Home / Romansa / Me after him (Indonesia) / 8. Jatuh yang kedua kalinya

Share

8. Jatuh yang kedua kalinya

Author: Esteifa
last update Last Updated: 2022-10-22 12:14:51

Sepertinya.

Bunga mekar terlampau cepat, hingga sebelum matahari lenyap ia sudah harus layu, jauh dari harap.

Dan mungkin,

Seindah senja yang waktu itu ia lihat di langit Eropa, seterang warna jingga berpadu dengan lazuardi yang hendak ditelan kelabu berganti dengan hitam menyapa malam datang. Hadirnya sama indah, akan ia ingat selamanya.

Lelaki yang setara indahnya dengan senja itu akan selalu ada di ruang pikirnya. Cinta yang cuma sekejap itu juga masih tumbuh di sudut hatinya.

Ia memang terlalu besar kepala.

Kemarin, Jasmine dengan yakin mengatakan kalau ia pasti akan mendapatkan Juan kembali saat mengobrol dengan Suya, iya, dia mengatakan dengan sangat percaya diri, seakan-akan tahu dewi mana pun akan membantunya jika itu masalah tentang cinta, tetapi sekarang ke mana dewi itu pergi?

Ke mana perginya ambisi artis cantik yang selalu dipuji itu?

Mengapa bertanya? Bukankah jawabannya sudah jelas?

Yang bisa melenyapkan segala ambisi serta rasa percaya diri Jasmine tak lain tak bukan hanya Arjuan Tanutama.

Dan pertanyaannya sekarang adalah, kenapa lelaki itu bisa sampai di unit apartemen Jasmine?

Tidak tahukah dia kalau hadirnya lebih manis daripada mimpi tadi malam?

Jasmine bahkan tak ingin terlelap kembali. Ingin tetap berdiri di depan pintu menikmati raut wajah itu, merasakan betapa sejuta rasa memenuhi dirinya saat ini.

Jasmine tidak tahu tepatnya apa saja, namun yang pasti, rasanya seperti lakmus biru dan merah hadir bersamaan meminta untuk diisi, pahit serta manis, gelisah juga kegembiraan. Semua jadi satu. Membingungkan. Namun anehnya, Jasmine sama sekali tidak merasa bingung atau berpikir satu kejanggalan pun.

Ia cuma ingin memuaskan diri menatap pribadi menawan yang sebulan lalu dilihatnya ini.

"Hai," sapa Juan terdengar canggung. "Boleh masuk?"

Jasmine bergeming. Bukan karena tak menangkap apa yang diucapkan suara berat itu, namun ia lebih-lebih meresapi bagaimana mata indah milik Juan menatapnya, terlampau cantik pun damai, membuat Jasmine ingin terperangkap di sana, selamanya.

"Aku tidak bermaksud lebih, ku pikir beberapa orang akan mengenalmu kalau kita tetap bicara di depan pintu,” ujar lelaki tampan itu lagi. "Aku tidak ingin model perusahaanku terlibat skandal."

Jasmine masih diam.

Arjuan menggunakan hoodie hitam serta jeans hitam juga, rambutnya hitam panjang menyentuh mata. Tampan, sulit percaya bahwa pria ini berada di akhir dua puluhan.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Juan lagi, walau masih tanpa balasan ia tetap mencoba bicara. "Aku ada perlu."

Ada perlu? Ya sudah bicara saja.

Jasmine tersenyum tipis, tipis sekali, ia tidak mengatakan apa pun.

"Em, sebelumnya aku minta maaf untuk yang aku lakukan satu bulan lalu,” kata Juan pelan.

Tentang apa?

Waktu dia berniat mencium Jasmine dan berakhir mengatakan perkataan menyakitkan?

Itu sudah satu bulan? Pantas saja Jasmine merasakan rindu yang berat.

