Home / Romansa / Me after him (Indonesia) / 5. Reuni teman lama

Share

5. Reuni teman lama

Author: Esteifa
last update Last Updated: 2022-07-28 18:49:14

Kesibukan memang selalu bisa jadi bahan pelampiasan terbaik. Ketika detik-detik dirasa mencekik, kesibukan mampu membuatmu melupakan semua, bernapas tanpa sadar atau sekedar objek untuk membunuh masa, bagi sebagian orang jarum jam rasanya tak lagi punya guna. Karena yang ada, tanpa mengetahui kapan menit berganti tau-tau hari sudah hampir habis.

Jasmine sedikit lega.

Sibuk memang melelahkan, namun ia bersyukur karena lelahnya justru mampu menjelma jadi selimut hati. Melindungi agar tetap hangat, menjaga agar hatinya senantiasa tidur setiap lelah datang selepas pekerjaan selesai.

Ia jadi tidak mempunyai waktu untuk berpikir yang tidak perlu. Karena tiap ia punya waktu luang untuk melamun, entah dari mana asalnya satu nama selalu hadir di pikiran. Dan itu mengganggu.

Pagi ini pukul sepuluh lebih tiga puluh menit Jasmine sampai di kantor agensinya. Berdasarkan jadwal yang dikirim Yeni- manajer pribadi Jasmine, lewat email, hari ini Jasmine harus menghadiri beberapa rapat bersama staf, setelah selesai ia langsung menuju practice room untuk shooting variety show pribadi yang diunggah lewat MeTube. Dan setelah itu, Jasmine akan langsung pulang, mandi, tertidur hingga pagi datang membawa setumpuk aktifitas melelahkan.

Jasmine berjalan dengan tempo sedang, di sampingnya ada Yeni dan dua orang manager lainnya, empat orang bodyguard terbagi menjadi dua di depan dan belakang, memastikan artis mereka aman dalam perlindungan.

Di sepanjang langkah Jasmine kebanyakan menatap bawah, sesekali mendongak guna melihat keadaan sekitar. Masih sepagi ini namun kantor agensi sudah cukup banyak orang. Meski wanita dengan setelan baju santai itu sudah empat tahun mengarungi dunia hiburan ia masih suka menyembunyikan tatapan kalau banyak mata memperhatikan.

Jasmine menurunkan ponsel dari telinga, baru saja mengakhiri panggilan suara dengan Nayla-salah satu teman seprofesi Jasmine, Nay mengadakan pesta ulang tahun minggu depan, pesta yang benar-benar pesta, dan Jasmine mendapat undangan untuk hadir diselipi ancaman akan didiamkan jika dia beralasan tidak hadir.

Karena biasanya, Jasmine memang tidak memenuhi undangan pesta.

Tentu saja pesta itu tertutup, tidak akan ada kamera, dan sebagian besar undangan merupakan sesama artis. Tetapi, Jasmine kurang suka sebuah perayaan.

"Lihat ke depan," suara Yeni membuat Jasmine mendongak. Sepasang lensa coklat gadis itu menangkap sebuah pawakan tubuh familiar yang tengah berjalan kearahnya. "Yang tampan tinggi itu CEO Victory corp, perusahaan yang sudah kamu tolak tawaran kerjasamanya,"

Jasmine masih menatap ke arah pria tinggi itu. Ia mengukir senyum tipis ketika pribadi jangkung itu melempar segenap senyum tulus padanya, sampai terlihat dimple di pipi sebelah kiri, entah apa arti senyumnya, namun yang Jasmine tau senyum yang berasal dari orang itu selalu bermakna positif.

Hingga jarak lelaki itu sudah terbilang dekat, pria dengan rambut dicat Blonde itu dengan akrab menyapa.

"Hai, it's been long time, Jasmine," sapa si suara husky, pria itu juga menyapa Yeni.

Jasmine tersenyum lebih lebar. Menyatukan tangan di depan tubuh lalu menunduk sopan. "Glad to see you again, sir."

Pria yang pernah mengajarkan pelajaran bahasa semasa SMA itu juga merupakan kakak Arjuan.

Jasmine bahkan hampir mengira Namu Tanutama trainee baru karena rambutnya diwarnai. Yah, tentu saja, pekerja kantoran tidak selalu berambut hitam, kan?

"Bagaimana kabarmu?" tanya Namu dengan akrab.

