Share

6. Bicara

Author: Esteifa
last update Last Updated: 2022-07-28 18:49:58

Tubuhnya basah oleh keringat, gulungan tinggi rambut hitam gadis itu sudah kendur mengakibatkan beberapa anak rambut jatuh membingkai wajah, yang malah menjadi pemandangan cantik untuk dilihat.

Hampir seperempat jam yang lalu Jasmine bergerak di atas treadmill, setelah pemanasan dan melakukan serangkaian senam lantai Jasmine melanjutkan sesi olahraganya dengan berlari. Tempat ini adalah gym tempat artis agensinya berolahraga. Dari tempatnya berlari sekarang Jasmine dapat melihat langit serta awan, gedung-gedung menjulang dan juga daratan kota Seoul yang padat.

Wajib. Minimal sekali dalam seminggu pasti Jasmine kemari, karena kesehatan fisik untuk jam kerja serta jadwalnya merupakan satu paket komplit. Jadi meskipun Jasmine sedang melakukan tour ke beberapa negara, ia tetap membawa trainer pribadi untuk berolahraga setelah konser usai.

Jasmine ingat, waktu itu di Singapore semasa rangkaian konser pertamanya digelar, kakinya terkilir karena kurang hati-hati, ia juga pemanasan tak cukup baik dan berakhir dengan Jasmine yang cuma duduk sambil bernyanyi tanpa menarikan satu koreografi pun.

Hal yang membuat Jasmine sedikit menaruh perhatian lebih pada kesehatan.

Jasmine menyapu peluh yang hampir masuk mata dengan punggung tangan. Ia akan berhenti lima belas menit lagi, meski rasanya sudah hampir mau muntah karena lelah, Jasmine tak bisa berhenti.

Di antara suara musik dari airpod putih yang menyumpal telinga Jasmine dapat mendengar suara asing dari arah sebelah, mengundang hasrat untuk menolah karena awalnya ia mengira yang hadir merupakan teman seprofesi dari agensi.

Namun ternyata bukan.

Jasmine tertegun, dengan seluruh tubuh basah oleh keringat, napas gadis itu yang terengah-engah, dan juga detak jantung berdetak tak berirama.

Namun kali ini, pasal detak jantungnya, Jasmine yakin bukan hanya karena kelelahan berolahraga, tetapi kehadiran manusia dengan setelan jas rapi yang tengah berdiri diatas treadmill mati sebelah kiri itu juga punya andil besar.

Pria itu menatap Jasmine tanpa putus.

Sedang apa dia di sini?

Jasmine mengalihkan pandangan, menurunkan kecepatan laju, melambat hingga treadmill itu berhenti bergerak, ia kemudian turun, mengambil satu handuk hitam lalu ia seka peluh di keningnya.

Saat berbalik. Ia baru menyadari, tidak ada siapapun di sana, di ruang olahraga itu cuma ada dirinya dan Arjuan.

"Apa aku tidak terlihat?" suara berat itu mengalun saat dengan santai Jasmine melangkah pergi, suara yang lagi-lagi mampu menghentikan syaraf serta membuat kerja otaknya berantakan.

Tiga detik.

Jasmine memutar tubuh. Menatap pribadi gagah itu sebentar lalu tersenyum tipis. "Oh, selamat sore, Pak Direktur."

Formal.

Jasmine menyapa Juan dengan bahasa baku. Mengundang kerutan samar pada dahi lelaki itu, memikirkan kembali bilamana kemungkinan ada yang salah. Tidak lama, sebelum kemudian pria itu berdecak keras, menemukan kembali dalam ingatan kalimat yang ia ucapkan tiga bulan lalu.

"Kamu tersinggung?" tanya Juan pada Jasmine bilamana kalimatnya beberapa waktu lamu menyinggung perasaan.

"Iya," jawab Jasmine dengan tenang dan jujur. "Kamu mau kita jadi orang asing, dan begitulah caraku memperlakukan orang asing."

Juan terdiam beberapa detik.

"Maafkan aku kalau begitu," balas Juan lagi dengan senyuman menyesal.