"Aku keterlaluan," tutur Juan menyesal, ia benar-benar memikirkannya, waktu itu pertama kalinya Juan sekasar itu dengan wanita, Juan sendiri tak tahu betul apa yang merasukinya.

"Dan, em, tentang kontraknya."

Jasmine masih mendengarkan.

"Aku di sini untuk meyakinkanmu."

Jujur, Jasmine sempat merasa kecewa.

"Lets be friend, dan tolong lupakan kata-kataku tentang bertingkah layaknya orang asing."

Sebegitunya?

Lama menunggu jawaban, Juan berkata. "Kita akan sering bertemu dan saling sapa."

Oh ya?

Tiba-tiba Juan melebarkan mata seakan menyadari sesuatu yang seharusnya tak ia katakan. Cepat-cepat pria itu merevisi. "Tidak ada perasaan, kalau kamu khawatir soal itu. Aku sudah tidak mencintaimu, kamu juga tak ada perasaan seperti dulu, jadi kita bisa beraktivitas dengan nyaman tanpa perlu memikirkan hal-hal semacam itu."

Tidakkah Juan terlalu sering mengatakannya? Haruskah ia terus menerus mengatakan itu dan lagi-lagi membuat goresan baru di hati Jasmine?

"Tapi aku cinta." Suara Jasmine terdengar lirih.

Susah payah gadis itu menjawab. Tenggorokannya sakit, rasanya segumpal batu menumpuk di sana.

Sayangnya kalimat pertama yang Jasmine ucapkan justru membuat Juan mematung. Tertegun dengan mulut sedikit terbuka, sedikit tak percaya dengan yang dikatakan gadis itu.

Bukankah selama ini dia tahu betul status Juan?

"Aku sudah punya Kei." Juan mengingatkan.

Jasmine menelan ludah kasar, tentu saja ia tak akan lupa fakta yang satu itu. "Aku tahu."

Dia tahu tapi bertingkah seolah tak ada yang salah dengan menyatakan cinta pada pria beristri?

"Mungkin untukmu tidak ada pengaruhnya kalau kita harus berpapasan dan saling sapa, tapi buatku, itu sama saja menjejalkan diri pada kemalangan," ucap Jasmine lagi, matanya lekat memandang Juan. Kemudian tersenyum miris. "Kamu hebat, Juan, satu-satunya yang berhasil membuatku gila begini."

Yah, Jasmine mengakui ia gila karena menginginkan pria milik wanita lain.

Juan tak tahu harus bereaksi seperti apa. Cukup mengejutkan. Gadis di depannya ini tak seperti gadis yang membuatnya jatuh cinta dulu. Dia berubah.

"Enam tahun, itu lama, semua orang berubah dalam jangka waktu selama itu. Dan aku yakin kamu juga sama," sahut Juan meyakinkan bila mana yang Jasmine rasakan merupakan sebuah kebimbangan karena kehadirannya yang mendadak.

"Bagiku, nggak ada yang berubah." Jasmine menjelaskan dengan nanar. "Enam tahun bahkan gak cukup buatku memaafkan diri sendiri, atau sekedar memberanikan diri untuk menemuimu secara diam-diam di kedai kopi. Tidak ada yang hilang, Juan. Semua malah bertambah besar."

Juan menggeleng samar.

"Bukankah kamu ingin kita jadi teman? Kita bisa berteman seperti inginmu," ujar Juan.

Benar. Itu yang diinginkannya, tetapi sekarang alih-alih menyambut niat baik lelaki itu dengan senang hati, Jasmine justru merasa janggal dengan hatinya.

Ia tak ingin jadi teman.

"Awalnya iya. Ku pikir berteman tidak terlalu buruk setelah aku tahu kamu punya Kei. Aku merasa aku pantas mendapatkannya setelah semua yang kulakukan. Namun, belakangan, bertemu denganmu saja aku membuatku sulit bernapas karena sesak, jadi mana mungkin aku bisa bertahan dengan status teman?"