Jasmine menjawab. "Great. How about you? Anda masih mengajar?"

Namu tampak berpikir sebentar. "I have some problems, but that's oke. Perusahaan ayahku terus-terusan memanggil jadi aku terpaksa berhenti menjadi guru."

Jasmine memajukan dagu mendengar penuturan Namu.

"Perusahaan yang Anda pimpin menjadi lebih maju, dan itu terdengar hebat," balas Jasmine tanpa menyembunyikan kekaguman.

Mendengar itu Namu terkekeh. "Tentu, terima kasih pujiannya."

"Kamu juga aktris yang mengagumkan, maka dari itu aku ingin kamu jadi model perusahaanku," ujar Namu kemudian.

Jasmine mengerjap dua kali.

Jasmine tentu saja tau Victory corp yang sejak tiga bulan lalu mengirim tawaran kontrak kerja padanya itu dipimpin oleh Namu, dan Arjuan juga menjabat sebagai direktur. Karena alasan itulah ia kekeh menolak.

Arjuan ingin mereka jadi orang asing.

Dan Jasmine tak ingin berpura-pura tidak kenal saat ia tau peluang bertemu dengan Arjuan akan besar jika menjadi model perusahaan mereka.

"Maaf, sir," sesal Jasmine dengan nada menyesal namun dibuat dengan sebiasa mungkin.

Dan itu berhasil mengundang senyum maklum di bibir Namu hadir. Meski pria tiga puluh tahun itu tidak mengerti juga kenapa Jasmine bisa menolak tawaran dengan segudang benefit darinya. "Tak apa, kita boleh saling kenal tetapi bisnis tetaplah bisnis, bukan?"

Jasmine tersenyum sekilas.

"Tapi, kalau boleh tau, kenapa tawarannya selalu ditolak? Kita bisa diskusikan kalau memang ada point yang terlalu memberatkan, atau mau mengajukan syarat tambahan? Kami bisa pertimbangkan."

Jasmine tidak mungkin berbicara dengan gamblang bahwa alasannya menolak adalah tak lain tak bukan karena Arjuan. Namun, ia juga tak ingin menambah kesalahpahaman yang bisa membuat namanya lebih buruk lagi.

Namu juga bukan tipe orang yang suka menghakimi semaunya. Jadi Jasmine pikir Namu bisa menerima itu.

Jasmin mengangkat satu ujung bibirnya. "Saya menerima sebuah permintaan dari seseorang, dan tekait permintaan itu, dengan sangat berat hati saya harus menolak tawaran kerja perusahaan Anda, sir."

Tidak sampai tiga detik Namu sudah menjawab. "Adikku?"

Jasmine tidak membenarkan ataupun menyangkal. Tetapi dari diamnya Jasmine, Namu tau tebakannya barusan memang sesuatu yang benar.

Masalah dua remaja itu dulu memang sudah sepantasnya dibereskan, namun Namu pikir tidak benar kalau permusuhan mantan siswi teladan dengan adiknya itu sampai membawa dampak negatif pada profesionalisme terhadap pekerjaan.

Mereka masih saja sama-sama diam, sebelum Yeni membisikan kalimat bahwa Jasmine harus segera bergegas untuk mengikuti rapat.

Namu berdehem. "Adikku memang sudah tua, tapi dia masih seperti remaja labil. Tawaran itu masih berlaku, Je. Kami tunggu kabar baik dari manajemenmu."

Jasmine tidak bisa tidak tersenyum.

Benar bukan, Namu memang dewasa. Pria itu bahkan tidak langsung menyalahkan Arjuan ataupun Jasmine, tidak juga memberikan wejangan sok mengerti, sebaliknya, dia cuma diam dan mencoba menerima.

Namun sepertinya Jasmine lebih memilih menolak lagi, dengan alasan yang cukup masuk akal, memberitahu bahwa tidak akan pernah ada kabar baik yang akan datang kepada Namu.

"Baru-baru ini saya juga baru tau kalau nama saya dibanned dari internet rumah keluarga Tanutama," sambung Jasmine lagi, kali ini gadis itu tidak tersenyum, namun tidak ada raut sinis di wajahnya.

Perkataan yang berhasil membuat mata Namu membola. Mulutnya sedikit terbuka, mungkin ingin menyangkal, namun yang ada, Namu malah cuma diam mendengarkan.

