Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama dua bulan, akhirnya Ruyan sampai di Istana Kekaisaran Tianlong. Ruyan sampai di istana ini tanpa Shengli karena mereka berpisah di perbatasan. Shengli harus mengecek kondisi di perbatasan. Jadi Shengli menyuruh Ruyan untuk pergi ke istana duluan.
Ruyan turun dari kereta kuda. Dia langsung disambut oleh seorang pelayan yang sudah menunggu kedatangan Ruyan.
"Selamat datang di Istana Kekaisaran Tianlong, Yang Mulia Selir Xi," kata pelayan itu sambil membungkuk pada Ruyan. Ruyan mengangguk pada pelayan itu.
"Yang Mulia, Yang Mulia Permaisuri sudah menunggu," kata pelayan itu.
"Baiklah, tunjukkan jalannya," kata Ruyan.
Pelayan tersebut segera menunjukkan jelan ke Paviliun Mahkota Langit, tempat tinggal Permaisuri Zhao Wanyin. Ruyan terus berjalan mengikuti pelayan itu sambil melihat sekeliling istana. Setelah beberapa saat, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.
Di dalam kamar, sang permaisuri terlihat sedang mengecek laporan. Wanyin langsung mengalihkan perhatian begitu Ruyan masuk ke dalam kamarnya.
Ruyan bersujud di hadapan Wanyin sambil berkata, "Xi Ruyan memberi salam pada Yang Mulia Permaisuri. Semoga Yang Mulia Permaisuri selalu diberkahi oleh ketenangan dalam hidup."
"Bangunlah," kata Wanyin.
"Terima kasih, Yang Mulia," kata Ruyan sambil berdiri.
"Kalau tidak salah, peringkatmu adalah Selir tingkat dua. Apa aku benar?" tanya Wanyin memastikan.
"Iya, benar Yang Mulia," kata Ruyan.
"Penghuni harem di sini cukup banyak. Semoga kau betah. Kalau bisa, jangan sampai kau berselisih dengan para selir lain," kata Wanyan.
"Saya akan selalu mengingat saran Anda, Yang Mulia," kata Ruyan.
“Kalau kau tidak sengaja berselisih dengan selir lain, kau bisa mengadu pada Selir Agung selama Yang Mulia Kaisar belum kembali. Selir Agung yang mengurus urusan istana dalam selama Yang Mulia Kaisar tidak berada di sini karena aku harus mengurus pekerjaan Yang Mulia Kaisar yang menumpuk,” kata Wanyan.
“Baiklah, Yang Mulia,” kata Ruyan.
"Kalau kau ingin tahu tentang sesuatu di istana ini, tanyakan saja pada Bai Mei. Dia akan menjadi pelayanmu mulai sekarang," kata Wanyan.
"Saya mengerti, Yang Mulia," kata Ruyan.
"Mei, masuklah," panggil Wanyan.
Seorang pelayan muda masuk masuk ke dalam kamar Wanyan. Dia membungkuk pada Wanyan dan Ruyan.
"Bai Mei siap menjalankan perintah, Yang Mulia," kata Mei.
"Bawa Selir Xi ke Paviliun Embun Pagi dan layani dia dengan baik," kata Wanyan.
"Baiklah, Yang Mulia," kata Mei.
Ruyan dan Mei segera berpamitan pada Wanyan lalu berjalan keluar dari kamar Wanyan. Mei menunjukkan jalan menuju ke Paviliun Embun Pagi.
Ruyan merasa jalan di area harem ini cukup membingungkan. Dia merasa bahwa setiap jalan yang dia lalui sangat mirip. Ya, wajar saja dia merasa seperti itu karena ini pertama kalinya dia melalui jalan ini.
Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seorang selir yang dipikul oleh beberapa kasim menggunakan tandu. Mei dan Ruyan langsung menepi dari jalan itu untuk memberi jalan untuk rombongan selir itu.
Mei membungkuk pada selir itu. Sementara itu, Ruyan hanya berdiri dengan tegak karena Ruyan tidak mengenal selir itu dan tidak mengetahui peringkat selir itu.