Juan bersumpah hadirnya di sini tak lebih untuk meyakinkan Jasmine kembali tentang kerja sama terkait pekerjaan. Ia tak menduga kedatangannya berujung pada pengakuan gadis itu yang membuat otaknya hilang fungsi.

"Ego menguasaiku tiap-tiap kali kamu menyinggung bahwa kamu sudah tak ada rasa." Jasmine masih menatap Juan, dengan pendar lebih tegas. "Aku mau kamu kembali, Juan."

Ini gila.

Kerutan halus muncul di kening Juan. "Kamu tahu itu tidak mungkin."

"Aku sangat tahu itu!" tandas Jasmine, sedikit menekan tiap kata. "Karenanya aku menjauh. Menepis tiap kamu hadir, menyingkir saat kamu ada di depanku. Namun kamu tetap saja datang dan itu membuatku makin gila!"

Jasmine masih mencecar menggebu-gebu, ia ungkapkan segala yang dirasakan selama ini, dari akhir musim gugur hingga kini musim semi datang menyapa.

Sejak Juan memutuskan untuk menyapanya di kedai kopi.

Jasmine menggeleng kecil, tenggorokannya tercekat. "Egoku sangat besar saat kamu gak ada, aku bahkan punya niatan menjadi jalang untukmu. Tetapi saat presesimu tertangkap mata, yang ada cuma rasa bersalah. Aku gak mampu melakukan apa pun selain membiarkanmu pergi."

Lagi-lagi Jasmine menampilkan sisi lemahnya di depan Juan.

"Maka dari itu, jangan buat usahaku sia-sia. Berhentilah muncul di hadapanku dengan alasan apa pun kalau memang kamu gak pengen aku masuk dan merecoki rumah tanggamu. Karena jika aku melihatmu lagi, saat itu, aku bersumpah akan mendapatkanmu kembali."

Related chapters

  • Me after him (Indonesia)   9. Hanya aku

    "Lo gila, ya?" Jasmine pikir setelah jemari putih tangannya menutup pintu apartemen berhasil mengusir seorang pria pergi, ia akan memasuki kamar dan duduk membaca naskah skit drama spesial ditemani segelas rose tea tanpa gula dengan damai. Mungkin yang tersisa cuma sedikit pikiran mengganggu yang akan hanyut bersama satu atau dua teguk wine nanti malam. Namun sepertinya ia terlalu berharap banyak. Jasmine lupa ia memelihara pria menyebalkan lain di unit apartemen miliknya. Jasmine bergeming. Memuat tubuh menatap pria berkaos abu tua di belakangnya, tepat pada dinding berkeramik coklat Jay bersandar dengan tangan terlipat di dada. "Lo sadar nggak sih tadi ngapain?" Jay menunjuk arah pintu, matanya melebar dengan kening mengernyit tanda tak suka. Tidak mengerti sama sekali. "Terus kenapa dia bisa sampai kemari? Lo kasih alamat rumah ke itu orang?" Jay melanjutkan tanpa menunggu Jasmine menjawab. Pertanyaan yang ia sampaikan tidak butuh sebuah jawab. "Sejak kapan kalian rutin kete

    Last Updated : 2022-10-24
  • Me after him (Indonesia)   10. Kejutan baru

    April hampir habis. Angka pada kalender tanpa terasa sudah bergerak jauh. Kembang yang waktu itu masih kuncup kini telah mekar. Bumi tempatnya berpijak telah berangsur menghangat. Jasmine menyukainya. Bahkan semuanya. Suara ranting yang patah, desau angin menyapa sejuk, atau sekedar udara segar yang ia hirup serta embun yang ia jumpai pukul enam. Debu halus menyapa, tak selalu mengganggu, gadis pecinta sepertinya bahkan menyukai ketika partikel halus yang sejatinya dihindari, hujan yang disumpahi banyak orang karena turun tanpa aba-aba atau mentari terik yang membuat orang-orang mengernyit marah. Di antara sisa detik pada lampu lalu lintas yang akan berganti hijau serta deras gemeletuk air menyerbu dinding-dinding mobilnya Jasmine tersenyum, sesekali melihat kanan kiri pada orang yang berlarian dengan tas di atas kepala atau lebih fokus pada wiper mobil yang menyala. "Oh my Gosh! Unbelieveable! Ini kenapa langit moody banget sih! Kenapa tiba-tiba hujan padahal kata ramalan cuaca b