"Saya pikir akan sangat tidak nyaman jika saya menerima tawaran itu, saya juga tidak ingin membuat kalian tidak nyaman dengan kehadiran saya, jadi, maaf, sir."

Related chapters

  • Me after him (Indonesia)   6. Bicara

    Tubuhnya basah oleh keringat, gulungan tinggi rambut hitam gadis itu sudah kendur mengakibatkan beberapa anak rambut jatuh membingkai wajah, yang malah menjadi pemandangan cantik untuk dilihat. Hampir seperempat jam yang lalu Jasmine bergerak di atas treadmill, setelah pemanasan dan melakukan serangkaian senam lantai Jasmine melanjutkan sesi olahraganya dengan berlari. Tempat ini adalah gym tempat artis agensinya berolahraga. Dari tempatnya berlari sekarang Jasmine dapat melihat langit serta awan, gedung-gedung menjulang dan juga daratan kota Seoul yang padat. Wajib. Minimal sekali dalam seminggu pasti Jasmine kemari, karena kesehatan fisik untuk jam kerja serta jadwalnya merupakan satu paket komplit. Jadi meskipun Jasmine sedang melakukan tour ke beberapa negara, ia tetap membawa trainer pribadi untuk berolahraga setelah konser usai. Jasmine ingat, waktu itu di Singapore semasa rangkaian konser pertamanya digelar, kakinya terkilir karena kurang hati-hati, ia juga pemanasan tak cuku

    Last Updated : 2022-07-28
  • Me after him (Indonesia)   7. Mantan pacar

    "Ketakutan yang aku punya masih sama, bahkan setelah tahun berlalu rasanya malah bertambah parah. Selain kamu. Tidak ada penawar. Tidak akan. Sama sekali. Tidak ada."- Jasmine --- "Tekanan darahmu rendah," wanita dewasa berwajah cantik yang memakai jas putih khas petugas kesehatan itu melepas alat tensi darah yang semula melingkar erat di lengan atas Jasmine. Menyerukan angka sekitaran sembilan puluh, yang mana itu berarti tekanan darahnya cukup rendah untuk seorang yang perlu banyak gerak. Dokter cantik itu menghela napas dalam, heran pun khawatir, Jasmine terlihat biasa saja berbanding terbalik dengan orang 'kurang darah' pada umumnya yang mana mengeluh pusing lemas dan mata berkunang-kunang, ia mengerti Jasmine bukanlah pribadi yang suka rela kelemahannya diketahui orang, tapi harusnya ia tak usah berpura-pura apalagi di depan dokter, sakit bukanlah kelemahan. "Tidurlah yang cukup dan kurangi pikiran tidak penting, Nona Jasmine." Jasmine memajukan bibir. Memasukan tangan ke d

    Last Updated : 2022-10-12
  • Me after him (Indonesia)   8. Jatuh yang kedua kalinya

    Sepertinya. Bunga mekar terlampau cepat, hingga sebelum matahari lenyap ia sudah harus layu, jauh dari harap. Dan mungkin, Seindah senja yang waktu itu ia lihat di langit Eropa, seterang warna jingga berpadu dengan lazuardi yang hendak ditelan kelabu berganti dengan hitam menyapa malam datang. Hadirnya sama indah, akan ia ingat selamanya. Lelaki yang setara indahnya dengan senja itu akan selalu ada di ruang pikirnya. Cinta yang cuma sekejap itu juga masih tumbuh di sudut hatinya. Ia memang terlalu besar kepala. Kemarin, Jasmine dengan yakin mengatakan kalau ia pasti akan mendapatkan Juan kembali saat mengobrol dengan Suya, iya, dia mengatakan dengan sangat percaya diri, seakan-akan tahu dewi mana pun akan membantunya jika itu masalah tentang cinta, tetapi sekarang ke mana dewi itu pergi? Ke mana perginya ambisi artis cantik yang selalu dipuji itu? Mengapa bertanya? Bukankah jawabannya sudah jelas? Yang bisa melenyapkan segala ambisi serta rasa percaya diri Jasmine tak lain ta