Jasmine mengendikan bahu. "Tak perlu dipikirkan, toh apa yang terjadi padaku ke depan tidak akan ada sangkut pautnya denganmu."

Juan mengernyit. "Tidak ada sangkut pautnya? Siapa yang bilang?"

"Aku. Sebelumnya, kamu ingin koneksi antara kita terputus bukan?" sarkas Jasmine. "Aku sedang berusaha merealisasikannya."

Sebetulnya Juan datang dengan niat yang baik. Namun melihat bagaimana cara Jasmine berbicara padanya entah mengapa Juan yang biasanya tenang itu jadi terpancing.

Juan menampilkan senyum miring, tipis sekali, tidak terlalu suka dengan ketenangan gadis di depannya. Kepura-puraan gadis musim semi itu membuatnya muak, raut wajah yang seakan tidak mempunyai beban pikiran itu bahkan membuatnya marah.

"Soal itu, bukan berarti kamu bisa seenaknya menggunakan aku sebagai alasan penolakan kerjasama, bukan?" ujar Juan setelahnya.

Oh, jadi ini alasan Juan menemuinya.

Jasmine mengukir senyum miris. Yah, memang apa yang ia harapkan?

Mengesampingkan emosi merah muda di hatinya, sekarang Jasmine melipat dua tangan di depan dada. Menantang. "Itu terserah aku."

Melihatnya Juan langsung terkekeh. Oke. Dia join dalam permainan.

"Kamu bisa terima saja, sayang sekali kalau ditolak, sementara kita bisa tetap jadi orang asing. Tidak ada yang rugi," balas Juan seraya memasukan kedua tangan ke kantong celana.

Dia mengatakan yang sebenarnya dan seadanya.

Jasmine mendecih lirih. "Sayang sekali aku tidak ingin."

Juan mengangguk pelan. "Melihat ini, mungkin aku yang terlalu berlebihan memuji kemampuanmu di televisi. Setelah kulihat, kamu tidak ada profesionalnya sama sekali."

Pria perlente itu turun dari treadmill mati menuju tempat Jasmine berpijak dengan langkah pelan, bunyi ketuk sepatu yang terbentur lantai serta tatapan mata yang Juam berikan sukses membuat jantung Jasmine yang mulanya sudah agak tenang kembali meronta-ronta.

Lalu langkah pria itu berhenti, menyisakan tiga langkah besar antara dirinya dan juga Jasmine.

Jasmine menelan ludah kasar, jemarinya juga sudah mengepal.

"Ada puluhan artis ternama di Indonesia, lalu kenapa kamu mau kenapa repot-repot merayu solois kurang pengalaman dan tidak profesional sepertiku," balas Jasmine dengan senyum remeh, mengikuti alur lajunya pancaran mata Juan yang sedari tadi mengintimidasi. "Butuh rekomendasi?"

Lelaki itu menggeleng samar.

Juan maju selangkah. "Aku maunya kamu." Suaranya nyaris seperti bisikan angin, sangat kecil namun dapat ditangkap dengan bersih oleh rungu Jasmine.

Dengan jarak yang semakin dekat, sulit untuk Jasmine berkata bahwa ia biasa-biasa saja.

Apalagi setelah matanya menangkap kedua lensa Juan menyorot tubuhnya dari atas hingga bawah.

Jasmine yang memakai setelan olahraga biasa berwarna hitam, tanpa lengan serta celana press body selutut itu mengerjap cepat, mencoba mencerna apa yang sedang berlangsung di sana.

"Memangnya aku cantik sekali, ya?" tanya Jasmine dengan berani.

Bersamaan dengan kalimat itu berakhir Juan kembali mengambil satu langkah maju, yang mau tak mau membuat Jasmine ikut mundur selangkah. Menjadi lebih waspada.

"Hm, sangat cantik," ucap lelaki itu ringan.

Sekali lagi Jasmine tertegun.

Namun ketika Juan kembali bergerak mendekat kearah Jasmine dengan sinar mata seperti sebelumnya, Jasmine tak lagi mengambil langkah mundur, ia memilih diam di tempat.