    Last Updated : 2022-10-25
  • Me after him (Indonesia)   11. Mencoba atau berhenti

    "Oke, istirahat lima belas menit."Selaju dengan berakhirnya teriakan dari produser, tiga orang dari luar set mendekati wanita bergaun putih dengan model off shoulder tanpa motif, mengarahkan payung melindungi artis dari sengatan panas mentari, yang satu lagi menyerahkan satu botol minuman kemasan beserta pipet.Jasmine sedang mempersiapkan comeback, masih rahasia, dan sekarang ia tengah shooting video music untuk titled single pada album terbarunya. Hari ini hari terakhir, dan besok akan ada sesi latihan koreografi, lusa juga sama, latihan akan terus berlanjut hingga agensi mengumumkan tanggal comebacknya.Baru saja Jasmine duduk di bawah naungan payung besar, segerombol rumput liar berbunga putih menarik perhatiannya. Dulu, ia pernah tidak tertarik pada bunga, tidak suka. Namun sekarang, justru pribadi manis itu tengah membidik bunga kecil berwarna putih itu dengan kamera ponselnya. Kemudian berpose, meminta tolong make up artist pribadinya untuk mengambilkan gambar."Kamu bisa

    Last Updated : 2022-11-05
  • Me after him (Indonesia)   12. Stupid Love

    Hadirmu layaknya salju putih yang hangat, badai yang menenangkan, tsunami berperasaan, sianida berperisa morfin, pun bencana dengan sejuta warna. Jangan tanya apa maksudnya. Entah. Aku saja tak tahu apa. – Jasmine Sahanya.--Untuk pertama kali dalam dua puluh lima tahun hidupnya Jasmine menginjakkan kaki di tempat remang-remang. Lampu berputar berdenyar samar, beberapa orang menari menggerakkan badan sejalan dengan hentak musik terdengar memekak sampai rasanya mau mati karena sakit telinga. Jasmine sampai heran kenapa banyak sekali orang menggemari tempat ini.Club.Setelah rumah sakit, mungkin bagian bumi ini jadi tempat terakhir yang ingin Jasmine singgahi. Jasmine sangat tidak suka keramaian di sini, meski tanpa asap rokok atau bau alkohol menyengat, tetap saja Jasmine tidak menyukainya.Nay benar-benar memikirkannya dengan sangat baik. Setelah kemarin Jasmine absen di pesta ulang tahunnya, wanita pentolan girl grup senior itu memaksa Jasmine habis-habisan untuk hadir di pesta

    Last Updated : 2022-11-07
  • Me after him (Indonesia)   13. Salah

    ——"Belum mau pulang?"Detik itu juga lamunannya pecah. Pikirkan mengganggu yang sedari tadi menghantui hingga membuatnya fokus pada bayangan gelas ditangan seketika menguar.Pada ruas detik arloji yang hendak mendekati angka tiga saat langit amat gelap ini Juan masih setia bersimpuh dalam kebimbangan. Menelan sendiri bulat-bulat kegundahan setelah apa yang terjadi padanya empat jam lalu.Bukan sesuatu yang bagus, namun bukan juga sebuah petaka, mungkin bisa disebut tabu.Setelah beberapa bulan belakangan ia sebisa mungkin tidak bertatap muka, menghindar, sampai-sampai Juan bersedia menunda bertemu Kei saat putrinya sakit hanya karena Namu bilang bahwa Jasmine ada bersama mereka. Namun tanpa sangka netra coklat yang selama ini dijauhinya malah justru melekat dalam bayang mata. Juan tentu tak akan bisa lupa. Ia ingat, tiap sekon yang ia lewati bersama gadis berambut hitam sepunggung itu. Semuanya.Terlalu ingat.Hingga menyesakkan.Juan sampai merasa tak sehat. Tidak waras.Leb