    Last Updated : 2022-10-22
  • Me after him (Indonesia)   9. Hanya aku

    "Lo gila, ya?" Jasmine pikir setelah jemari putih tangannya menutup pintu apartemen berhasil mengusir seorang pria pergi, ia akan memasuki kamar dan duduk membaca naskah skit drama spesial ditemani segelas rose tea tanpa gula dengan damai. Mungkin yang tersisa cuma sedikit pikiran mengganggu yang akan hanyut bersama satu atau dua teguk wine nanti malam. Namun sepertinya ia terlalu berharap banyak. Jasmine lupa ia memelihara pria menyebalkan lain di unit apartemen miliknya. Jasmine bergeming. Memuat tubuh menatap pria berkaos abu tua di belakangnya, tepat pada dinding berkeramik coklat Jay bersandar dengan tangan terlipat di dada. "Lo sadar nggak sih tadi ngapain?" Jay menunjuk arah pintu, matanya melebar dengan kening mengernyit tanda tak suka. Tidak mengerti sama sekali. "Terus kenapa dia bisa sampai kemari? Lo kasih alamat rumah ke itu orang?" Jay melanjutkan tanpa menunggu Jasmine menjawab. Pertanyaan yang ia sampaikan tidak butuh sebuah jawab. "Sejak kapan kalian rutin kete

    Last Updated : 2022-10-24
  • Me after him (Indonesia)   10. Kejutan baru

    April hampir habis. Angka pada kalender tanpa terasa sudah bergerak jauh. Kembang yang waktu itu masih kuncup kini telah mekar. Bumi tempatnya berpijak telah berangsur menghangat. Jasmine menyukainya. Bahkan semuanya. Suara ranting yang patah, desau angin menyapa sejuk, atau sekedar udara segar yang ia hirup serta embun yang ia jumpai pukul enam. Debu halus menyapa, tak selalu mengganggu, gadis pecinta sepertinya bahkan menyukai ketika partikel halus yang sejatinya dihindari, hujan yang disumpahi banyak orang karena turun tanpa aba-aba atau mentari terik yang membuat orang-orang mengernyit marah. Di antara sisa detik pada lampu lalu lintas yang akan berganti hijau serta deras gemeletuk air menyerbu dinding-dinding mobilnya Jasmine tersenyum, sesekali melihat kanan kiri pada orang yang berlarian dengan tas di atas kepala atau lebih fokus pada wiper mobil yang menyala. "Oh my Gosh! Unbelieveable! Ini kenapa langit moody banget sih! Kenapa tiba-tiba hujan padahal kata ramalan cuaca b

    Last Updated : 2022-10-25
  • Me after him (Indonesia)   11. Mencoba atau berhenti

    "Oke, istirahat lima belas menit."Selaju dengan berakhirnya teriakan dari produser, tiga orang dari luar set mendekati wanita bergaun putih dengan model off shoulder tanpa motif, mengarahkan payung melindungi artis dari sengatan panas mentari, yang satu lagi menyerahkan satu botol minuman kemasan beserta pipet.Jasmine sedang mempersiapkan comeback, masih rahasia, dan sekarang ia tengah shooting video music untuk titled single pada album terbarunya. Hari ini hari terakhir, dan besok akan ada sesi latihan koreografi, lusa juga sama, latihan akan terus berlanjut hingga agensi mengumumkan tanggal comebacknya.Baru saja Jasmine duduk di bawah naungan payung besar, segerombol rumput liar berbunga putih menarik perhatiannya. Dulu, ia pernah tidak tertarik pada bunga, tidak suka. Namun sekarang, justru pribadi manis itu tengah membidik bunga kecil berwarna putih itu dengan kamera ponselnya. Kemudian berpose, meminta tolong make up artist pribadinya untuk mengambilkan gambar."Kamu bisa

    Last Updated : 2022-11-05
  • Me after him (Indonesia)   12. Stupid Love

    Hadirmu layaknya salju putih yang hangat, badai yang menenangkan, tsunami berperasaan, sianida berperisa morfin, pun bencana dengan sejuta warna. Jangan tanya apa maksudnya. Entah. Aku saja tak tahu apa. – Jasmine Sahanya.--Untuk pertama kali dalam dua puluh lima tahun hidupnya Jasmine menginjakkan kaki di tempat remang-remang. Lampu berputar berdenyar samar, beberapa orang menari menggerakkan badan sejalan dengan hentak musik terdengar memekak sampai rasanya mau mati karena sakit telinga. Jasmine sampai heran kenapa banyak sekali orang menggemari tempat ini.Club.Setelah rumah sakit, mungkin bagian bumi ini jadi tempat terakhir yang ingin Jasmine singgahi. Jasmine sangat tidak suka keramaian di sini, meski tanpa asap rokok atau bau alkohol menyengat, tetap saja Jasmine tidak menyukainya.Nay benar-benar memikirkannya dengan sangat baik. Setelah kemarin Jasmine absen di pesta ulang tahunnya, wanita pentolan girl grup senior itu memaksa Jasmine habis-habisan untuk hadir di pesta