"Berhenti," kata selir itu. Selir itu merasa tidak terima karena ada wanita asing yang berpenampilan 'lusuh' tidak membungkuk padanya.
Para kasim yang memikul selir itu menghentikan langkah mereka. Setelah itu, mereka menurunkan tandu yang mereka pikul secara perlahan. Selir itu turun dari tandu lalu berdiri di hadapan Ruyan.
"Siapa kau?" tanya selir itu.
"Saya Xi Ruyan. Kalau boleh tahu siapa Anda?" tanya Ruyan balik.
"Aku? Aku Selir Tingkat Tiga He Yuyan. Beraninya seorang pelayan baru sepertimu tidak membungkuk pada selir tingkat tinggi seperti aku," kata selir itu.
Ruyan sangat mengerti kenapa dia bisa disangka sebagai pelayan. Saat ini dia hanya memakai pakaian yang sangat jauh dari kata mewah. Tentu saja dia hanya memakai pakaian biasa untuk perjalanan jauh. Dan dia belum sempat berganti pakaian saat dia tiba di istana ini.
"Yang Mulia, beliau ini bukan—"
"Berlutut!" Yuyan tidak mau memotong perkataan Mei dan menyuruh Ruyan untuk berlutut padanya.
Ruyan merasa dirinya memiliki kedudukan lebih tinggi dari Yuyan. Ruyan adalah selir tingkat dua dan Yuyan adalah selir tingkat tiga. Jelas-jelas kedudukan Ruyan lebih tinggi dari Yuyan. Oleh karena itu, tidak seharusnya Ruyan berlutut pada Yuyan.
"Kenapa aku harus berlutut padamu?" tanya Ruyan.
Pertanyaan Ruyan membuat Yuyan semakin kesal. Yuyan pun menampar pipi Ruyan dengan keras. Ruyan terdiam setelah mendapatkan tamparan dari Yuyan. Ruyan benar-benar tidak menyangka Yuyan akan menggunakan kekerasan seperti ini pada seseorang yang baru saja ditemuinya.
"Beraninya kau!" teriak Yuyan.
"Selir He, Anda tidak boleh—"
Ruyan memberi isyarat pada Mei untuk berhenti berbicara. Ruyan masih ingin melihat apa yang akan dilakukan Yuyan selanjutnya.
"Berlutut!" teriak Yuyan.
"Apakah semua selir di sini sangat gila hormat? Sepertinya semua selir di mana-mana sama saja," kata Ruyan.
"Aku bilang berlutut!" teriak Yuyan. Emosi Yuyan benar-benar sedang memuncak saat ini.
"Tidak," kata Ruyan.
"Buat pelayan ini berlutut," kata Yuyan pada para kasim.
Para kasim segera berjalan ke arah Ruyan dan hendak memaksa Ruyan untuk berlutut. Namun, Mei segera bergerak ke depan Ruyan untuk menghalangi mereka.
"Jangan sentuh Selir Xi," kata Mei.
"Selir Xi, kau bilang? Sejak kapan Yang Mulia Kaisar tidur dengan perempuan rendahan seperti ini?" tanya Yuyan.
"Beliau bukan wanita rendahan, melainkan putri dari Kerajaan Yunxi," kata Mei.
"Yang Mulia membawa putri dari kerajaan lain lagi? Memangnya apa peringkatnya di sini?" Yuyan masih berusaha untuk bersikap keras walaupun dia merasa sedikit malu karena telah merendahkan Ruyan dihadapan banyak orang.
"Peringkat Selir Xi adalah selir tingkat dua," kata Mei.
Wajah Yuyan langsung memerah karena dia benar-benar merasa malu. Dia menghentakkan kakinya dengan keras lalu mencoba untuk pergi.
"Tunggu," kata Ruyan. Ruyan tidak ingin melepaskan Yuyan begitu saja tanpa pembalasan.
"Apa?" tanya Yuyan dengan kesal.
"Berlutut," kata Ruyan.
"Apa kau bilang?" tanya Ruyan sambil meninggikan suaranya.