    Last Updated : 2022-11-09
  • Me after him (Indonesia)   14. Dia hanya marah

    -Selimut hitam pekat itu tersikap setelah matahari merajai bumi.Kicau burung gereja di ranting pohon tak lagi terdengar. Alarm yang disetel pukul lima tak lagi ada bunyinya, Jasmine lupa melempar benda itu ke arah mana. Bahkan setelah segar menyiram diri dengan air dingin, rasanya Jasmine enggan keluar kamar untuk sarapan.Dengan gulungan handuk putih di kepala serta kaos hitam dan celana selutut Jasmine menyandarkan diri ke kepala ranjang. Meraih ponsel di nakas, mengabaikan ratusan notifikasi yang datang dan memilih mengetik sebuah pesan pada Yuni- managernya. Setelah itu ia melepas handuk di kepala, membiarkan rambut setengah basah agar kering sendiri lalu keluar kamar, pergi ke dapur guna membakar dua potong roti untuk sarapan, walau sudah terlalu lambat untuk itu. "Lo ini sakit atau memang gila, sih?"Jasmine terlonjak. Roti bakar berlapis nutella yang baru ia makan segigit itu terhempas ke atas meja dapur. Memandang dengan mata terbelalak sosok berkaos hitam yang tengah

    Last Updated : 2022-11-10
  • Me after him (Indonesia)   15. Teman

    —— "Presdir Namu yang menawarkannya padaku." Jasmine menjeda kalimat, sembari menyelipkan beberapa anak rambut ke belakang telinga. "Dia bilang aku boleh mengubah poin-poin jika keberatan dan menambah beberapa jika memang dibutuhkan." Gadis berbalut mantel bulu berwarna abu-abu muda, berambut coklat tergerai yang wajahnya berhias make up tipis natural itu memindahkan tatapan mata dari cangkir kopi yang mengepul pada pribadi rupawan di kursi depan. Yang ternyata sama. Pria dewasa itu menatapnya juga. Dengan mata yang masih tajam seperti terakhir kali. Jasmine tidak tahu. Apa yang membuat pancaran mata Juan terasa begitu mengintimidasi ketika mereka bertatap muka, juga tentang bagaimana atmosfer dalam ruang rasanya berganti amat drastis jika mereka bersama. Arjuan mengangkat tangan, melirik arloji yang ternyata sudah hampir jam makan siang. Kafe mulai terisi orang-orang baru, yang tentunya tidak akan nyaman berbincang dengan artis besar di tempat ramai. Jadi ia memutuskan untuk seg

    Last Updated : 2022-11-11
  • Me after him (Indonesia)   16.

    "Debar jantungmu jadi satu-satunya alasan mengapa aku mau bertahan." -Jasmine Sahanaya. — Tidurnya terusik. Mimpi siang hari yang baru saja dirajutnya beberapa menit menit tiba-tiba buyar entah ke mana, bersamaan dengan sapuan lembut pada puncak kepala, membawa separuh sadar, namun enggan menyikap kelopak mata. Jasmine mengerang. Kali ini karena sebuah bulatan keras menyusup ke ceruk lehernya. "Aunty Je, lelah sekali ya?" Waktu itu Jasmine tersenyum. Tak ada niatan membuka mata sedikit pun. Ia benar-benar lelah dan membutuhkan tidur berkualitas, namun anak orang yang amat lucu ini mengusik dengan cara yang amat menggemaskan sepanjang dunia. Jasmine memeluk Kei erat, membawa tubuh mungil itu ke dalam dekapan hangat, agar ikut tertidur. Tidak memikirkan bagaimana cara anak empat tahun ini bisa sampai ke ruang tunggu sebuah stasiun televisi. Yang tentunya bukan tempat yang bisa dikunjungi orang sesuka hati. Jasmine mendusel kepala, menghirup aroma khas bayi milik Kei hingga gadis