Membiarkan tubuh tinggi pria itu sampai di depan tubuhnya persis. Jasmine bahkan bisa mencium aroma musk seperti waktu itu. Menikmati intimidasi dari pria yang tengah menatap mata serta bibirnya bergantian.

Ia yakin ini bukan firasat semata, Jasmine paham betul Juan sedang mempermainkan dirinya.

Maka ketika Juan merendahkan wajah perlahan, membuat puncak hidung mereka bersinggungan, hingga Jasmine dapat menghirup bau segar mint dari mulut lelaki itu, Jasmine dengan cepat berucap. "Ingat istrimu di rumah. Aku nggak tertarik buat jadi simpananmu."

Waktu itu, mereka diam sebentar. Mempertahankan celah kecil di antara bibir serta hidung yang telah bertemu.

Juan tidak langsung menjauh, lelaki itu sempat memandang mata Jasmine dua detik lamanya sebelum mengambil satu langkah ke belakang. Menggaruk kening menggunakan telunjuk sebelum jemari panjangnya ia gunakan untuk menyugar rambut.

"Memang kapan tepatnya aku bilang mau menjadikanmu simpanan?" Lelaki itu terkekeh. "Aku mau kamu jadi model, bukan simpananku, tidak ada niatan untuk itu sama sekali."

Berhasil.

Pada titik ini, Juan berhasil membuat ego Jasmine tersentil.

Gadis itu berdecih tak suka, ia membenci dirinya sendiri karena tak mampu melayangkan pukulan bahkan setelah Juan mengutarakan kata yang menyakitkan. Bahkan perkataan Juan melecehkan harga dirinya sebagai wanita.

"Aku sudah bilang tidak tertarik," desis Jasmine pelan, pendar matanya sudah menghilang, terganti dengan selapis air menyerupai kaca bening. "Kalau kamu nggak tuli harusnya kamu berhenti menggangguku!"

Jasmine terlihat marah sekaligus terluka.

"Kamu punya banyak sekali perubahan ternyata," ujar Juan.

Padahal, bukan hanya Jasmine yang berubah, Arjuan pun sama.

Juan memutar bola mata, melirik jam tangan di pergelangan tangan sebelum menatap Jasmine lagi. "Tenangkan dirimu, tidak usah emosi cuma karena percakapan yang bahkan tidak ada bobotnya."

Jasmine masih berdiri tegak.

Jangan tanya kondisi hatinya sekarang, karena Jasmine bahkan tak tau bagaimana cara mendeskripsikan gaduh yang Juan buat.

"Aku memang berubah, bahkan lebih dari yang terlihat. Jadi kalau kamu memang mau keinginanmu terpenuhi, jangan pernah sekalipun hadir kembali," ancam Jasmine. "Karena aku bisa lebih nekat dari yang kamu bayangkan."

Juan tersenyum. Jasmine mungkin sudah berkali-kali bilang bahwa ia benci senyum itu.

"Just take it. Karena kamu tahu, bahkan setelah mendekat padamu sedekat itu jangan harap akan ada debar menggelikan. Sudah kubilang bahwa perasaanku telah mati, bukan? Jadi ambil saja tawarannya, dan jangan libatkan perasaan salam hal ini."

__

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Candta Nugroho
bagus lanjut doong
goodnovel comment avatar
Kharem Nisya
nunggu Lanjutannya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Me after him (Indonesia)   7. Mantan pacar

    "Ketakutan yang aku punya masih sama, bahkan setelah tahun berlalu rasanya malah bertambah parah. Selain kamu. Tidak ada penawar. Tidak akan. Sama sekali. Tidak ada."- Jasmine --- "Tekanan darahmu rendah," wanita dewasa berwajah cantik yang memakai jas putih khas petugas kesehatan itu melepas alat tensi darah yang semula melingkar erat di lengan atas Jasmine. Menyerukan angka sekitaran sembilan puluh, yang mana itu berarti tekanan darahnya cukup rendah untuk seorang yang perlu banyak gerak. Dokter cantik itu menghela napas dalam, heran pun khawatir, Jasmine terlihat biasa saja berbanding terbalik dengan orang 'kurang darah' pada umumnya yang mana mengeluh pusing lemas dan mata berkunang-kunang, ia mengerti Jasmine bukanlah pribadi yang suka rela kelemahannya diketahui orang, tapi harusnya ia tak usah berpura-pura apalagi di depan dokter, sakit bukanlah kelemahan. "Tidurlah yang cukup dan kurangi pikiran tidak penting, Nona Jasmine." Jasmine memajukan bibir. Memasukan tangan ke d

