MASIH TENTANGMU - CurigaAlita terbeliak kaget. Ia memelankan langkahnya. Tidak salahkah yang ia dengar baru saja. Pregnant. Hani menyebut satu kata itu. Dea tidak punya suami, kan? Kenapa dengan santainya Hani mengucapkan kata itu pada Dea. Apa Dea sudah menikah? Tidak mungkin dia menikah tanpa memberitahu rekan yang lain. Dea juga tidak pernah mengambil cuti dalam waktu belakangan ini.Gadis itu tertinggal dengan rasa penasarannya. Sedangkan Dea dan Hani terus masuk kantor, melewati lobi menuju meja kerjanya."Nggak mungkinlah, Han. Aku belum genap sebulan nikah," jawab Dea lirih."Why not? Pembuahan sudah bisa di deteksi dua minggu setelah berhubungan in*in, Dea. Terkadang tandanya pun lebih cepat terlihat sebelum kamu terlambat haid. Mual, capek, suasana hati yang nggak menentu," jawab Hani kemudian duduk di mejanya.Dea sendiri langsung menuju ke meja kerjanya. Sebab para staf yang lain juga sudah pada datang. Jangan sampai mereka mendengar percakapannya dengan Hani.Alita dudu
Ponsel Dea berpendar. Ada pesan masuk dari Gama. Dea mengabaikan layar komputer, kemudian sejenak berbalas pesan dengan sang suami. Tapi Dea tidak menceritakan kondisi badannya yang tidak baik-baik saja. Dea menguatkan diri hingga makan siang. Sekarang kepalanya yang terasa berat dan sakit. Mual juga. Hendak izin pulang juga tidak mungkin. "Dea, kamu izinlah pulang. Wajahmu pucet gitu. Atau izin periksa di ruang kesehatan. Istirahatlah sejenak di sana." Hani menyarankan ketika mereka tengah berada di di kantin. Dea membiarkan makanan di piringnya utuh tak tersentuh. Selera makannya lenyap seketika. "Coba kutahan dulu saja, Han." Dea menyesal teh hangat. Hanya itu saja yang membuatnya lega."Dea, wajahmu pucet gitu. Kamu sakit ya?" seloroh seorang rekan yang duduk di meja sebelahnya."Meriang." Hani yang menjawab."Kenapa nggak izin saja.""Aku nggak apa-apa," jawab Dea sambil tersenyum memandang rekan disebelahnya."Betul, Dea. Seharusnya kamu istirahat. Cobalah kamu testpack, siap
MASIH TENTANGMU- Testpack Hari berikutnya, para staf yang melihat Dea masuk kerja dengan wajah tenang, tampak heran. Perempuan yang digosipkan hamil tanpa suami itu tampak santai melakukan pekerjaannya. Tetap tersenyum ramah dan menyapa seperti biasanya. Membuat mereka penasaran, benarkah Dea hamil seperti yang diberitakan oleh Alita? Kenapa tidak ada beban mental sama sekali, jika hamil tanpa suami."Apa mungkin Alita berbohong? Bukankah mereka tidak akur sekarang." "Nggak mungkinlah Dea hamil tanpa suami. Dia tuh perempuan baik-baik. Lagian sekarang dia berhijab. Apa mungkin berbuat yang tidak-tidak.""Tapi Alita dengar sendiri waktu dokter Ratih ngomong."Pergunjingan itu mengawali pagi mereka di dalam kantor. Percakapan terhenti ketika Dea dan Hani tiba di ruangan.[Gimana hasil test kehamilanmu?] Pesan dari Hani. Wanita itu mengirim pesan daripada nanti bicara secara langsung akan jadi pusat perhatian.[Belum sempat ke apotek, Han. Aku kemarin capek banget mau mampir beli test
Dahi Gama mengernyit. Membuat alis tebalnya menyatu. Di antara semua pesan yang dikirimkan gadis itu, hanya pesan ini yang membuatnya kaget. Hamil? Dea hamil. Mantan yang dimaksud Alita pasti Dea. Dialah satu-satunya mantan yang kini telah kembali menjadi miliknya.Kenapa Dea tidak bilang? Bagaimana Alita bisa tahu? Gama resah. Namun belum bisa menghubungi sang istri, karena Dea pasti masih di kantor.Sejenak kemudian senyumnya merekah. Kalau Dea hamil, tentu ini menjadi hadiah terindah untuknya. Gama tidak heran kalau Dea hamil secepat itu. Sebab dulu pun Dea juga langsung mengandung. Setelah melahirkan putra pertamanya yang tiada, Dea memakai kontrasepsi hanya beberapa bulan saja, setelah dilepas langsung hamil lagi.Kenapa Dea belum memberitahunya. Tadi malam saat telepon, istrinya juga tidak bicara apa-apa. Apa mungkin Dea akan memberikan kejutan baginya?Di tengah kekalutan karena pekerjaan yang ruwet, ia bisa tersenyum bahagia mendengar kabar itu. Semoga saja ini benar. Namun Ga
