Pagi-pagi sekali Alexa sudah bersiap ke kantor. Namun, dia menyempatkan ke ruang kerja untuk mengambil laptop dan akan mengecek pekerjaan di meja makan. Pekerjaan yang belum sempat dia selesaikan semalam.
"Frans!" Berkali-kali Alexa memanggil Arley, seraya berlari kecil menuruni tangga."Frans! Aku tunggu di ruang makan!"Arley pun terburu-buru keluar dari kamar dan mengikut Alexa, lelaki itu khawatir penyamarannya diketahui Alexa karena kejadian semalam.Arley sudah berada di ruang makan dia melihat Alexa sudah menyalakan laptop serta menyantap sandwich."Frans, aku sudah bilang untuk bangunkan aku dalam sepuluh menit ke depan, kenapa kau tidak melakukannya dan membiarkanku tidur hingga pagi seperti ini!""Maaf, Nona, saya sengaja tidak membangunkan Anda karena pekerjaan Anda sudah saya selesaikan. Maaf, saya lancang melakukan tanpa seizin Anda," kata Arley.Alexa melebarkan matanya, saat mendengar Arley mengerjakan pekAlvin menjemput Elea di Love My Outfit Group. Hubungannya semakin dekat, meskipun tidak ada status yang berarti di antara mereka."Aku perhatikan sibuk sekali, ada apa?" tanya Alvin pada Elea yang fokus dengan ponsel.Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil Alvin. Mereka akan menuju apartemen Elea."Aku sedang mencari pria tampan di sosial media." Elea menunjukkan ponselnya yang banyak foto laki-laki di sana.Alvin terkejut. "Kamu mau mencari kekasih?"Elea terkekeh, mana mungkin dia mencari kekasih. Dekat dengan satu lelaki saja, tidak ada kejelasan mengenai hubungan mereka."Bukan untukku, tetapi aku berencana mencarikan calon kekasih untuk Alexa. Bagaimana rencanaku?" tanya Elea sangat yakin."Tidak! Aku tidak setuju, itu tidak perlu. Lupakan mencari kekasih untuk Nona Alexa," jawab Alvin.Bagaimana bisa Elea mencarikan calon kekasih untuk Alexa, sementara suaminya masih hidup.Elea mengernyitkan
Alexa tidak percaya jika lelaki yang berada di hadapan yang saat ini benar-benar suaminya. Pelukannya semakin erat, dia berharap bahwa semua ini bukanlah mimpi."Katakan! Apakah aku sedang berhalusinasi?" tanya Alexa.Arley tersenyum dan berkata, "Tidak, Baby.""Aku bahagia kamu kembali lagi bersamaku. Aku harus memberi tahu, Mommy dan Daddy, mereka pasti akan sangat senang mengetahui kamu masih hidup," kata Alexa.Arley mengusap rambut sang istri. "Mom dan Dad sudah tahu jika aku masih hidup."Alexa melepaskan pelukannya dari Arley. "Maksudmu, hanya aku yang tidak tahu?"Alexa memukul dada Arley dan menangis sejadinya. Kesal karena lelaki itu tak memberi tahunya juga, malah membuatnya semakin merindu."Kamu jahat!" Alexa meninggalkan Arley di depan pintu gudang.Lelaki itu berjalan membawa langkah lebarnya menyamai sang istri. Melihat Alexa merajuk, membuat dia semakin gemas. "Aku minta maaf, Baby. Jangan marah
Sebenarnya Alexa memaksa ikut ke kantor Arley, tetapi sang suami tidak mengizinkannya. Alexa khawatir Arley marah karena jawabnya mengenai anak.Dia memang menjawabnya belum siap dan membuat respon Arley hanya terdiam."El, dia pasti sangat tersinggung. Bukan aku tidak ingin memiliki anak dengannya, tetapi hubungan kami baru dan lagi untuk apa terburu-buru? Aku masih muda," ujar Alexa."Maafkan pertanyaanku tadi. Aku hanya bercanda," kata Elea tak enak hati.Alexa menggeleng. "Tidak apa-apa.""Mungkin karena Arley merasa sudah cukup usianya untuk memiliki anak, makanya dia sangat kecewa saat kamu menolaknya," ucap Elea."Jangan biarkan dia memiliki anak dari wanita lain. Bukan aku menakut-nakutimu, tetapi sekarang banyak sekali lelaki yang mencari seorang wanita, hanya untuk menampung benihnya dan menghasilkan anak untuknya," kata Elea tampak serius.Lagi lagi Alexa tidak mengerti bagaimana harus bersikap, agar antara dirinya dan Arley tidak ada kesalahpahaman dan bisa memiliki pemiki
