertiga segera masuk, dan hawa dingin dari AC mulai menyeruak terasa di kulit mereka. Ketiganya menghembuskan nafas lega setelah merasakan udara AC di dalam ruangan itu. Mereka duduk sebelum menjelajah perpus
Qiya terbangun dari tidurnya, ia merasakan sakit di bahu sebelah kanannya. Qiya menoleh ketika mendengar isak tangis dari Mamanya. Yasir yang melihat adiknya sudah sadar sontak berdiri dan menghampiri Qiya. Wajahnya terlihat khawatir dan juga marah kepada Qiya. "Lo kalo kemana-mana bilang dulu kenapa! Hati-hati juga! Mana yang sakit?" Tanya Yasir yang sedikit memarahi Qiya. Gadis itu mencebik kesal karena dimarahi Yasir, padahal ia baru sadar setelah kecelakaan, malah langsung di marahi. Qiya memegang bahu sebelah kirinya yang terasa sakit. "Ini sakit, pusing juga sedikit," Mama Qiya berdiri dan menghampiri anak perempuannya, "Ayah lagi panggil dokter biar kamu diperiksa lagi" ucapnya lembut masih dengan sisa isakannya. Qiya menga
Setelah tiga hari dirawat Qiya memaksa ingin pulang. Memang benar, siapa yang betah tinggal di ruang rawat? Karena Qiya benar-benar memaksa, mau tidak mau Dokter memberinya izin untuk pulang hari ini, dengan catatan, setiap minggu harus cek kondisi bahunya yang belum membaik.Laras mulai membereskan barang-barang mereka untuk kembali dibawa pulang, Qiya sudah berganti baju dan sangat siap mau pulang. Wajahnya terlihat cerah karena tersenyum lebar sejak Dokter memberinya izin pulang hari ini.Laras sudah selesai membereskan barang-barang mereka dan sedang menunggu suaminya yang tadi mengurus administrasi."Aku boleh sekolah kapan Ma?" Tanya Qiya.Laras menoleh, "ya kalo udah sembuh lah,"
Di minggu sore ini, Qiya duduk di bangku teras rumahnya sendirian, ia hanya ditemani dengan buku novel dan segelas susu. Cuaca sedikit mendung membuat udara dingin mulai terasa menyentuh kulit putih Qiya. Gadis itu hanya memakai celana training dan kaos oblong lengan pendek. Ia sedikit menyesal karena tidak memakai sweater, tapi juga malas kembali ke kamar karena cuaca sore ini sangat bagus untuk dinikmati.Qiya larut dalam alur cerita novel fiksi yang dibacanya sampai tidak menyadari ada seseorang yang datang di depan gerbang meminta di bukakan pintu. Orang itu kemudian mengklakson beberapa kali berharap Qiya menyadari kehadirannya.Mendengar suara bising di depan gerbang Qiya mendongak melihat pelaku kebisingan itu. Karena tidak memakai kacamata Qiya jadi sedikit sulit mengenali seseorang yang berdiri di sana.
Qiya berjalan menuju meja makan untuk sarapan. Gadis itu sudah rapi dengan seragam sekolah dan tas gendong merah di punggungnya. Senyum manis terus terukir di bibir tipisnya, rasa senang menguasai gadis itu karena hari ini ia sudah di izinkan masuk sekolah kembali setelah sekitar 2 minggu meliburkan diri.Bahunya masih belum pulih total tapi sudah beransur membaik karena rutin menjalani terapi. Walaupun belum leluasa menggerakkan tangan sebelah kirinya tapi semangat Qiya tidak luntur karena hal itu. Ia benar-benar bahagia karena bisa kembali sekolah dan bertemu dengan teman-temannya.Masa PPL Yasir pun sudah tinggal sisa dua minggu, setelah itu mereka kembali ke sekolah dan belajar seperti biasa. Satu minggu masih masa mengajar, dan satu minggu lagi waktu mereka untuk mempersiapkan laporan dan presentasi hasil kerja mereka selama satu b
Tidak biasanya Qiya dan Ajeng betah tinggal dikelas padahal guru di jam terakhir tidak mengajar dan mereka hanya diberi tugas merangkum yang entah akan diperiksa atau tidak nantinya.Walaupun mereka tetap dikelas sampai jam pulang, mereka berdua tidak menyentuh tugas yang di berikan sama sekali, Qiya lebih sibuk bercerita sedangkan Ajeng memperhatikannya sambil memakan cemilan yang di beli di kantin. Berbeda dengan Rena, Imel, Rissa dan Sarah. Hanya mereka berempat yang mematuhi mengerjakan tugas walaupun tetap ikut nimbrung mendengarkan cerita Qiya.Mereka berkumpul di pojok kelas yang jauh dari tempat duduk Irham, kata Qiya supaya cowok itu tidak mendengar. Dan entah angin darimana, Irham juga tidak kabur siang ini padahal setiap guru gak masuk, cowok itu juga ikutan gak masuk kelas apalagi ini di jam terakhir.