“Awasi orang yang bernama Anthony!! Laporkan semua kegiatannya selama 24 jam penuh!!” pinta Purnomo.
“Baik, Bos!!” jawab anak buah Purnomo.
Purnomo sedang di kamar hotel, malam ini dia berencana tidak pulang. Dia memilih bermalam dengan Mawar. Sedangkan Mawar masih di kamar mandi, dia minum pil KB sebelum melakukan hubungan tersebut.
“Malam ini hari sialku!! Aku harus tidur tukang mengorok yang jorok itu!!!” desis Mawar.
“Aku ingin melakukan ini dengan cepat!!” gumam Mawar.
“Sayang!! Cepatlah!! Aku sudah tidak sabar untuk merengkuh tubuhmu!!” teriak Purnomo dari kamar.
“Iya, aku akan datang!!” jawab Mawar.
Mawar pun keluar dari kamar mandi, dia masih memakai pakaian lengkapnya. Purnomo yang tersenyum berubah menjadi masam.
“Kenapa kau masih memakai pakaianmu?” keluh Purnom
Selamat malam, selamat membaca
Anthony sedang sibuk memberi makan ayam, dia membeli banyak ayam negeri untuk diternak baik itu telur maupun daging ayamnya. Uang dari Yasmini sudah Anthony amankan ke bank, dia merasa tenang jika pun ada perampok seperti kemarin lagi mereka tidak akan bisa mengambil uangnya. “Kur..kur!!! Makan yang banyak ya!!” gumam Anthony senang. Pekarangan milik Yasmini cukup luas, dia membuat kandang untuk ternak ayam di kebun belakang rumah. Sebagian lahannya, Anthony membiarkan tanah itu untuk ditumbuhi pohon pisang dan beberapa jenis sayur lainnya. “Mana Sean?? Katanya mau datang ke rumah, padahal dia bilangnya sudah 3 hari yang lalu,” gerutu Anthony. Dari dalam kantong celana Anthony smartphone barunya berdering, orang yang dia pikirkan ternyata sedang menghubunginya. “Hallo!! Sean!! Gimana?? Nggak jadi mampir
Sean sudah tinggal di rumah Anthony selama 3 hari ini, dia sangat terkejut dengan perubahan yang dialami Anthony. Seperti memasak makanan yang lezat, membereskan rumah dan masih banyak lagi. Dan satu hal lagi, Anthony mau bekerja tanpa memilih jenis pekerjaannya seperti Cleaning service, atau yang sekarang usaha ternak ayam yang rela berisiko terkena kotoran ayam. “Ton, aku berangkat dulu ya?” pamit Sean, dia melihat Anthony yang sedang memberi makan ayam. “Siip!! Hati-hati di jalan,” sahut Anthony. Sean pun pergi dengan rute yang sudah dia hafal sebelumnya, dia sangat tertolong dengan tawaran Anthony untuk tinggal di rumahnya. Karena membuatnya semakin bersemangat untuk mengumpulkan modal nikah. “Wahh!! Pakan ayam sudah habis!! Sudah waktunya beli ya!!” gumam Anthony. Anthony mencuci kedua tangannya, lalu dia
“Mbak!! Buka pintunya!!” pinta Vanya lembut. Anita tidak membuka pintu, dia hanya diam tanpa ada jawaban yang keluar dari mulutnya. “Mbak Anita, jangan lah seperti ini. Aku sangat menghawatirkanmu, Mbak. Tolong buka ya!! Please Mbak!!” mohon Vanya. Anita masih tetap saja tidak mau membukakan pintu. Vanya bingung bagaimana cara membujuk Anita untuk tidak mengunci diri seperti itu. Duh!! Kenapa mbak Anita jadi uring-uringan begini?? Bagaimana aku tahu jika dia tidak membiarkan aku masuk kamar? Batin Vanya. Vanya melipat tangannya sambil bersandar di tembok kamar Anita, dia memutar otaknya untuk mencari cara. Aha!! Aku punya ide!! Batin Vanya. “Hallo!! Iya betul!! Saya istrinya Purnomo,” kata Vanya dengan sengaja mengeraskan suara sambil mendekatkan mulutnya di depan pintu. &