    Last Updated : 2022-10-12
  • Me after him (Indonesia)   8. Jatuh yang kedua kalinya

    Sepertinya. Bunga mekar terlampau cepat, hingga sebelum matahari lenyap ia sudah harus layu, jauh dari harap. Dan mungkin, Seindah senja yang waktu itu ia lihat di langit Eropa, seterang warna jingga berpadu dengan lazuardi yang hendak ditelan kelabu berganti dengan hitam menyapa malam datang. Hadirnya sama indah, akan ia ingat selamanya. Lelaki yang setara indahnya dengan senja itu akan selalu ada di ruang pikirnya. Cinta yang cuma sekejap itu juga masih tumbuh di sudut hatinya. Ia memang terlalu besar kepala. Kemarin, Jasmine dengan yakin mengatakan kalau ia pasti akan mendapatkan Juan kembali saat mengobrol dengan Suya, iya, dia mengatakan dengan sangat percaya diri, seakan-akan tahu dewi mana pun akan membantunya jika itu masalah tentang cinta, tetapi sekarang ke mana dewi itu pergi? Ke mana perginya ambisi artis cantik yang selalu dipuji itu? Mengapa bertanya? Bukankah jawabannya sudah jelas? Yang bisa melenyapkan segala ambisi serta rasa percaya diri Jasmine tak lain ta

    Last Updated : 2022-10-22
  • Me after him (Indonesia)   9. Hanya aku

    "Lo gila, ya?" Jasmine pikir setelah jemari putih tangannya menutup pintu apartemen berhasil mengusir seorang pria pergi, ia akan memasuki kamar dan duduk membaca naskah skit drama spesial ditemani segelas rose tea tanpa gula dengan damai. Mungkin yang tersisa cuma sedikit pikiran mengganggu yang akan hanyut bersama satu atau dua teguk wine nanti malam. Namun sepertinya ia terlalu berharap banyak. Jasmine lupa ia memelihara pria menyebalkan lain di unit apartemen miliknya. Jasmine bergeming. Memuat tubuh menatap pria berkaos abu tua di belakangnya, tepat pada dinding berkeramik coklat Jay bersandar dengan tangan terlipat di dada. "Lo sadar nggak sih tadi ngapain?" Jay menunjuk arah pintu, matanya melebar dengan kening mengernyit tanda tak suka. Tidak mengerti sama sekali. "Terus kenapa dia bisa sampai kemari? Lo kasih alamat rumah ke itu orang?" Jay melanjutkan tanpa menunggu Jasmine menjawab. Pertanyaan yang ia sampaikan tidak butuh sebuah jawab. "Sejak kapan kalian rutin kete

    Last Updated : 2022-10-24
  • Me after him (Indonesia)   10. Kejutan baru

    April hampir habis. Angka pada kalender tanpa terasa sudah bergerak jauh. Kembang yang waktu itu masih kuncup kini telah mekar. Bumi tempatnya berpijak telah berangsur menghangat. Jasmine menyukainya. Bahkan semuanya. Suara ranting yang patah, desau angin menyapa sejuk, atau sekedar udara segar yang ia hirup serta embun yang ia jumpai pukul enam. Debu halus menyapa, tak selalu mengganggu, gadis pecinta sepertinya bahkan menyukai ketika partikel halus yang sejatinya dihindari, hujan yang disumpahi banyak orang karena turun tanpa aba-aba atau mentari terik yang membuat orang-orang mengernyit marah. Di antara sisa detik pada lampu lalu lintas yang akan berganti hijau serta deras gemeletuk air menyerbu dinding-dinding mobilnya Jasmine tersenyum, sesekali melihat kanan kiri pada orang yang berlarian dengan tas di atas kepala atau lebih fokus pada wiper mobil yang menyala. "Oh my Gosh! Unbelieveable! Ini kenapa langit moody banget sih! Kenapa tiba-tiba hujan padahal kata ramalan cuaca b