Arley terasa enggan untuk menjawab pertanyaan Jeremy yang tidak begitu penting untuknya. Untuk apa menanyakan perasaannya pada Dayana?"Aku malas menjawabnya, ganti pertanyaannya yang lain!"Jeremy hanya tertawa menanggapi ucapan Arley. "Kau pikir aku sedang wawancara?""Kalau begitu tidak usah bertanya apa pun, lebih baik kau pulang saja!" ucap Arley.Lagi-lagi Jeremy tertawa mendengar ucapan sahabatnya, dia sudah sangat hafal dengan Arley. Lelaki itu memang tidak bisa jika dia melakukan kesalahan sedikit saja."Boleh aku mendekati Dayana?" tanya Jeremy.Arley menatap Jeremy dengan lekat, seperti ada sesuatu yang salah. Namun, terdengar sangat jelas di telinganya.Hening di antara mereka. Jeremy pun tidak berani menanyakan kembali pada Arley. Lelaki itu berdeham untuk menetralkan kecanggungan antara mereka."Itu hakmu, silakan saja. Tidak masalah untukku," jawab Arley.Jeremy menatap menyelidik pada sa
Arley memang sangat cemburu, bahkan melebihi Alexa yang terbilang masih muda. Dia pun menyadari itu, hanya saja dia sedikit tidak bisa mengendalikan jika sudah terpengaruh cemburu hingga menyebabkan emosi yang berlebih."Kamu mau makan apa?" tanya Arley."Aku sih apa saja," jawab Alexa.Mereka sudah berada di dalam restoran. Arley tampak posesif pada Alexa, ketika mengetahui di sisi kiri dan kanan mereka banyak lelaki seusia dengan Alexa.Alexa justru sangat senang saat Arley terus menggenggam tangannya, wanita itu menahan senyumnya."Apa kamu tertarik dengan laki-laki di sana?" tanya Arley."Ada apa dengan suamiku? Di mana rasa percaya dirimu? Aku sudah memiliki suami yang sangat sempurna, untuk apa lagi aku melirik sampai tertarik dengan lelaki lain," ujar Alexa."Manis sekali." Arley segera memesankan makanan untuk mereka.Di tengah-tengah menunggu pesanan datang, ponsel Arley berdering. Lelaki itu segera me
Alexa dan Arley beranjak menuju luar mansion, mereka hendak melihat siapa wanita yang dimaksud oleh Mika. Wajah Alexa tampak memerah, sementara Arley menegang melihat reaksi Alexa.Tidak ada di antara mereka yang mengetahui isi pikiran dan hati satu sama lainnya. Alexa melirik Arley yang berjalan di sampingnya."Wanita itu sudah hamil besar, yang artinya kamu sudah menikah sebelum menikahiku," ucap Alexa."Harusnya seperti itu, tetapi aku sama sekali tidak merasa jika aku sudah menikah sebelum menikahimu." Arley dengan tegas mengatakan hal tersebut pada Alexa.Alexa tampaknya tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh sang suami. Wanita itu mempercepat langkahnya hingga sampai di luar mansion.Sesampainya mereka di luar, mereka tidak melihat siapa pun di sana, hanya para penjaga yang sedang bertugas."Di mana istrimu itu?" tanya Alexa.Arley menatap ke arah Alexa dan berkata, "Jangan katakan wanita itu adalah istriku! Aku tidak memiliki istri lain selain dirimu."Arley mera