    Last Updated : 2023-01-24

Latest chapter

  • Me after him (Indonesia)   19

    Tidak sibuk? Kalau saja dua jam yang lalu Jasmine menjawab pertanyaan singkat itu dengan kata 'aku sibuk' ia tidak akan bersanding canggung bersama bunga-bunga yang gugur, melewati jalanan pinggiran kota sambil membawa kemelut di dada yang belum reda. Namun sayang, teman-temannya bersantai ia pergi. Mendukung kala pria berjas hitam meminta ijin tadi untuk membawanya sebentar. "Mau bicara apa?" Jasmine maju, kakinya berhenti melangkah. Bernaung di bawah pohon yang rindang. Dan tak lepas dari mata bagaimana gerakan halus Juan ketika pria itu berputar, menghadapnya. Netranya berbicara banyak kata, namun bibir besi lelaki itu tidak terbuka. Jasmine cukup paham ia tak akan mendapat jawaban setidaknya hingga lima menit ke depan, maka dari itu ia melanjutkan. "Atau kamu cuma mau membuat aku senang? Dengan mengajakku jalan bersama?" Masih. "Sebagai obat setelah apa yang kamu katakan kemarin." Jasmine mengulas lengkungan tipis. Yakin bahwa senyum tipisnya tak terlihat wanita cantik itu m

  • Me after him (Indonesia)   18

    18."Je?""Hm?"Lili menghela napas sabar. Melirik Suya di sebelahnya yang juga menatap penuh pengertian. "Sudah tiga kali."Sedari tadi, sejak pertama kali duduk di bangku kafe berbau kopi ini tiga kali sudah Lili memergoki sahabatnya kehilangan fokus. Tenggelam dalam pikiran. Menatap kosong pada satu arah."Milkshake-mu sudah mencair," Suya menunjuk satu gelas besar minuman berwarna merah muda. "Nah, temanku yang cantik, Gue sudah pernah bilang kalau bercerita merupakan step awal pengurangan stress bukan?"Jasmine tersenyum, kemudian menggeleng singkat, mengucek matanya lembut seperti sedang mengembalikan kesadaran. Memandang ke beberapa sudut kafe yang beberapa bulan lalu dikunjunginya."Apa ada hubungannya dengan si mantan pacar itu lagi?" Suya menebak curiga. Mengingat terakhir kali Jasmine berkonsultasi padanya membawa nama Juan.Suya ingin bertanya lebih. Namun urung ketika jemari tangannya digenggam oleh Lili, gadis jangkung berambut hitam sebahu itu menggeleng meminta ia untu

  • Me after him (Indonesia)   17

    17.Di ruang kamar berukuran sedang itu berputar musik klasik. Mengiringi sosok wanita cantik berbalut dress floral selutut dengan satu berita harian di tangannya. Meski wajah gadis kecil bersurai hitam legam itu disamarkan, ia bisa tahu dengan jelas."Putrimu?" Suara lelaki menggema di seluruh ruang.Si wanita berambut merah bergeming. Memandang koran yang menampilkan artikel tentang skandal percintaan artis muda, Tak perlu menoleh untuk tahu siapa yang bicara, tak perlu menjawab karena diamnya sudah cukup mengatakan segalanya.Langkah kaki mendekat, berhenti dua langkah dari pribadi bersurai merah disisi kanan. Menyerahkan satu lembar kertas foto. Menampakkan dua insan yang berciuman."Mereka jadi lebih dekat. Ayah dari anakmu, dan Jasmine." Lelaki bertubuh tinggi itu melaporkan. "Kamu mau apa sekarang, Irish?"Hal yang sebenarnya sudah dibayangkan sejak lama. Yang ia takutkan.Wanita yang dipanggil Irish itu mengangguk. "Melakukan yang harusnya kulakukan sejak awal."———"Masih sam

  • Me after him (Indonesia)   16.

