Share

Part 5

Author: Sweet July
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kia menunduk tak sanggup menatap lelaki di depannya. Keadaan ini sama seperti 7 tahun yang lalu, saat Kia ingin mengakhiri hubungan mereka. Kafe tempat mereka bertemu saat ini pun sama. Bahkan Teguh memesan minuman yang sama. Iced Coffee Latte dan Es Cokelat favorit Kia.

“Ehm... Azkia...“

Kia mengangkat kepalanya, menatap sosok lelaki didepannya, tepat langsung ke bola matanya. Sialnya tatapan Kia justru membuat jantung Teguh berdesir seolah diterpa angin. Masih seperti dulu, detak jantungnya akan berpacu lebih cepat saat berada di dekat Kia.

“Terima kasih sudah mau menemuiku.“ Ucap Teguh pelan.

“Apa maksudmu mengajakku kesini?” sahut Kia galak.

Teguh menarik nafas panjang, “Kamu nggak bisa menghindariku terus seperti yang kamu lakukan selama ini. Itu menyakitiku.”

“Akupun sama.” Sahut Kia dalam hati.

“Kamu harus jelaskan apa salahku hingga selama bertahun-tahun menghindariku, seolah aku penjahat yang bisa mencelakaimu.”

Kia mendengus kesal, “Kita sudah selesai, nggak ada hubungan apapun. Salahkah jika aku menghindar darimu? Kita sudah nggak ada keperluan satu sama lain.“

“Oh, jadi kemarin hubungan kita hanya berarti seperti itu dimatamu? Yang ketika tidak ada keperluan, bisa kamu buang begitu aja?”

Kia memejamkan matanya, menyadari bibirnya terlalu cepat mengeluarkan alasan yang bahkan tidak sempat terpikirkan oleh akal sehatnya. Dia sendiri sadar ucapannya itu melukai hatinya sendiri. Bagaimana dengan perasaan lelaki di depannya.

“Jadi aku tidak berarti apa-apa bagimu, Kia?”

Masih terdiam, Kia menundukkan wajahnya.

“Maaf Teguh, aku nggak bermaksud kayak gitu. Cuma memang kita sudah nggak ada apa-apa lagi, dan kamu sebentar lagi menikah. Tidak baik bagi kita jika masih bertemu. Ini akan menyakiti calon istrimu.”

“Kia, paling tidak beri aku alasan kenapa kamu begitu menghindariku. Jadi aku bisa berpikir, dan mungkin berdamai dengan perasaanku. Rasa bersalah yang selalu menghantuiku. Maafkan aku jika dulu aku melakukan kesalahan yang membuat kamu kecewa sampai nggak mau berkomunikasi sedikitpun.”

“Kamu tau, banyak orang yang sebelumnya adalah sepasang kekasih, dan ketika putus mereka masih bisa berteman. Dan aku mau kita juga kayak gitu Kia. Jika ada salahku, maafkan aku. Tapi tolong bilang apa yang kulakukan sampai kamu membenciku begitu besar selama ini. Kita harusnya berpisah baik-baik. Nggak perlu ada saling menghindar.” Ucap Teguh panjang lebar.

Kia berdiri dan beranjak keluar dari kafe itu, setelah sebelumnya berkata, “Maaf, aku nggak bisa berteman sama kamu.“

Kia berlari memasuki mobilnya. Tanpa Kia tau Teguh mengikutinya.  Kia kaget ketika dia masuk ke mobilnya, Teguh sudah duduk di kursi penumpang, di sampingnya.

“Aku sudah bilang, kamu tidak bisa terus menghindar. Aku cuma perlu alasan dari kamu Kia.” Teguh mencengkeram kedua pergelangan tangan Kia, hingga mereka berhadapan.

Akhirnya pertanahan Kia runtuh. Air mata yang dengan susah payah ditahan akhirnya jatuh. Kia menangis, hingga bahunya berguncang. Melepaskan semua perasaan yang ditahannya selama ini.

Teguh tertegun, melihat Kia menangis. Terlihat begitu terluka, kacau, berantakan. Rambut nya kini menutupi sebagian wajah cantik Kia. Dahinya dipenuhi dengan keringat. Ternyata menangis menguras banyak energi juga.

“Hiks.. hiks...” Kia menarik nafas panjang, “Tolong.. Hiks... Ajari aku caranya... Hiks... Melupakan... Kamu...” dan air mata Kia semakin deras ketika kalimat itu keluar dari bibirnya.