    Last Updated : 2022-10-25
  • Me after him (Indonesia)   11. Mencoba atau berhenti

    "Oke, istirahat lima belas menit."Selaju dengan berakhirnya teriakan dari produser, tiga orang dari luar set mendekati wanita bergaun putih dengan model off shoulder tanpa motif, mengarahkan payung melindungi artis dari sengatan panas mentari, yang satu lagi menyerahkan satu botol minuman kemasan beserta pipet.Jasmine sedang mempersiapkan comeback, masih rahasia, dan sekarang ia tengah shooting video music untuk titled single pada album terbarunya. Hari ini hari terakhir, dan besok akan ada sesi latihan koreografi, lusa juga sama, latihan akan terus berlanjut hingga agensi mengumumkan tanggal comebacknya.Baru saja Jasmine duduk di bawah naungan payung besar, segerombol rumput liar berbunga putih menarik perhatiannya. Dulu, ia pernah tidak tertarik pada bunga, tidak suka. Namun sekarang, justru pribadi manis itu tengah membidik bunga kecil berwarna putih itu dengan kamera ponselnya. Kemudian berpose, meminta tolong make up artist pribadinya untuk mengambilkan gambar."Kamu bisa

    Last Updated : 2022-11-05
  • Me after him (Indonesia)   12. Stupid Love

    Hadirmu layaknya salju putih yang hangat, badai yang menenangkan, tsunami berperasaan, sianida berperisa morfin, pun bencana dengan sejuta warna. Jangan tanya apa maksudnya. Entah. Aku saja tak tahu apa. – Jasmine Sahanya.--Untuk pertama kali dalam dua puluh lima tahun hidupnya Jasmine menginjakkan kaki di tempat remang-remang. Lampu berputar berdenyar samar, beberapa orang menari menggerakkan badan sejalan dengan hentak musik terdengar memekak sampai rasanya mau mati karena sakit telinga. Jasmine sampai heran kenapa banyak sekali orang menggemari tempat ini.Club.Setelah rumah sakit, mungkin bagian bumi ini jadi tempat terakhir yang ingin Jasmine singgahi. Jasmine sangat tidak suka keramaian di sini, meski tanpa asap rokok atau bau alkohol menyengat, tetap saja Jasmine tidak menyukainya.Nay benar-benar memikirkannya dengan sangat baik. Setelah kemarin Jasmine absen di pesta ulang tahunnya, wanita pentolan girl grup senior itu memaksa Jasmine habis-habisan untuk hadir di pesta

    Last Updated : 2022-11-07
  • Me after him (Indonesia)   13. Salah

    ——"Belum mau pulang?"Detik itu juga lamunannya pecah. Pikirkan mengganggu yang sedari tadi menghantui hingga membuatnya fokus pada bayangan gelas ditangan seketika menguar.Pada ruas detik arloji yang hendak mendekati angka tiga saat langit amat gelap ini Juan masih setia bersimpuh dalam kebimbangan. Menelan sendiri bulat-bulat kegundahan setelah apa yang terjadi padanya empat jam lalu.Bukan sesuatu yang bagus, namun bukan juga sebuah petaka, mungkin bisa disebut tabu.Setelah beberapa bulan belakangan ia sebisa mungkin tidak bertatap muka, menghindar, sampai-sampai Juan bersedia menunda bertemu Kei saat putrinya sakit hanya karena Namu bilang bahwa Jasmine ada bersama mereka. Namun tanpa sangka netra coklat yang selama ini dijauhinya malah justru melekat dalam bayang mata. Juan tentu tak akan bisa lupa. Ia ingat, tiap sekon yang ia lewati bersama gadis berambut hitam sepunggung itu. Semuanya.Terlalu ingat.Hingga menyesakkan.Juan sampai merasa tak sehat. Tidak waras.Leb