MASIH TENTANGMU- Aku Punya SuamiGama yang tidak sabar menunggu, langsung menyambar ponsel saat benda itu berpendar. Senyumnya terbit begitu manis ketika melihat foto di layar. Fitur panggilan itu langsung di sentuhnya seketika."Ini positif, 'kan?" tanya Gama saat Dea menerima panggilannya. Sangat antusias. Dia tahu kalau benda itu menunjukkan hasil kalau Dea sedang hamil. Ini kali ketiga Gama diberi kejutan hasil testpack."InysaAllah, Mas. Satu garisnya masih samar-samar. Tapi aku yakin itu positif, karena aku belum haid sampai sekarang. Kutunggu semingguan lagi baru cek dokter.""Tunggu mas pulang dulu. Dua hari lagi mas sampe Jogja. Persiapkan juga untuk resign. Nggak perlu lagi kita sembunyikan pernikahan ini." Gama yakin dengan ucapannya. Mau disembunyikan sampai kapan? Ditutupi dan hati-hati, tapi dendam Alita tetap berjalan."Ini akan menjadi berita heboh di kantor. Aku akan meluruskan kesalahpahaman itu, baru aku resign.""Sayang, itu sangat berbahaya. Alita bisa nekat.""I
Pagi itu Dea masih duduk di depan meja rias. Mengulang menyapukan bedak untuk menyamarkan tampilan wajahnya yang agak pucat setelah muntah tadi.Semoga kehamilannya kali ini tidak mengalami morning sickness parah seperti ketika hamil Antika. Mudah-mudahan seperti kehamilan pertama yang tidak banyak rewelnya.Dea bangkit dari duduknya setelah dirasa make up sudah cukup untuk menutupi roman wajahnya. Dia segera berangkat ke kantor setelah pamitan papa Mbak Sri. Papa dan mamanya sudah berangkat mengantarkan Antika ke sekolah. Biasanya kalau sang mama ikut, mau sekalian belanja ke pasar dan memberikan uang saku pada tiga anak yatim yang dibiayai sekolahnya oleh mereka. Saat masuk mobil, Gama menelepon."Sudah berangkat?""Mau berangkat ini. Mas, baru bangun?""Sudah di kantor malah.""Sepagi ini?""Ya. Doakan pertemuan nanti ada hasilnya. Kalau pun tidak. Nggak apa-apa. Besok sore kalau nggak lusa, mas sudah sampai di Jogja.""Oke.""Ya udah, hati-hati nyetirnya. Ingat ya, kamu lagi ham
MASIH TENTANGMU- Rasa Penasaran Hujan menyisakan gerimis. Makin malam, hawa kian dingin. Gama menarik resleting jaketnya hingga tertutup rapat. Di sesapnya kopi di atas meja kafe.Setelah mandi dan berganti pakaian di rumah orang tuanya, Gama memang langsung bertemu Saga. Mereka berdua menemui supplier yang biasa bekerjasama dengan perusahaan. Gama tak sabar ingin tahu dalang di balik semua kekacauan ini. Ternyata benar dugaannya. Meski pihak supplier tidak mau bicara terus terang, tapi dari arah percakapan, Gama sudah bisa menebak siapa yang ada dibalik semua ini. "Kita pulang dulu, Ga. Besok saja kita ketemuan di kantor papa," kata Gama setelah menghabiskan kopi di cangkir."Kamu mau pulang ke mana?""Ke mertua. Dea pasti nungguin. Aku tadi bilang langsung ke sana, tapi aku nggak sempet bilang kalau kamu nelepon dan kita ketemuan.""Okelah, mulai sekarang kamu harus hati-hati. Besok siang kutunggu di kantor. Banyuaji jadi datang kapan?""Dia masih sibuk. Mungkin akhir pekan ini b
Setelah dua hari yang lalu rekan-rekan Dea heboh tentang kehamilan dan pernikahan diam-diamnya. Hari ini mereka kembali dibuat terkejut dengan mobil keluaran terbaru yang dikendarai Dea.Padahal Dea sudah memilih parkiran yang paling pinggir, supaya tidak menjadi pusat perhatian. Tapi kenyataannya mereka tetap heboh juga. Hanya Hani yang tenang, karena dia sudah tahu tentang hadiah mahal itu.Dea menanggapi ucapan rekan-rekannya dengan senyuman. Tidak banyak menjawab keingintahuan mereka.Alita yang datang telat, ikut kaget dengan perbincangan hangat yang tengah berlangsung pagi sebelum jam kerja di mulai. Dia tadi sempat melihat mobil baru di parkiran. Dipikir punya Pak Nathan. Tapi bukankah kepala divisinya sedang keluar kota. Lalu milik siapa. Setelah masuk ke ruangan baru tahu kalau mobil itu milik Dea."Yeay, mobil baru ya, Mbak Dea," ujar si centil. Gadis umur dua puluh lima tahun yang tidak berpihak pada siapapun. Berdiri tepat di antara meja kerja Dea dan Alita.Senyum menghi