Cengkeraman tangan Teguh melemah, Kia menarik kedua tangannya, menutupi wajahnya. Bersandar pada kemudi mobilnya sambil terus terisak. Teguh mengelus puncak kepala gadisnya itu dengan perasaan sayang. Membiarkan Kia mengeluarkan semua emosinya yang tertahan entah berapa lama.

“Hiks… Ajari aku… Hiks… Supaya aku bisa… Menghapus semua yang sudah… kita lewati… ”

“Jauhi aku, Teguh… Buat aku berhenti mengharapkan untuk bisa hidup dengan kamu. Tolong… Hiks…”

Teguh memijat keningnya yang tiba-tiba berdenyut. Menarik nafas menahan amarahnya. Menahan emosi agar tidak membentak gadis rapuh di depannya.

“Kalau kamu masih mencintai aku, kenapa kamu terus menghindar? Kita bisa memperbaiki semuanya kalo kamu mau bicara, Kia.”

Setelah tangisannya berkurang, Kia menjawab, “Kamu tau alasannya. Jujur, aku benci diriku sendiri. Aku benci pikiranku yang tidak bisa mempercayai apapun yang jauh dariku, yang nggak bisa terlihat oleh mataku. Aku benci semua itu, aku nggak bisa tenang.”

Tapi setelah itu, air mata kembali membanjiri pipi Kia. Membuat pundaknya kembali berguncang akibat isakannya.

Teguh lalu menarik tangan Kia dan membawanya ke dalam pelukannya. Awalnya Kia menolak, mendorong tubuh lelaki itu menjauh, tapi tenaganya seakan sudah terkuras akibat menangis. Kia tak mampu lagi melawan ketika Teguh menenggelamkan wajah Kia ke dalam dekapannya. Kia merasakan dada bidang lelaki itu, lalu menghirup aroma maskulin yang lembut menenangkan. Air matanya masih mengalir tanpa bisa dia hentikan.

“Jangan jadikan masa lalu orang tua kamu sebagai alasan. Kamu tau nggak semua lelaki kayak gitu. “ ucap Teguh tegas sambil mengelus rambut Kia. Menghirup wanginya, yang ternyata masih sama seperti dulu.

Teguh tak habis pikir, apa yang dipikirkan Kia dengan menyiksa dirinya sendiri. Membohongi perasaannya sekian tahun. Sampai Teguh sendiri menyerah untuk mengejar Kia, menyerah untuk mendapatkannya lagi. Karena semua yang Teguh lakukan dulu terasa sia-sia. Kia bahkan tidak memberikan respon apapun.

Hatinya bimbang.

Awalnya dia ingin berdamai dengan mantan kekasihnya, supaya tidak meninggalkan perasaan bersalah yang mengganjal. Memantapkan hatinya untuk menikah sebentar lagi, hanya tinggal hitungan hari, meninggalkan semua kenangan masa lalu dengan indah.

Tapi lihat sekarang, begitu dia tau bahwa gadisnya ternyata masih mencintainya, hatinya bimbang. Meskipun Kia meminta Teguh untuk menjauhinya, Teguh tidak bisa. Dia masih tidak percaya dengan kenyataan bahwa Kia masih belum melupakannya. Kenyataan ini terlalu indah untuk bisa dipercaya akal sehatnya. Biarlah untuk hari ini Teguh akan egois menuruti perasaannya. Melupakan sejenak pernikahannya yang sudah di depan mata.

Tanpa Teguh sadari, entah sudah berapa lama tangisan Kia berhenti, digantikan oleh nafasnya yang teratur. Kia tertidur di pelukannya. Teguh mengecup kening Kia pelan, lalu memegang bahu Kia dan menyandarkannya . Mengatur kemiringan jok mobil agar Kia bisa berbaring dan istirahat. Melupakan sejenak semua yang ada di kepalanya.

Teguh masih terus memandangi wajah polos Kia saat tidur. Bibirnya sedikit terbuka. Sisa-sisa air mata masih membekas di kedua pipinya.

“Kenapa kamu baru datang sekarang? Kenapa ketika lulus kuliah dua tahun lalu kamu nggak langsung pulang?” ucap Teguh perlahan sambil membelai rambut Kia.

Terlambatkah sudah jika Teguh ingin kembali pada Kia? Tapi dia juga tidak bisa pergi begitu saja meninggalkan calon istrinya. Undangan sudah disebar. Segala persiapan sudah beres. Teguh juga tak sanggup memikirkan keluarganya menanggung malu jika sampai pernikahannya batal.