    "Debar jantungmu jadi satu-satunya alasan mengapa aku mau bertahan." -Jasmine Sahanaya. — Tidurnya terusik. Mimpi siang hari yang baru saja dirajutnya beberapa menit menit tiba-tiba buyar entah ke mana, bersamaan dengan sapuan lembut pada puncak kepala, membawa separuh sadar, namun enggan menyikap kelopak mata. Jasmine mengerang. Kali ini karena sebuah bulatan keras menyusup ke ceruk lehernya. "Aunty Je, lelah sekali ya?" Waktu itu Jasmine tersenyum. Tak ada niatan membuka mata sedikit pun. Ia benar-benar lelah dan membutuhkan tidur berkualitas, namun anak orang yang amat lucu ini mengusik dengan cara yang amat menggemaskan sepanjang dunia. Jasmine memeluk Kei erat, membawa tubuh mungil itu ke dalam dekapan hangat, agar ikut tertidur. Tidak memikirkan bagaimana cara anak empat tahun ini bisa sampai ke ruang tunggu sebuah stasiun televisi. Yang tentunya bukan tempat yang bisa dikunjungi orang sesuka hati. Jasmine mendusel kepala, menghirup aroma khas bayi milik Kei hingga gadis

  • Me after him (Indonesia)   15. Teman

    —— "Presdir Namu yang menawarkannya padaku." Jasmine menjeda kalimat, sembari menyelipkan beberapa anak rambut ke belakang telinga. "Dia bilang aku boleh mengubah poin-poin jika keberatan dan menambah beberapa jika memang dibutuhkan." Gadis berbalut mantel bulu berwarna abu-abu muda, berambut coklat tergerai yang wajahnya berhias make up tipis natural itu memindahkan tatapan mata dari cangkir kopi yang mengepul pada pribadi rupawan di kursi depan. Yang ternyata sama. Pria dewasa itu menatapnya juga. Dengan mata yang masih tajam seperti terakhir kali. Jasmine tidak tahu. Apa yang membuat pancaran mata Juan terasa begitu mengintimidasi ketika mereka bertatap muka, juga tentang bagaimana atmosfer dalam ruang rasanya berganti amat drastis jika mereka bersama. Arjuan mengangkat tangan, melirik arloji yang ternyata sudah hampir jam makan siang. Kafe mulai terisi orang-orang baru, yang tentunya tidak akan nyaman berbincang dengan artis besar di tempat ramai. Jadi ia memutuskan untuk seg

  • Me after him (Indonesia)   14. Dia hanya marah

    -Selimut hitam pekat itu tersikap setelah matahari merajai bumi.Kicau burung gereja di ranting pohon tak lagi terdengar. Alarm yang disetel pukul lima tak lagi ada bunyinya, Jasmine lupa melempar benda itu ke arah mana. Bahkan setelah segar menyiram diri dengan air dingin, rasanya Jasmine enggan keluar kamar untuk sarapan.Dengan gulungan handuk putih di kepala serta kaos hitam dan celana selutut Jasmine menyandarkan diri ke kepala ranjang. Meraih ponsel di nakas, mengabaikan ratusan notifikasi yang datang dan memilih mengetik sebuah pesan pada Yuni- managernya. Setelah itu ia melepas handuk di kepala, membiarkan rambut setengah basah agar kering sendiri lalu keluar kamar, pergi ke dapur guna membakar dua potong roti untuk sarapan, walau sudah terlalu lambat untuk itu. "Lo ini sakit atau memang gila, sih?"Jasmine terlonjak. Roti bakar berlapis nutella yang baru ia makan segigit itu terhempas ke atas meja dapur. Memandang dengan mata terbelalak sosok berkaos hitam yang tengah