Pagi ini Alexa merajuk, sebab ingin pergi berlibur ke California, sementara Arley masih saja sibuk dengan pekerjaannya."Lusa, Baby, aku janji. Hari ini aku benar-benar ada meeting penting perusahaan." Arley merapikan jasnya sembari menatap ke arah sang istri.Sementara itu, yang ditatap malah mengalihkan pandangannya. Maksud hati Alexa, mereka baru saja berbaikan dan alangkah lebih baik jika mereka bersenang-senang dengan berlibur.Akan tetapi, Arley benar-benar sibuk dengan pekerjaannya. Membuat Alexa mendengkus kesal."Ya sudah, apa boleh buat. Resiko memiliki suami CEO di perusahaan terbesar nomor 3 di kota ini," kata Alexa."Nomor 3? Siapa nomor duanya?" tanya Arley memastikan. Setahunya perusahaannya nomor 2 terbesar.Alexa bersidekap dan menyipitkan matanya menatap Arley. "Sudah pasti, Love My Outfit Group."Arley terkekeh, kemudian mengacak rambut Alexa. "Aku akan sangat senang jika perusahaanmu berada di urutan nomor 2 itu."Wanita itu tertawa setengah kesal, dia harus lebih m
"Alexandra Johnson."Alexa menoleh pada seseorang yang baru saja memanggil namanya, saat ini dia baru saja sampai di depan gerbang kediaman orang tuanya.Sejak Arley kembali dari menghilang, hingga kini sudah tiga bulan berlalu. Dia baru mengunjungi kembali rumah orang tuanya."Kamu?" Alexa menatap bingung pada seseorang tersebut.Seorang lelaki yang perlahan menghampirinya dan mengulurkan tangannya. Alexa meragu apakah harus menerima uluran tangan tersebut ataukah mendiamkannya."Bagaimana kabarmu?" tanya orang tersebut pada akhirnya."Aku baik-baik saja. Kamu? Bagaimana kamu bisa keluar, emm maksudku …." Alexa bingung bagaimana cara menyampaikan pertanyaannya, khawatir membuat lelaki itu tersinggung.Lelaki itu tersenyum pada Alexa. "Aku mengerti maksudmu, aku sudah bebas. Pengacaraku mengusahakan kebebasanku dan lagi pula tidak ada yang dirugikan saat kejadian di mansion. Aku rasa, aku pantas bebas cepat."Lelaki tersebut adalah Efrain Williams, dia sudah keluar dari tahanan sejak b
"Ken aku belum pernah melakukannya," ucap Feira menghentikan aksi lelaki yang sudah menjadi suaminya, saat akan mencumbunya lebih dalam lagi.Baru bibir Ken yang menyentuh lehernya saja, Feira benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda, yang belum pernah ia rasakan. Entah bagaimana jika Ken melakukan hal yang lebih dari itu. Mungkin Feira akan terbang dibuatnya."Apa kamu pikir aku sudah pernah melakukan ini sebelumnya?" Ken menaikan satu alisnya.Feira menggeleng. "Bukan itu maksudku."Ken mengusap pipi Feira. Terlihat sekali bahwa wanita itu itu sangat tegang. "Lalu? Kamu belum siap, tidak masalah aku akan menunggu sampai kamu siap.""Kamu yakin akan menunggu sampai aku siap?" tanya Feira kembali. Sebenarnya ada rasa tidak rela jika harus menunggu nanti.Ken mengangguk dengan sangat yakin. "Ya, apa waktu 2 menit lagi cukup? Atau aku mandi sebentar, setelah itu kita—"Feira mencium bibir Ken, membuat lelaki itu menghentikan ucapannya. Tidak begitu lama, Feira melepaskan ciuman terseb
Tiba di hari, di mana Ken dan Feira melangsungkan pernikahan di sebuah gedung. Acara pesta pernikahan itu digelar sangat mewah. Semua sudah rencana Arley, Alexa, Jeremy dan Rihanna.Tentu saja itu rencana para orang tua, mereka sama-sama merasa hanya memiliki satu orang anak. Oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk membuat acara yang mewah dan mengundang banyak kolega mereka. Terlepas dari masa lalu mereka, kini masing-masing dari mereka mencoba menjadi orang tua yang baik untuk anak dan menantu mereka.Ken dan Feira yang kini sudah resmi menjadi sepasang suami istri, mereka tampak tidak ragu dan malu memperlihatkan kemesraan mereka di hadapan banyak orang. Gaun pengantin terlihat elegan dikenakan Feira, serasi dengan jas yang dikenakan Ken membuat tampilan lelaki itu semakin gagah. Semua tamu pun tampak lebih fokus kepada Ken dan Feira, sesuai keinginan Ken."Ken, cubit aku sekarang," pinta Feira.Ken menoleh pada Feira dan mengernyit. "Kenapa aku harus mencubitmu? Kita baru saja men