“Kamu membuat semua semakin sulit untukku, Sayang.” Teguh kembali memijat keningnya, tapi tetap tak mampu berpikir jernih.

Sementara tak jauh dari mobil Kia, seorang gadis berdiri tak berkedip seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kaca mobil Kia memang sedikit terang sehingga bisa terlihat dari luar. Kalila, gadis itu berlari dengan senang karena tak sengaja melihat lelaki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Namun langkahnya terhenti saat melihat lelaki itu memasuki mobil yang tak dikenalnya, dan sepertinya keduanya terlibat pertengkaran hingga gadis di dalam mobil itu menangis. Kalila hampir tak bisa menopang tubuhnya saat melihat calon suaminya memeluk orang lain, membelai rambutnya dengan mesra, bahkan dia mengecup keningnya. Air mata Kalila sudah tak terbendung, turun dengan deras tanpa bisa ditahan.

Related chapters

  • Me and My Destiny   Part 6

    -Kalila POV-Beberapa hari ini aku disibukkan dengan pekerjaanku, sehingga waktu untuk bertemu dengan calon suamiku sangat berkurang. Sepertinya Mas Teguh pun sama, disibukkan

  • Me and My Destiny   Part 7

    Kalila menghindar ketika Teguh mengarahkan tangannya untuk mengusap kepala Kalila. Pandangannya masih tertuju ke depan. Enggan untuk menatap calon suaminya. Hatinya sesak karena masih teringat kejadian itu.

  • Me and My Destiny   Part 8

    Kia melirik sebuah benda yang tergeletak dengan manis di samping komputer di meja kerjanya. Pagi itu suasana masih sepi. Belum banyak yang datang. Kia melangkah lalu mengambil benda itu. Sebuah undangan dengan cover berwarna biru muda, dengan tinta silver bertuliskan Teguh & Kalila. Kia melirik cover undangan itu. Azkia Rachel Poernomo, S.Farm., Apt. Ya, namanya. Berarti undangan ini memang ditujukan untuknya.

  • Me and My Destiny   Part 9

    “Kamu?” Kia sedikit berteriak karena tidak percaya dengan pandangannya.Di kursi sebelahnya sudah ada lelaki tampan dengan setelan jas rose gold, yang men

  • Me and My Destiny   Part 10

    Kia mengedipkan kedua matanya, merasa silau karena sinar matahari yang sudah memasuki jendela kamarnya. Kepalanya sedikit pusing, mungkin karena terlalu banyak menangis tadi malam. Kedua matanya pun masih sembap, dan bagian kantung matanya terlihat membesar. Harusnya tadi malam dia mengompres kedua matanya sebelum jatuh tertidur.

  • Me and My Destiny   Part 11

    Setengah jam pesawat mengudara, tiba-tiba badan pesawat berguncang hebat. Kia yang tertidur pun langsung panik membuka matanya. Tidak pernah selama hidupnya dia mengalami hal ini. Terdengar pengumuman bahwa mereka mengalami turbulensi akibat cuaca buruk. Sedetik setelah itu, dapat dirasakan oleh seluruh penumpang bahwa pesawat ini seperti terhempas dari ketinggian yang ada. Seperti terjun bebas. Beberapa penumpang menjerit panik. Sementara Kia tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya terpejam. Tangannya mengcengkeram erat sebuah lengan besar disampingnya, Kia tak peduli itu lengan siapa.

  • Me and My Destiny   Part 12

    Kia memencet bel berkali-kali di depan pagar sebuah rumah dalam kawasan perumahan asri ini. Sepertinya pemilik rumah sedang sibuk hingga tidak bisa membukakan pintu untuknya? Kia sangat kesal, karena meskipun jam baru menunjukkan pukul setengah delapan pagi, tetapi matahari sudah bersinar cukup terik. Membuat nya berkeringat cukup banyak. Kia meraih ponselnya lagi, mencoba menghubungi sang pemilik rumah agar membukakan pintu untuknya.

  • Me and My Destiny   Part 13

    Rani menyikut pinggang Kia pelan, menyadarkankan dari rasa terkejut dan gugup dalam waktu yang bersamaan.“Ini kenalin temen Mas Fahri. Namanya Elang.”