    Last Updated : 2022-11-09
  • Me after him (Indonesia)   14. Dia hanya marah

    -Selimut hitam pekat itu tersikap setelah matahari merajai bumi.Kicau burung gereja di ranting pohon tak lagi terdengar. Alarm yang disetel pukul lima tak lagi ada bunyinya, Jasmine lupa melempar benda itu ke arah mana. Bahkan setelah segar menyiram diri dengan air dingin, rasanya Jasmine enggan keluar kamar untuk sarapan.Dengan gulungan handuk putih di kepala serta kaos hitam dan celana selutut Jasmine menyandarkan diri ke kepala ranjang. Meraih ponsel di nakas, mengabaikan ratusan notifikasi yang datang dan memilih mengetik sebuah pesan pada Yuni- managernya. Setelah itu ia melepas handuk di kepala, membiarkan rambut setengah basah agar kering sendiri lalu keluar kamar, pergi ke dapur guna membakar dua potong roti untuk sarapan, walau sudah terlalu lambat untuk itu. "Lo ini sakit atau memang gila, sih?"Jasmine terlonjak. Roti bakar berlapis nutella yang baru ia makan segigit itu terhempas ke atas meja dapur. Memandang dengan mata terbelalak sosok berkaos hitam yang tengah

    Last Updated : 2022-11-10

Latest chapter

  • Me after him (Indonesia)   19

    Tidak sibuk? Kalau saja dua jam yang lalu Jasmine menjawab pertanyaan singkat itu dengan kata 'aku sibuk' ia tidak akan bersanding canggung bersama bunga-bunga yang gugur, melewati jalanan pinggiran kota sambil membawa kemelut di dada yang belum reda. Namun sayang, teman-temannya bersantai ia pergi. Mendukung kala pria berjas hitam meminta ijin tadi untuk membawanya sebentar. "Mau bicara apa?" Jasmine maju, kakinya berhenti melangkah. Bernaung di bawah pohon yang rindang. Dan tak lepas dari mata bagaimana gerakan halus Juan ketika pria itu berputar, menghadapnya. Netranya berbicara banyak kata, namun bibir besi lelaki itu tidak terbuka. Jasmine cukup paham ia tak akan mendapat jawaban setidaknya hingga lima menit ke depan, maka dari itu ia melanjutkan. "Atau kamu cuma mau membuat aku senang? Dengan mengajakku jalan bersama?" Masih. "Sebagai obat setelah apa yang kamu katakan kemarin." Jasmine mengulas lengkungan tipis. Yakin bahwa senyum tipisnya tak terlihat wanita cantik itu m

  • Me after him (Indonesia)   18

    18."Je?""Hm?"Lili menghela napas sabar. Melirik Suya di sebelahnya yang juga menatap penuh pengertian. "Sudah tiga kali."Sedari tadi, sejak pertama kali duduk di bangku kafe berbau kopi ini tiga kali sudah Lili memergoki sahabatnya kehilangan fokus. Tenggelam dalam pikiran. Menatap kosong pada satu arah."Milkshake-mu sudah mencair," Suya menunjuk satu gelas besar minuman berwarna merah muda. "Nah, temanku yang cantik, Gue sudah pernah bilang kalau bercerita merupakan step awal pengurangan stress bukan?"Jasmine tersenyum, kemudian menggeleng singkat, mengucek matanya lembut seperti sedang mengembalikan kesadaran. Memandang ke beberapa sudut kafe yang beberapa bulan lalu dikunjunginya."Apa ada hubungannya dengan si mantan pacar itu lagi?" Suya menebak curiga. Mengingat terakhir kali Jasmine berkonsultasi padanya membawa nama Juan.Suya ingin bertanya lebih. Namun urung ketika jemari tangannya digenggam oleh Lili, gadis jangkung berambut hitam sebahu itu menggeleng meminta ia untu