“Masalahnya adalah apakah dia mengusikku lagi? Kalau tidak bagaimana aku bisa menangkapnya?” jawab Anthony. “Ehmm!! Susah juga ya ternyata!! Kira-kira siapa pelakunya?? Apa motivasi dia melakukannya?” “Apa tetanggamu ada yang tidak suka denganmu, Ton?” tanya Sean, mereka sedang menyantap makan malam sambil membahas pelaku perusakan kandang Anthony. “Aku rasa tidak ada, Sean. Mereka semua baik kok, bahkan mereka memberiku masukan bagaimana cara menernak ayam,” timpal Anthony, dia sudah selesai makan. Anthony berjalan ke dapur untuk mencuci piring kotor, ketika dia membuka keran air. Sean berteriak, “Biar aku yang mencuci piringnya, Ton!” Tidak lama kemudian Sean datang menghampiri Anthony, lalu menyambar piring yang di pegang Anthony. “Sudah serahkan kepadaku!! Mulai sekarang, aku bagian m
Dua hari setelah kecelakaan Bondan, dia sering datang ke rumah Anthony. Entah itu hanya mampir sebentar, atau kadang menginap di rumah Anthony. Bahkan dia sudah akrab dengan Sean juga. Anthony sering belanja sayur ke pasar, karena jarak pasar dari rumah tidak begitu jauh. Biasanya dia naik sepeda yang baru dia beli beberapa hari yang lalu. Seperti hari ini, dia bangun pagi lalu belanja ke pasar. “Asap lagi!! Kenapa mereka suka membakar sampah? Bikin polusi saja!!!” gerutu Anthony, sambil melihat asal asap itu datang. Anthony melewati rumah berikutnya, dia terkena asap lagi. Sampai pasar dia sudah menemui 7 warga yang membakar sampah. “Semua berapa, Bu?” tanya Anthony, dia sudah memilih sayur yang ingin dia masak dan sekarang tinggal bayarnya. “30 ribu, Mas,” jawab ibu penjual sayur. Antho
Anthony melewati Purnomo dan Mawar yang sedang masuk rumah salah satu warga di daerah kampungnya. Dia ingin sekali ikut masuk ke dalam, akan tetapi dia ragu dan tidak menemukan alasan apa dia masuk ke dalam rumah warga. Alhasil Anthony hanya mengambil foto mobil Purnomo, lalu mengirimkannya kepada Vanya. Setelah itu dia pergi meninggalkan rumah warga tersebut, sementara itu Purnomo keluar dari rumah Mawar. “Kenapa Mas?” tanya Mawar sambil melongok ke arah yang Purnomo lihat. “Kamu lihat orang yang naik sepeda tadi tidak??” tanya Purnomo balik. “Mana? Aku nggak lihat,” jawab Mawar. Perasaan aku tadi lihat Anthony. Oia!! Ini kan kampung Anthony juga, batin Purnomo. “Mungkin aku salah lihat. Ayo kita masuk!!” ajak Purnomo sambil merangkul Mawar untuk masuk rumah.  
“Ton, ikut yuks!! Temani aku belanja di Mall, aku mau beli baju ni!! Kemarin cuman sedikit aku bawanya,” ajak Sean. “Boleh. Kapan? Sekarang?” tanya Anthony. “Iyalah!! Masak tahun depan,” celetuk Sean. “Kirain saja!! Nunggu tahun lebaran monyet. Hahaa. Ya sudah aku ganti baju dulu ya,” timpal Anthony, lalu dia segera masuk kamar. Sean sudah siap, dia pulang kerja langsung mandi. Selesai memakai baju, barulah dia ke depan untuk mengajak Anthony ke Mall. Mereka sudah sampai di Mall yang cukup jauh dari rumah Anthony, Sean segera menuju stan toko baju, lalu dia pergi memilih pakaian. “Ton, makan disini saja. Aku yang traktir,” kata Sean sambil menunggu antrean untuk membayar di kasir. “Siap Bos!! Saya terima dengan senang hati,” sahut Anthony. Set
Malam ini Anthony bisa tidur dengan nyenyak, dia tidak berhenti tersenyum di perjalanan pulang. Sean juga tidak berhenti bertanya, akhirnya dia menebak-nebak kejadian yang menimpa Anthony dan dia sangat tepat mengiranya. Begitu pula dengan Vanya, dia sangat senang bisa melihat Anthony yang mempunyai mata hijaunya. Dia selalu membuat Anita mengernyitkan dahi ketika diajak bicara jawabannya selalu tidak sesuai, karena pikirannya sedang jauh dari raganya. “Vany, malam ini kita tidur dimana? Apa kita menginap di hotel kayak waktu itu?” tanya Anita. “Echh!! Ke restoran, Mbak,” jawab Vanya. “Hah!! Restoran? Kita akan tidur disana?” tanya Anita bingung. “Ngapain Mbak tidur di restoran?? Kan ada hotel,” timpal Vanya. “Aduh Ampun deh!! Ni anak kepalanya kejedot kali y