  • Me after him (Indonesia)   13. Salah

    ——"Belum mau pulang?"Detik itu juga lamunannya pecah. Pikirkan mengganggu yang sedari tadi menghantui hingga membuatnya fokus pada bayangan gelas ditangan seketika menguar.Pada ruas detik arloji yang hendak mendekati angka tiga saat langit amat gelap ini Juan masih setia bersimpuh dalam kebimbangan. Menelan sendiri bulat-bulat kegundahan setelah apa yang terjadi padanya empat jam lalu.Bukan sesuatu yang bagus, namun bukan juga sebuah petaka, mungkin bisa disebut tabu.Setelah beberapa bulan belakangan ia sebisa mungkin tidak bertatap muka, menghindar, sampai-sampai Juan bersedia menunda bertemu Kei saat putrinya sakit hanya karena Namu bilang bahwa Jasmine ada bersama mereka. Namun tanpa sangka netra coklat yang selama ini dijauhinya malah justru melekat dalam bayang mata. Juan tentu tak akan bisa lupa. Ia ingat, tiap sekon yang ia lewati bersama gadis berambut hitam sepunggung itu. Semuanya.Terlalu ingat.Hingga menyesakkan.Juan sampai merasa tak sehat. Tidak waras.Leb

  • Me after him (Indonesia)   12. Stupid Love

    Hadirmu layaknya salju putih yang hangat, badai yang menenangkan, tsunami berperasaan, sianida berperisa morfin, pun bencana dengan sejuta warna. Jangan tanya apa maksudnya. Entah. Aku saja tak tahu apa. – Jasmine Sahanya.--Untuk pertama kali dalam dua puluh lima tahun hidupnya Jasmine menginjakkan kaki di tempat remang-remang. Lampu berputar berdenyar samar, beberapa orang menari menggerakkan badan sejalan dengan hentak musik terdengar memekak sampai rasanya mau mati karena sakit telinga. Jasmine sampai heran kenapa banyak sekali orang menggemari tempat ini.Club.Setelah rumah sakit, mungkin bagian bumi ini jadi tempat terakhir yang ingin Jasmine singgahi. Jasmine sangat tidak suka keramaian di sini, meski tanpa asap rokok atau bau alkohol menyengat, tetap saja Jasmine tidak menyukainya.Nay benar-benar memikirkannya dengan sangat baik. Setelah kemarin Jasmine absen di pesta ulang tahunnya, wanita pentolan girl grup senior itu memaksa Jasmine habis-habisan untuk hadir di pesta

  • Me after him (Indonesia)   11. Mencoba atau berhenti

    "Oke, istirahat lima belas menit."Selaju dengan berakhirnya teriakan dari produser, tiga orang dari luar set mendekati wanita bergaun putih dengan model off shoulder tanpa motif, mengarahkan payung melindungi artis dari sengatan panas mentari, yang satu lagi menyerahkan satu botol minuman kemasan beserta pipet.Jasmine sedang mempersiapkan comeback, masih rahasia, dan sekarang ia tengah shooting video music untuk titled single pada album terbarunya. Hari ini hari terakhir, dan besok akan ada sesi latihan koreografi, lusa juga sama, latihan akan terus berlanjut hingga agensi mengumumkan tanggal comebacknya.Baru saja Jasmine duduk di bawah naungan payung besar, segerombol rumput liar berbunga putih menarik perhatiannya. Dulu, ia pernah tidak tertarik pada bunga, tidak suka. Namun sekarang, justru pribadi manis itu tengah membidik bunga kecil berwarna putih itu dengan kamera ponselnya. Kemudian berpose, meminta tolong make up artist pribadinya untuk mengambilkan gambar."Kamu bisa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status