  • Me after him (Indonesia)   17

    17.Di ruang kamar berukuran sedang itu berputar musik klasik. Mengiringi sosok wanita cantik berbalut dress floral selutut dengan satu berita harian di tangannya. Meski wajah gadis kecil bersurai hitam legam itu disamarkan, ia bisa tahu dengan jelas."Putrimu?" Suara lelaki menggema di seluruh ruang.Si wanita berambut merah bergeming. Memandang koran yang menampilkan artikel tentang skandal percintaan artis muda, Tak perlu menoleh untuk tahu siapa yang bicara, tak perlu menjawab karena diamnya sudah cukup mengatakan segalanya.Langkah kaki mendekat, berhenti dua langkah dari pribadi bersurai merah disisi kanan. Menyerahkan satu lembar kertas foto. Menampakkan dua insan yang berciuman."Mereka jadi lebih dekat. Ayah dari anakmu, dan Jasmine." Lelaki bertubuh tinggi itu melaporkan. "Kamu mau apa sekarang, Irish?"Hal yang sebenarnya sudah dibayangkan sejak lama. Yang ia takutkan.Wanita yang dipanggil Irish itu mengangguk. "Melakukan yang harusnya kulakukan sejak awal."———"Masih sam

  • Me after him (Indonesia)   16.

    "Debar jantungmu jadi satu-satunya alasan mengapa aku mau bertahan." -Jasmine Sahanaya. — Tidurnya terusik. Mimpi siang hari yang baru saja dirajutnya beberapa menit menit tiba-tiba buyar entah ke mana, bersamaan dengan sapuan lembut pada puncak kepala, membawa separuh sadar, namun enggan menyikap kelopak mata. Jasmine mengerang. Kali ini karena sebuah bulatan keras menyusup ke ceruk lehernya. "Aunty Je, lelah sekali ya?" Waktu itu Jasmine tersenyum. Tak ada niatan membuka mata sedikit pun. Ia benar-benar lelah dan membutuhkan tidur berkualitas, namun anak orang yang amat lucu ini mengusik dengan cara yang amat menggemaskan sepanjang dunia. Jasmine memeluk Kei erat, membawa tubuh mungil itu ke dalam dekapan hangat, agar ikut tertidur. Tidak memikirkan bagaimana cara anak empat tahun ini bisa sampai ke ruang tunggu sebuah stasiun televisi. Yang tentunya bukan tempat yang bisa dikunjungi orang sesuka hati. Jasmine mendusel kepala, menghirup aroma khas bayi milik Kei hingga gadis

  • Me after him (Indonesia)   15. Teman

    —— "Presdir Namu yang menawarkannya padaku." Jasmine menjeda kalimat, sembari menyelipkan beberapa anak rambut ke belakang telinga. "Dia bilang aku boleh mengubah poin-poin jika keberatan dan menambah beberapa jika memang dibutuhkan." Gadis berbalut mantel bulu berwarna abu-abu muda, berambut coklat tergerai yang wajahnya berhias make up tipis natural itu memindahkan tatapan mata dari cangkir kopi yang mengepul pada pribadi rupawan di kursi depan. Yang ternyata sama. Pria dewasa itu menatapnya juga. Dengan mata yang masih tajam seperti terakhir kali. Jasmine tidak tahu. Apa yang membuat pancaran mata Juan terasa begitu mengintimidasi ketika mereka bertatap muka, juga tentang bagaimana atmosfer dalam ruang rasanya berganti amat drastis jika mereka bersama. Arjuan mengangkat tangan, melirik arloji yang ternyata sudah hampir jam makan siang. Kafe mulai terisi orang-orang baru, yang tentunya tidak akan nyaman berbincang dengan artis besar di tempat ramai. Jadi ia memutuskan untuk seg

  • Me after him (Indonesia)   14. Dia hanya marah

    -Selimut hitam pekat itu tersikap setelah matahari merajai bumi.Kicau burung gereja di ranting pohon tak lagi terdengar. Alarm yang disetel pukul lima tak lagi ada bunyinya, Jasmine lupa melempar benda itu ke arah mana. Bahkan setelah segar menyiram diri dengan air dingin, rasanya Jasmine enggan keluar kamar untuk sarapan.Dengan gulungan handuk putih di kepala serta kaos hitam dan celana selutut Jasmine menyandarkan diri ke kepala ranjang. Meraih ponsel di nakas, mengabaikan ratusan notifikasi yang datang dan memilih mengetik sebuah pesan pada Yuni- managernya. Setelah itu ia melepas handuk di kepala, membiarkan rambut setengah basah agar kering sendiri lalu keluar kamar, pergi ke dapur guna membakar dua potong roti untuk sarapan, walau sudah terlalu lambat untuk itu. "Lo ini sakit atau memang gila, sih?"Jasmine terlonjak. Roti bakar berlapis nutella yang baru ia makan segigit itu terhempas ke atas meja dapur. Memandang dengan mata terbelalak sosok berkaos hitam yang tengah