"Sepertinya kau harus membersihkan telingamu. Aku bilang berlutut," kata Ruyan.
Yuyan tidak bisa berkata apa-apa lagi sekarang. Akhirnya dia berlutut di hadapan Ruyan.
"Apa tidak ada yang ingin kau katakan?" tanya Ruyan. Yuyan hanya diam. Dia sudah terlalu kesal karena dia merasa dipermalukan seperti ini.
"Berlututlah selama dua jam," kata Ruyan.
"Baiklah," kata Yuyan hanya bisa pasrah dengan keadaannya sekarang. Namun, dia pasti akan membalas perbuatan Ruyan yang mempermalukan dirinya seperti ini.
Setelah merasa puas, Ruyan kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke paviliun yang akan ditinggalinya. Tentu saja Mei menunjukkan jalan pada Ruyan.
***
"Yang Mulia, ada selir baru yang baru masuk istana. Dan dia sudah berani mempermalukan saya dengan memaksa saya berlutut padanya selama dua jam," kata Yuyan.Yuyan saat ini sedang berada di Paviliun Seruni Jingga, paviliun milik selir agung. Yuyan berada di sini karena dia ingin mengadu pada selir agung atas perbuatan Ruyan padanya. "Selir baru? Aku tidak tahu kalau ada selir baru," kata Selir Agung Shang Lianyi. "Yang Mulia Kaisar membawa selir baru dari Kerajaan Yunxi," kata Yuyan. "Sepertinya Yang Mulia Kaisar berencana memperluas wilayah dengan besar-besaran. Sebelumnya Yang Mulia Kaisar membawa putri dari Kerajaan Fengxu, lalu putri dari Kerajaan Lingxao, dan sekarang dari Kerajaan Yunxi," kata Lianyi. "Yang Mulia, wanita yang kali ini benar-benar sangat sombong. Padahal dia sangat jelek tapi dia sama sekali tidak sadar diri. Saya benar-benar tidak suka padanya," kata Yuyan. "Aku jadi penasaran padanya. Panggilkan dia ke sini," kata Lianyi pada seorang pelayannya. Pelayan y
Sudah sekitar dua minggu sejak Ruyan berselisih dengan Yuyan. Hingga saat ini Yuyan terus mencoba untuk memprovokasi Ruyan. Namun, Ruyan mengabaikan Yuyan. Saat ini hari sudah malam. Ruyan sudah bersiap untuk tidur di kamarnya. Namun, Yuyan datang ke paviliunnya lagi. Yuyan sudah menyiapkan cara baru untuk memprovokasi Ruyan malam ini. Yuyan berada di halaman Paviliun Embun Pagi bersama dengan beberapa pelayannya. Dia membuat suara berisik dengan memukul benda-benda yang bisa membuat suara berisik dan berteriak-teriak tidak jelas.Niat Yuyan adalah membuat Ruyan memanggil penjaga untuk mengusir dirinya. Setelah hal itu terjadi, Yuyan akan melaporkan pada permaisuri bahwa dia diusir dengan sangat kasar oleh Ruyan. Tentu saja, dia akan memutar balikkan fakta dalam kejadian ini saat melapor pada permaisuri. "Yang Mulia, bukankah sebaiknya kita memanggil penjaga saja?" saran Mei. Mei sudah tidak tahan dengan kelakuan Yuyan selama beberapa hari terakhir ini. "Aku tidak bisa mendengarm
"Ruyan, kau harus pergi ke Kekaisaran Tianlong." Itu adalah kalimat yang selalu dinantikan oleh Ruyan selama ini. Ruyan sudah menantikan hari di mana dia bisa terbebas dari istana yang kejam ini. “Apakah saya boleh tahu apa alasannya, Ayah?” tanya Ruyan pada ayahnya sekaligus raja dari Kerajaan Yunxi. “Aku akan memberikan dirimu pada Kaisar Tianlong sebagai sandera untuk menghindari konflik dengan mereka,” kata Xi Yuefeng, sang raja. Ruyan sudah menduga hal ini akan terjadi. Dia sudah tahu bahwa dia pasti akan dibuang oleh ayahnya sendiri suatu hari nanti. Tapi, Ruyan sama sekali tidak merasa sedih akan hal tersebut. Ruyan justru merasa sangat bahagia saat dia tahu bahwa dia akhirnya terbebas dari orang tuanya. “Sandera? Apakah Anda menjual saya?” tanya Ruyan sambil menyembunyikan senyuman di wajahnya.“Kau tidak memiliki hak untuk protes. Setidaknya buat dirimu berguna untuk kami. Kerjaanmu hanya mengurung diri di kamar selama ini. Dasar putri tidak berguna. Besok, kau akan menge