Saat ini Ken hanya bisa memantau hubungan Violet, ia memang khawatir dengan sahabatnya. Namun, ia lebih khawatir lagi jika sampai kembali menaruh hati pada Violet. Selagi Violet mengatakan jika dirinya baik-baik saja, maka Ken tidak akan turun tangan untuk mencampuri hubungan sahabatnya dengan sang tunangan.Hari-hari berlalu, Violet tidak pernah lagi bercerita mengenai Deon. Ken berharap, Deon sudah bisa bersikap lebih baik pada sahabatnya, Violet. Saat ini pun, Ken hanya fokus pada pernikahannya yang sudah tinggal menghitung hari.Malam ini, Ken bersama dengan Feira di kediaman Davis. Ken diundang makan malam oleh Jeremy. Sebenarnya Jeremy juga mengundang Arley dan Alexa, tetapi mereka memiliki kesibukan lain dan terpaksa tidak memenuhi undangan dari Jeremy."Fei, di mana daddy-mu?"Feira mengangkat bahunya. "Katanya keluar sebentar, tetapi aku tidak tahu Pak Tua itu ke mana. Atau mungkin sedang ada tamu ya?""Begitu ya. Kita tunggu saja, kamu belum lapar 'kan?" tanya Ken.Feira ters
"Vio, kamu di sini?" tanya Feira saat melihat yang datang adalah Violet sahabatnya.Violet gugup saat melihat kehadiran Feira di sana, ia pikir Ken hanya sendiri. Ia menatap Ken, berharap lelaki itu mau membantunya mencari jawaban yang tepat agar Feira tidak cemburu. Kedatangan Violet sendiri memang untuk bertemu dengan Ken."Vio, apa kamu ke sini untuk bertemu dengan daddy-mu?" tanya Ken.Violet tersenyum. "Iya, Ken. Aku baru saja dari ruangan Daddy, saat melewati ruanganmu tiba-tiba saja aku ingin masuk dan mengganggumu bekerja, tetapi sepertinya kedatanganku tidak tepat. Kalau begitu aku pulang saja.""Eh, kenapa pulang? Aku sudah selesai, kalau kamu mau bertemu dengan Ken, silakan. Aku mau pulang, Vio," ucap Feira."Ken, aku pulang ya," kata Feira pada Ken."Jangan lupa memberiku kabar setelah sampai ya, Sayang." Ken mengusap kepala sang kekasih.Feira tersenyum pada keduanya, kemudian meninggalkan Ken dan Violet di sana.Ken dan Violet saling mantap setelah kepergian Feira. Ken m
"Aku akan mengatur waktu yang pas untuk memberi tahu Fei mengenai mommy-nya," ucap Jeremy.Arley tampak sangat penasaran. "Memangnya siapa wanita yang kau nikahi?""Kau ingat asistenku Rihanna?" Jeremy menatap Arley."Iya, apa kau mencintainya?" tanya Arley.Jeremy menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak mencintainya, hanya saja saat itu daddy Rihanna sakit keras dan membutuhkan biaya yang cukup besar, dari sanalah kami membuat kesepakatan. Aku akan menikahinya dan memberikan sejumlah uang yang dia butuhkan, dengan syarat setelah dia melahirkan anak dariku … aku akan menceraikannya dan membawa anak kami.""Aku tidak ingin mencintai siapa pun dan aku hanya ingin hidup bersama anakku," ungkap Jeremy."Apa Rihanna menyetujui begitu saja saat Feira kaubawa?" tanya Arley."Apakah sekarang kau sudah menjadi seorang wartawan berita? Banyak sekali pertanyaanmu!"Arley duduk di kursi taman. Saat ini mereka memang sedan