    Last Updated : 2022-11-07
  • Me after him (Indonesia)   13. Salah

    ——"Belum mau pulang?"Detik itu juga lamunannya pecah. Pikirkan mengganggu yang sedari tadi menghantui hingga membuatnya fokus pada bayangan gelas ditangan seketika menguar.Pada ruas detik arloji yang hendak mendekati angka tiga saat langit amat gelap ini Juan masih setia bersimpuh dalam kebimbangan. Menelan sendiri bulat-bulat kegundahan setelah apa yang terjadi padanya empat jam lalu.Bukan sesuatu yang bagus, namun bukan juga sebuah petaka, mungkin bisa disebut tabu.Setelah beberapa bulan belakangan ia sebisa mungkin tidak bertatap muka, menghindar, sampai-sampai Juan bersedia menunda bertemu Kei saat putrinya sakit hanya karena Namu bilang bahwa Jasmine ada bersama mereka. Namun tanpa sangka netra coklat yang selama ini dijauhinya malah justru melekat dalam bayang mata. Juan tentu tak akan bisa lupa. Ia ingat, tiap sekon yang ia lewati bersama gadis berambut hitam sepunggung itu. Semuanya.Terlalu ingat.Hingga menyesakkan.Juan sampai merasa tak sehat. Tidak waras.Leb

    Last Updated : 2022-11-09

Latest chapter

  • Me after him (Indonesia)   19

    Tidak sibuk? Kalau saja dua jam yang lalu Jasmine menjawab pertanyaan singkat itu dengan kata 'aku sibuk' ia tidak akan bersanding canggung bersama bunga-bunga yang gugur, melewati jalanan pinggiran kota sambil membawa kemelut di dada yang belum reda. Namun sayang, teman-temannya bersantai ia pergi. Mendukung kala pria berjas hitam meminta ijin tadi untuk membawanya sebentar. "Mau bicara apa?" Jasmine maju, kakinya berhenti melangkah. Bernaung di bawah pohon yang rindang. Dan tak lepas dari mata bagaimana gerakan halus Juan ketika pria itu berputar, menghadapnya. Netranya berbicara banyak kata, namun bibir besi lelaki itu tidak terbuka. Jasmine cukup paham ia tak akan mendapat jawaban setidaknya hingga lima menit ke depan, maka dari itu ia melanjutkan. "Atau kamu cuma mau membuat aku senang? Dengan mengajakku jalan bersama?" Masih. "Sebagai obat setelah apa yang kamu katakan kemarin." Jasmine mengulas lengkungan tipis. Yakin bahwa senyum tipisnya tak terlihat wanita cantik itu m

  • Me after him (Indonesia)   18

    18."Je?""Hm?"Lili menghela napas sabar. Melirik Suya di sebelahnya yang juga menatap penuh pengertian. "Sudah tiga kali."Sedari tadi, sejak pertama kali duduk di bangku kafe berbau kopi ini tiga kali sudah Lili memergoki sahabatnya kehilangan fokus. Tenggelam dalam pikiran. Menatap kosong pada satu arah."Milkshake-mu sudah mencair," Suya menunjuk satu gelas besar minuman berwarna merah muda. "Nah, temanku yang cantik, Gue sudah pernah bilang kalau bercerita merupakan step awal pengurangan stress bukan?"Jasmine tersenyum, kemudian menggeleng singkat, mengucek matanya lembut seperti sedang mengembalikan kesadaran. Memandang ke beberapa sudut kafe yang beberapa bulan lalu dikunjunginya."Apa ada hubungannya dengan si mantan pacar itu lagi?" Suya menebak curiga. Mengingat terakhir kali Jasmine berkonsultasi padanya membawa nama Juan.Suya ingin bertanya lebih. Namun urung ketika jemari tangannya digenggam oleh Lili, gadis jangkung berambut hitam sebahu itu menggeleng meminta ia untu