  • Me after him (Indonesia)   13. Salah

    ——"Belum mau pulang?"Detik itu juga lamunannya pecah. Pikirkan mengganggu yang sedari tadi menghantui hingga membuatnya fokus pada bayangan gelas ditangan seketika menguar.Pada ruas detik arloji yang hendak mendekati angka tiga saat langit amat gelap ini Juan masih setia bersimpuh dalam kebimbangan. Menelan sendiri bulat-bulat kegundahan setelah apa yang terjadi padanya empat jam lalu.Bukan sesuatu yang bagus, namun bukan juga sebuah petaka, mungkin bisa disebut tabu.Setelah beberapa bulan belakangan ia sebisa mungkin tidak bertatap muka, menghindar, sampai-sampai Juan bersedia menunda bertemu Kei saat putrinya sakit hanya karena Namu bilang bahwa Jasmine ada bersama mereka. Namun tanpa sangka netra coklat yang selama ini dijauhinya malah justru melekat dalam bayang mata. Juan tentu tak akan bisa lupa. Ia ingat, tiap sekon yang ia lewati bersama gadis berambut hitam sepunggung itu. Semuanya.Terlalu ingat.Hingga menyesakkan.Juan sampai merasa tak sehat. Tidak waras.Leb

  • Me after him (Indonesia)   12. Stupid Love

    Hadirmu layaknya salju putih yang hangat, badai yang menenangkan, tsunami berperasaan, sianida berperisa morfin, pun bencana dengan sejuta warna. Jangan tanya apa maksudnya. Entah. Aku saja tak tahu apa. – Jasmine Sahanya.--Untuk pertama kali dalam dua puluh lima tahun hidupnya Jasmine menginjakkan kaki di tempat remang-remang. Lampu berputar berdenyar samar, beberapa orang menari menggerakkan badan sejalan dengan hentak musik terdengar memekak sampai rasanya mau mati karena sakit telinga. Jasmine sampai heran kenapa banyak sekali orang menggemari tempat ini.Club.Setelah rumah sakit, mungkin bagian bumi ini jadi tempat terakhir yang ingin Jasmine singgahi. Jasmine sangat tidak suka keramaian di sini, meski tanpa asap rokok atau bau alkohol menyengat, tetap saja Jasmine tidak menyukainya.Nay benar-benar memikirkannya dengan sangat baik. Setelah kemarin Jasmine absen di pesta ulang tahunnya, wanita pentolan girl grup senior itu memaksa Jasmine habis-habisan untuk hadir di pesta

  • Me after him (Indonesia)   11. Mencoba atau berhenti

    "Oke, istirahat lima belas menit."Selaju dengan berakhirnya teriakan dari produser, tiga orang dari luar set mendekati wanita bergaun putih dengan model off shoulder tanpa motif, mengarahkan payung melindungi artis dari sengatan panas mentari, yang satu lagi menyerahkan satu botol minuman kemasan beserta pipet.Jasmine sedang mempersiapkan comeback, masih rahasia, dan sekarang ia tengah shooting video music untuk titled single pada album terbarunya. Hari ini hari terakhir, dan besok akan ada sesi latihan koreografi, lusa juga sama, latihan akan terus berlanjut hingga agensi mengumumkan tanggal comebacknya.Baru saja Jasmine duduk di bawah naungan payung besar, segerombol rumput liar berbunga putih menarik perhatiannya. Dulu, ia pernah tidak tertarik pada bunga, tidak suka. Namun sekarang, justru pribadi manis itu tengah membidik bunga kecil berwarna putih itu dengan kamera ponselnya. Kemudian berpose, meminta tolong make up artist pribadinya untuk mengambilkan gambar."Kamu bisa

DMCA.com Protection Status