Di kediaman Williams, terdapat banyak tamu. Mansion itu terlihat sedang memiliki acara. Ken pun berpenampilan sangat rapi dengan tuxedo, ia tampak gagah dan tidak diragukan lagi, wajahnya mewarisi ketampanan sang daddy.Ken sendiri sedang menemui beberapa tamu. Sesekali menyapa tamu lain yang baru saja datang. Setelahnya tatapan Ken tertuju pada seorang wanita yang berjalan ke arahnya, tak lain adalah kekasihnya.Feira tampak memperhatikan ruangan mansion tersebut, ia mengedarkan pandangannya pada ruangan yang dihias meriah dan sangat mewah.Kini Feira sudah berdiri di hadapan kekasihnya. Ia masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi di sana."Pertunangan Kenric Williams?" Feira membaca di dalam hati, sebuah tulisan yang cukup besar di sana."Ken." Mata Feira sudah berkaca saat tatapannya terpaut dengan Ken.Tidak jauh dari mereka, seorang wanita mengenakan gaun mewah khas sebuah pesta tengah berjalan ke arah mereka. "Ka
Pagi ini, Jeremy mengunjungi suatu tempat yang jarang sekali ia datangi. Bagaimana tidak jarang, hatinya selalu saja merasa sakit dan kembali terpuruk ketika mengunjungi tempat tersebut. Pemakaman Dayana, berada di sanalah ia saat ini."Dua puluh tahun lebih, kita berpisah. Namun, bayanganmu masih saja seolah nyata di hatiku, Day."Jeremy menatap kosong pada makam Dayana. "Mungkin sudah saatnya aku melanjutkan kembali hidupku. Ada putriku yang berusaha keras memperjuangkan cintanya, hanya karena traumaku.""Aku tidak ingin menyesal karena merenggut kebahagiaan putriku. Aku datang ke sini, ingin meminta izin melepaskan perasaan ini. Putriku harus bahagia," ujar Jeremy.Cukup lama Jeremy berada di sana, ia benar-benar ingin memberikan perpisahan terbaik, meskipun Dayana akan terus hidup di hatinya. Ia harus memperhatikan kenyataan di sekitarnya. Sudah seharusnya ia menata hidupnya kembali bersama putrinya."Aku pulang, Dayana. Kamu akan melihat kehidupanku yang baru dan berbahagialah un
"Daddy, sebagai sahabat Tuan Jeremy, tentu Daddy tahu kan mengenai hal apa saja yang disukai Tuan Jeremy," ujar Ken pada sang Daddy."Memangnya, kenapa?" tanya Arley pada Ken yang duduk di seberang meja kerjanya.Sembari mengusap dagunya Ken menjawab, "Aku ingin mencoba dekat dengan daddy-nya Fei. Semoga saja dengan cara itu daddy-nya Fei bisa merubah pendiriannya dan menyetujui hubungan kami."Arley mengangguk. Ya, ia merasa setuju dengan yang diucapkan putranya. Ia sendiri tahu bahwa Jeremy adalah orang yang baik."Saat dulu kami sering menonton, lari adalah olahraga kami dan … Jeremy sangat menyukai pizza. Kamu tahu, dia sanggup menghabisi pizza dalam jumlah yang banyak, bahkan dia tidak pernah bosan jika harus memakannya setiap hari," ungkap Arley. Lelaki itu menyunggingkan senyumnya, mengingat kembali masa-masa saat bersama sahabatnya itu."Daddy pasti sangat merindukan hal-hal yang dulu pernah terjadi di antara kalian.""Tentu, kami sangat dekat. Demi bisa melihat Daddy bahagia,
Saat jam makan siang hampir tiba, Arley mendatangi Jeremy di kantornya. Kedatangannya ke sana tentu saja memiliki maksud, ia ingin kembali membicarakan masalah yang sudah puluhan tahun membuat hubungannya dengan Jeremy merenggang. Arley bukannya tidak pernah meminta maaf, hanya saja selama ini Jeremy selalu saja menghindari Arley.Namun, kini karena masalah tersebut sudah berimbas pada anak-anak mereka. Tentu Arley harus melakukan sesuatu yang bisa membuat hati Jeremy terbuka. Sebagai orang tua, melihat Ken dan Feira seolah kesusahan menembus dinding yang begitu kokoh, hati Arley merasa iba."Selamat siang." Arley membuka pintu ruangan Jeremy.Jeremy menatap ke arah pintu, yang kini memperlihatkan sosok seorang lelaki paruh baya dengan tubuh yang terlihat masih sangat gagah mengenakan setelan jas. "Kau.""Aku ingin bicarakan sesuatu. Untuk itu izinkan aku masuk dan mengatakan hal ini padamu," ujar Arley masih berdiri di ambang pintu."Mas