Matahari baru saja terbit, para pelayan berbondong-bondong masuk ke kamar Ruyan untuk mendandani Ruyan agar terlihat sangat cantik. Hal ini sama sekali belum pernah terjadi sebelumnya. Ruyan belum pernah mendapatkan perlakuan yang begitu istimewa seperti ini setelah ibunya tiada. Ruyan tampak begitu cantik dengan tubuh yang berbalutkan gaun pengantin berwarna merah serta rambut yang dihias dengan sedemikian rupa. Tak lupa wajah Ruyan juga didandani agar terlihat lebih cantik.Sementara Ruyan masih bersiap di kamarnya, dua kereta kuda dan rombongan dari Kekaisaran Tianlong sudah sampai di area istana. Raja dan ratu kerajaan Yunxi sudah bersiap di depan pintu utama istana untuk menyambut kedatangan Kaisar Long Shengli. Shengli keluar dari kereta kudanya dan membuat pandangan semua orang tertuju padanya. Sosoknya yang terlihat sangat tampan, gagah dan berwibawa, membuat siapa saja yang melihatnya langsung merasa terintimidasi. Shengli memakai jubah kaisarnya yang berwarna merah, jubah
Sudah sekitar dua minggu sejak Ruyan berselisih dengan Yuyan. Hingga saat ini Yuyan terus mencoba untuk memprovokasi Ruyan. Namun, Ruyan mengabaikan Yuyan. Saat ini hari sudah malam. Ruyan sudah bersiap untuk tidur di kamarnya. Namun, Yuyan datang ke paviliunnya lagi. Yuyan sudah menyiapkan cara baru untuk memprovokasi Ruyan malam ini. Yuyan berada di halaman Paviliun Embun Pagi bersama dengan beberapa pelayannya. Dia membuat suara berisik dengan memukul benda-benda yang bisa membuat suara berisik dan berteriak-teriak tidak jelas.Niat Yuyan adalah membuat Ruyan memanggil penjaga untuk mengusir dirinya. Setelah hal itu terjadi, Yuyan akan melaporkan pada permaisuri bahwa dia diusir dengan sangat kasar oleh Ruyan. Tentu saja, dia akan memutar balikkan fakta dalam kejadian ini saat melapor pada permaisuri. "Yang Mulia, bukankah sebaiknya kita memanggil penjaga saja?" saran Mei. Mei sudah tidak tahan dengan kelakuan Yuyan selama beberapa hari terakhir ini. "Aku tidak bisa mendengarm
"Yang Mulia, ada selir baru yang baru masuk istana. Dan dia sudah berani mempermalukan saya dengan memaksa saya berlutut padanya selama dua jam," kata Yuyan.Yuyan saat ini sedang berada di Paviliun Seruni Jingga, paviliun milik selir agung. Yuyan berada di sini karena dia ingin mengadu pada selir agung atas perbuatan Ruyan padanya. "Selir baru? Aku tidak tahu kalau ada selir baru," kata Selir Agung Shang Lianyi. "Yang Mulia Kaisar membawa selir baru dari Kerajaan Yunxi," kata Yuyan. "Sepertinya Yang Mulia Kaisar berencana memperluas wilayah dengan besar-besaran. Sebelumnya Yang Mulia Kaisar membawa putri dari Kerajaan Fengxu, lalu putri dari Kerajaan Lingxao, dan sekarang dari Kerajaan Yunxi," kata Lianyi. "Yang Mulia, wanita yang kali ini benar-benar sangat sombong. Padahal dia sangat jelek tapi dia sama sekali tidak sadar diri. Saya benar-benar tidak suka padanya," kata Yuyan. "Aku jadi penasaran padanya. Panggilkan dia ke sini," kata Lianyi pada seorang pelayannya. Pelayan y