  • Me after him (Indonesia)   17

    17.Di ruang kamar berukuran sedang itu berputar musik klasik. Mengiringi sosok wanita cantik berbalut dress floral selutut dengan satu berita harian di tangannya. Meski wajah gadis kecil bersurai hitam legam itu disamarkan, ia bisa tahu dengan jelas."Putrimu?" Suara lelaki menggema di seluruh ruang.Si wanita berambut merah bergeming. Memandang koran yang menampilkan artikel tentang skandal percintaan artis muda, Tak perlu menoleh untuk tahu siapa yang bicara, tak perlu menjawab karena diamnya sudah cukup mengatakan segalanya.Langkah kaki mendekat, berhenti dua langkah dari pribadi bersurai merah disisi kanan. Menyerahkan satu lembar kertas foto. Menampakkan dua insan yang berciuman."Mereka jadi lebih dekat. Ayah dari anakmu, dan Jasmine." Lelaki bertubuh tinggi itu melaporkan. "Kamu mau apa sekarang, Irish?"Hal yang sebenarnya sudah dibayangkan sejak lama. Yang ia takutkan.Wanita yang dipanggil Irish itu mengangguk. "Melakukan yang harusnya kulakukan sejak awal."———"Masih sam

  • Me after him (Indonesia)   16.

    "Debar jantungmu jadi satu-satunya alasan mengapa aku mau bertahan." -Jasmine Sahanaya. — Tidurnya terusik. Mimpi siang hari yang baru saja dirajutnya beberapa menit menit tiba-tiba buyar entah ke mana, bersamaan dengan sapuan lembut pada puncak kepala, membawa separuh sadar, namun enggan menyikap kelopak mata. Jasmine mengerang. Kali ini karena sebuah bulatan keras menyusup ke ceruk lehernya. "Aunty Je, lelah sekali ya?" Waktu itu Jasmine tersenyum. Tak ada niatan membuka mata sedikit pun. Ia benar-benar lelah dan membutuhkan tidur berkualitas, namun anak orang yang amat lucu ini mengusik dengan cara yang amat menggemaskan sepanjang dunia. Jasmine memeluk Kei erat, membawa tubuh mungil itu ke dalam dekapan hangat, agar ikut tertidur. Tidak memikirkan bagaimana cara anak empat tahun ini bisa sampai ke ruang tunggu sebuah stasiun televisi. Yang tentunya bukan tempat yang bisa dikunjungi orang sesuka hati. Jasmine mendusel kepala, menghirup aroma khas bayi milik Kei hingga gadis

  • Me after him (Indonesia)   15. Teman

    —— "Presdir Namu yang menawarkannya padaku." Jasmine menjeda kalimat, sembari menyelipkan beberapa anak rambut ke belakang telinga. "Dia bilang aku boleh mengubah poin-poin jika keberatan dan menambah beberapa jika memang dibutuhkan." Gadis berbalut mantel bulu berwarna abu-abu muda, berambut coklat tergerai yang wajahnya berhias make up tipis natural itu memindahkan tatapan mata dari cangkir kopi yang mengepul pada pribadi rupawan di kursi depan. Yang ternyata sama. Pria dewasa itu menatapnya juga. Dengan mata yang masih tajam seperti terakhir kali. Jasmine tidak tahu. Apa yang membuat pancaran mata Juan terasa begitu mengintimidasi ketika mereka bertatap muka, juga tentang bagaimana atmosfer dalam ruang rasanya berganti amat drastis jika mereka bersama. Arjuan mengangkat tangan, melirik arloji yang ternyata sudah hampir jam makan siang. Kafe mulai terisi orang-orang baru, yang tentunya tidak akan nyaman berbincang dengan artis besar di tempat ramai. Jadi ia memutuskan untuk seg