Latest chapter

  • Me and My Destiny   Epilog

    Kia maupun Elang sudah sering menikmati indahnya cuaca dan sejuknya udara pagi yang khas. Namun suasana kali ini terasa berbeda. Saat Kia melangkahkan kakinya dengan perlahan karena menahan rasa nyeri di pangkal pahanya, semilir angin menerpa wajah cantiknya, menerbangkan rambut indahnya yang tergerai. Meskipun mentari sedikit enggan menampakkan sinarnya karena mendung, bagi Kia tetap ini adalah pagi terindah yang pernah dia rasakan. Elang menghampiri Kia lalu memeluknya dari belakang. Menghirup aroma segar dari rambut panjang Kia, membuatnya memejamkan mata.

  • Me and My Destiny   Part 44

    Telinga Kia samar mendengar adzan subuh berkumandang dari salah satu masjid besar yang berlokasi di dekat hotel yang mereka tempati. Matanya mengerjap perlahan, dan sedetik kemudian tubuhnya menegang saat merasakan hembusan nafas hangat di tengkuknya. Tangan kokoh melingkari pinggangnya, membuat Kia dengan susah payah membalikkan tubuhnya. Sdetik kemudian, Kia tersenyum memandangi wajah suaminya yang masih terlelap. Wajah suaminya saat tidur terlihat begitu damai. Kia ingat, sorot tajam dari kedua bola mata Elang yang terkadang mengintimidasi, seketika lenyap dalam pikiran Kia. Kini saat

  • Me and My Destiny   Part 43

    Satu bulan setelah lamaran Elang diterima Kia, mereka melangsungkan pernikahan. Ijab kabul diucapkan dengan perlahan namun tegas dan tenang. Suara Elang terdengar mengalun merdu di telinga Kia saat lelaki itu mengucapkan ijab kabul di hadapan penghulu. Mata Kia terpejam, setitik air mata jatuh di sudut matanya. Kia tidak tahu air mata ini karena sedih atau bahagia.

  • Me and My Destiny   Part 42

    Udara malam menyeruak masuk ke ruang tengah dimana saat ini Elang sedang duduk menyendiri. Dia membiarkan pintu samping yang membatasi antara balkon dan ruang tengah terbuka. Membiarkan angin malam masuk menemaninya sambil mengamati beberapa orang yang sedang berenang di kolam renang.

  • Me and My Destiny   Part 41

    Elang kini melangkah dengan gagahnya dengan tangan kanan menggendong Kiandra, dan tangan kiri menyeret sebuah koper. Langkahnya tergesa-gesa menuju pintu keberangkatan di bandara. Di sampingnya, Kia mengikuti dengan setengah berlari menjajari langkah kaki Elang yg panjang. Kia tidak membawa koper seperti Elang, dia hanya membawa sebuah handbag kecil dan slingbag tergantung di bahu kirinya. Kia masih mengenakan setelan rapi seperti tadi pagi saat akan berangkat ke kantor. Kemeja biru muda, dipadu dengan rok selutut berwarna abu tua. Kaki indahnya beralaskan highheels setinggi 8 cm. Yang me

  • Me and My Destiny   Part 40

    "Jadi gimana, hubungan lo sama Elang?" suara lembut milik Rani membuat Kia tersipu meskipun tidak ada yang bisa melihatnya. Karena dia saat ini hanya sendirian, di ruangan nya. Dengan posisi membelakangi meja, menatap jendela.

  • Me and My Destiny   Part 39

    Pagi ini Kia diantar Elang menuju tempat kerjanya yang baru.Ya, Kia akhirnya memilih resign dari RS Jasmine dan mengelola bisnis peninggalan orang tuanya. Posisi Kia saat i

  • Me and My Destiny   Part 38

    Menikah adalah nasib, jatuh cinta adalah takdir. Kita bisa berencana akan menikah dengan siapa. Namun kita tidak bisa tau kepada siapa kita akan jatuh cinta. Seperti Elang yang pada kenyataannya telah menyimpan cinta pada Kia bahkan jauh sebelum mereka saling mengenal seperti sekarang. Meskipun untuk sampai pada titik saat ini, jalannya cukup panjang namun tidak ada yang disesali lelaki itu. Terlebih kehadiran putrinya, Kiandra, adalah berkah terbesar yang selalu disyukurinya.

  • Me and My Destiny   Part 37

    Langkah kaki Kia terasa ringan menapaki lorong rumah sakit, dihirupnya udara pagi dalam-dalam, lalu dihembuskannya perlahan. Hujan tadi malam menyisakan hawa dingin yang menyejukkan, pagi ini. Meskipun mendung sudah hilang, berganti dengan langit biru yang bersih namun kesejukan terasa nikmat bagi Kia pagi ini.

DMCA.com Protection Status