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama dua bulan, akhirnya Ruyan sampai di Istana Kekaisaran Tianlong. Ruyan sampai di istana ini tanpa Shengli karena mereka berpisah di perbatasan. Shengli harus mengecek kondisi di perbatasan. Jadi Shengli menyuruh Ruyan untuk pergi ke istana duluan. Ruyan turun dari kereta kuda. Dia langsung disambut oleh seorang pelayan yang sudah menunggu kedatangan Ruyan. "Selamat datang di Istana Kekaisaran Tianlong, Yang Mulia Selir Xi," kata pelayan itu sambil membungkuk pada Ruyan. Ruyan mengangguk pada pelayan itu. "Yang Mulia, Yang Mulia Permaisuri sudah menunggu," kata pelayan itu. "Baiklah, tunjukkan jalannya," kata Ruyan. Pelayan tersebut segera menunjukkan jelan ke Paviliun Mahkota Langit, tempat tinggal Permaisuri Zhao Wanyin. Ruyan terus berjalan mengikuti pelayan itu sambil melihat sekeliling istana. Setelah beberapa saat, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Di dalam kamar, sang permaisuri terlihat sedang mengecek laporan. Wanyin
Matahari baru saja terbit, para pelayan berbondong-bondong masuk ke kamar Ruyan untuk mendandani Ruyan agar terlihat sangat cantik. Hal ini sama sekali belum pernah terjadi sebelumnya. Ruyan belum pernah mendapatkan perlakuan yang begitu istimewa seperti ini setelah ibunya tiada. Ruyan tampak begitu cantik dengan tubuh yang berbalutkan gaun pengantin berwarna merah serta rambut yang dihias dengan sedemikian rupa. Tak lupa wajah Ruyan juga didandani agar terlihat lebih cantik.Sementara Ruyan masih bersiap di kamarnya, dua kereta kuda dan rombongan dari Kekaisaran Tianlong sudah sampai di area istana. Raja dan ratu kerajaan Yunxi sudah bersiap di depan pintu utama istana untuk menyambut kedatangan Kaisar Long Shengli. Shengli keluar dari kereta kudanya dan membuat pandangan semua orang tertuju padanya. Sosoknya yang terlihat sangat tampan, gagah dan berwibawa, membuat siapa saja yang melihatnya langsung merasa terintimidasi. Shengli memakai jubah kaisarnya yang berwarna merah, jubah
"Ruyan, kau harus pergi ke Kekaisaran Tianlong." Itu adalah kalimat yang selalu dinantikan oleh Ruyan selama ini. Ruyan sudah menantikan hari di mana dia bisa terbebas dari istana yang kejam ini. “Apakah saya boleh tahu apa alasannya, Ayah?” tanya Ruyan pada ayahnya sekaligus raja dari Kerajaan Yunxi. “Aku akan memberikan dirimu pada Kaisar Tianlong sebagai sandera untuk menghindari konflik dengan mereka,” kata Xi Yuefeng, sang raja. Ruyan sudah menduga hal ini akan terjadi. Dia sudah tahu bahwa dia pasti akan dibuang oleh ayahnya sendiri suatu hari nanti. Tapi, Ruyan sama sekali tidak merasa sedih akan hal tersebut. Ruyan justru merasa sangat bahagia saat dia tahu bahwa dia akhirnya terbebas dari orang tuanya. “Sandera? Apakah Anda menjual saya?” tanya Ruyan sambil menyembunyikan senyuman di wajahnya.“Kau tidak memiliki hak untuk protes. Setidaknya buat dirimu berguna untuk kami. Kerjaanmu hanya mengurung diri di kamar selama ini. Dasar putri tidak berguna. Besok, kau akan menge