  • Me after him (Indonesia)   14. Dia hanya marah

    -Selimut hitam pekat itu tersikap setelah matahari merajai bumi.Kicau burung gereja di ranting pohon tak lagi terdengar. Alarm yang disetel pukul lima tak lagi ada bunyinya, Jasmine lupa melempar benda itu ke arah mana. Bahkan setelah segar menyiram diri dengan air dingin, rasanya Jasmine enggan keluar kamar untuk sarapan.Dengan gulungan handuk putih di kepala serta kaos hitam dan celana selutut Jasmine menyandarkan diri ke kepala ranjang. Meraih ponsel di nakas, mengabaikan ratusan notifikasi yang datang dan memilih mengetik sebuah pesan pada Yuni- managernya. Setelah itu ia melepas handuk di kepala, membiarkan rambut setengah basah agar kering sendiri lalu keluar kamar, pergi ke dapur guna membakar dua potong roti untuk sarapan, walau sudah terlalu lambat untuk itu. "Lo ini sakit atau memang gila, sih?"Jasmine terlonjak. Roti bakar berlapis nutella yang baru ia makan segigit itu terhempas ke atas meja dapur. Memandang dengan mata terbelalak sosok berkaos hitam yang tengah

  • Me after him (Indonesia)   13. Salah

    ——"Belum mau pulang?"Detik itu juga lamunannya pecah. Pikirkan mengganggu yang sedari tadi menghantui hingga membuatnya fokus pada bayangan gelas ditangan seketika menguar.Pada ruas detik arloji yang hendak mendekati angka tiga saat langit amat gelap ini Juan masih setia bersimpuh dalam kebimbangan. Menelan sendiri bulat-bulat kegundahan setelah apa yang terjadi padanya empat jam lalu.Bukan sesuatu yang bagus, namun bukan juga sebuah petaka, mungkin bisa disebut tabu.Setelah beberapa bulan belakangan ia sebisa mungkin tidak bertatap muka, menghindar, sampai-sampai Juan bersedia menunda bertemu Kei saat putrinya sakit hanya karena Namu bilang bahwa Jasmine ada bersama mereka. Namun tanpa sangka netra coklat yang selama ini dijauhinya malah justru melekat dalam bayang mata. Juan tentu tak akan bisa lupa. Ia ingat, tiap sekon yang ia lewati bersama gadis berambut hitam sepunggung itu. Semuanya.Terlalu ingat.Hingga menyesakkan.Juan sampai merasa tak sehat. Tidak waras.Leb

  • Me after him (Indonesia)   12. Stupid Love

    Hadirmu layaknya salju putih yang hangat, badai yang menenangkan, tsunami berperasaan, sianida berperisa morfin, pun bencana dengan sejuta warna. Jangan tanya apa maksudnya. Entah. Aku saja tak tahu apa. – Jasmine Sahanya.--Untuk pertama kali dalam dua puluh lima tahun hidupnya Jasmine menginjakkan kaki di tempat remang-remang. Lampu berputar berdenyar samar, beberapa orang menari menggerakkan badan sejalan dengan hentak musik terdengar memekak sampai rasanya mau mati karena sakit telinga. Jasmine sampai heran kenapa banyak sekali orang menggemari tempat ini.Club.Setelah rumah sakit, mungkin bagian bumi ini jadi tempat terakhir yang ingin Jasmine singgahi. Jasmine sangat tidak suka keramaian di sini, meski tanpa asap rokok atau bau alkohol menyengat, tetap saja Jasmine tidak menyukainya.Nay benar-benar memikirkannya dengan sangat baik. Setelah kemarin Jasmine absen di pesta ulang tahunnya, wanita pentolan girl grup senior itu memaksa Jasmine habis-habisan untuk hadir di pesta

  • Me after him (Indonesia)   11. Mencoba atau berhenti

    "Oke, istirahat lima belas menit."Selaju dengan berakhirnya teriakan dari produser, tiga orang dari luar set mendekati wanita bergaun putih dengan model off shoulder tanpa motif, mengarahkan payung melindungi artis dari sengatan panas mentari, yang satu lagi menyerahkan satu botol minuman kemasan beserta pipet.Jasmine sedang mempersiapkan comeback, masih rahasia, dan sekarang ia tengah shooting video music untuk titled single pada album terbarunya. Hari ini hari terakhir, dan besok akan ada sesi latihan koreografi, lusa juga sama, latihan akan terus berlanjut hingga agensi mengumumkan tanggal comebacknya.Baru saja Jasmine duduk di bawah naungan payung besar, segerombol rumput liar berbunga putih menarik perhatiannya. Dulu, ia pernah tidak tertarik pada bunga, tidak suka. Namun sekarang, justru pribadi manis itu tengah membidik bunga kecil berwarna putih itu dengan kamera ponselnya. Kemudian berpose, meminta tolong make up artist pribadinya untuk mengambilkan gambar."Kamu bisa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status