Share

Bab 33

Penulis: Sherra Bee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-24 22:52:53

“Ay, aku lupa kasih tau kamu kalau hari ini aku harus ke Bandung.” Arhan berujar seraya berjalan tergesa mendekat ke sisi Namira yang tengah memakaikan baju kepada Elio. Laki-laki itu masuk kamar setelah meminum kopi seraya bersantai di teras. Menikmati udara segar yang belum banyak tercemar asap kendaraan.

Namira mengernyitkan kening seraya membalikkan tubuh menghadap sang suami yang sudah berdiri di depannya. Mengabaikan bayi yang kedua kakinya menendang udara dengan racauan tak jelas yang selalu diucapkannya ketika diabaikan. “Masalah kerjaan?”

Arhan mengangguk. Kedua tangannya melingkari pinggang sang istri dengan tatapan yang sendu. Tak rela harus berpisah setelah apa yang telah mereka lalui belakangan ini. Arhan berniat akan menghabiskan sisa absen kerjanya bersama keluarga. Meskipun hanya di rumah saja.

Bukan rencananya terlambat memberitahukan kabar ini, tapi ia benar-benar lupa sampai Bianca yang mengingatkannya beberapa saat yang lalu melalui telepon.

“Mau nginep apa langsun
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 34

    “Halo, Bianca. Bapak udah di kantor?” Namira bertanya melalui telepon yang tersambung dengan sekretaris Arhan. Sebelum berangkat, suaminya itu memberitahukan akan mampir ke kantor terlebih dahulu untuk mengambil beberapa berkas sekaligus berangkat bersama dengan para pegawai yang Arhan tunjuk untuk mendampinginya.“Sudah, Bu. Sebentar lagi Bapak dan yang lain akan berangkat.”“Kamu nggak ikut?”“Tidak, Bu. Bapak hanya memilih pegawai pria saja.”“Oke, kalau gitu. Makasih, ya.”Namira bisa bernapas lega setelah mengetahui beberapa pegawai yang menemani sang suami hanya berjenis kelamin laki-laki saja. Bukan tanpa alasan ia menanyakan hal itu, kepergian Arhan selama beberapa hari ditambah tidak ditemani olehnya sedikit-banyak membuatnya khawatir.Sama halnya seperti Arhan yang khawatir sang istri akan bertemu secara diam-diam dengan mantan kekasihnya, Namira pun tak sepenuhnya percaya pada sang suami, maka dengan terpaksa memastikan jika tidak ada wanita lain selama mereka berpisah jauh

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25
  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 35

    Kabar tentang Arhan yang pergi ke Bandung tanpa ditemani oleh Namira sampai ke telinga Iyan yang saat ini melangkah tergesa. Laki-laki itu bahkan sedikit berlari supaya cepat sampai tempat tujuan.Iyan membanting pintu seperti biasa. Namun tetap selalu membuat wanita yang ia temui terkejut. Beruntung kali ini anak perempuan itu tidak ada, sehingga telinganya terbebas dari tangisan yang memekakkan telinga. “Aya, cepetan beresin baju lo.”“Mau ke mana?” tanya wanita bernama Raya.Kegiatannya melipat pakaian yang sebelumnya ia ambil dari jemuran terhenti. Kepalanya menoleh pada Iyan yang saat ini sudah duduk di sisinya.Mereka saling berhadapan, Iyan yang memaksa wanita itu untuk menghadap kepadanya dengan seluruh tubuh supaya Raya fokus dan mendengarkan segala apa yang akan ia perintahkan. “Arhan lagi ke Bandung. Ini waktu yang tepat buat lo deketin dia.”Raya semakin mengernyitkan keningnya. “Jadi maksud lo, gue harus ke Bandung juga gitu?”“Iya,” jawab Iyan dengan napas yang memburu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 36

    Hati Raya begitu tak nyaman kala ia menyetujui perintah Iyan, ia gemas sebab tak bisa berbuat apa-apa. Ditambah laki-laki itu hanya menyuruhnya pergi tanpa memberinya uang sepeserpun, dan yang lebih menyebalkan adalah ketika mereka harus menggunakan transportasi umum. Setidaknya antarkan mereka sampai stasiun.“Kita mau ke mana, Bu?”Raya yang tengah menikmati perasaan tak nyaman itu ditegur oleh pertanyaan sang anak yang penasaran dengan tujuan mereka. Saat ini keduanya sudah berada di dalam kereta yang akan membawanya hingga Bandung sesuai yang diperintahkan Iyan.“Kita mau jalan-jalan,” jawab Raya disertai senyuman.Sorakan menggemaskan mengalun merdu, menarik perhatian penumpang lain yang ikut tersenyum mendengar suara serta raut wajah yang terlihat gembira.“Nima senang?”Kali ini Nima mengangguk, masih dengan ekspresi yang sama. “Senang, Bu. Nima jadi nggak akan ketemu sama Om Iyan.”Mendengar nama yang tak jarang membuat keributan di rumahnya itu membentuk senyum miris di bibir

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 37

    Berulang kali Arhan mengatur napas, ia masih belum bisa menerima apa yang tengah terjadi. Keterlibatan polisi terus mengganggunya sejak awal, sampai pesan Namira pun sering ia abaikan. Setelah ini, apa yang akan terjadi pada bisnisnya? Ia yakin tak sedikit yang menggunjing dan berkomentar negatif. Semoga saja tak berdampak terlalu buruk.“Kasih tahu Pak Abdul buat ngumpulin semua karyawan secepatnya.” ujar Arhan yang di angguki oleh seseorang di sampingnya.Demi menyelesaikan masalah ini, mau tak mau Arhan harus menutup toko jika ingin selesai dengan cepat dan lancar, tanpa ada gangguan apapun. Kalau ia tetap nekat membuka toko, pasti akan banyak pelanggan yang penasaran dengan apa yang terjadi kemudian mencari tahu, dan kabar buruknya berita ini akan tersebar sehingga menciptakan citra buruk bagi perusahaan.“Pastiin juga nggak ada satupun karyawan yang nggak hadir, kita akan berkumpul setelah urusan sama polisi selesai,” lanjutnya masih dengan intonasi yang sama.Melalui kejadian in

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 38

    Di sepanjang jalan berjejer ruko-ruko kecil yang menjual berbagai barang. Di depannya dipadati dengan jajanan kaki lima, bahkan sampai para pengunjung terkadang kesulitan memasuki area toko yang ingin mereka jamah. Harus bertubrukan terlebih dahulu dengan pengguna jalan lain atau yang sekedar berdiri menunggu jemputan dan juga beristirahat dari lelahnya berjalan.Dari sekian banyak toko, hanya toko milik Arhan yang paling besar. Bisa disamakan dengan mall, yang membuatnya berbeda adalah barang yang dijual. Arhan hanya fokus pada penjualan pakaian dari mulai anak-anak hingga dewasa, dari mulai jaket hingga kaos kaki, tentu untuk laki-laki dan perempuan dari berbagai merek yang berhasil ia ajak kerjasama.Namun sayang, dengan banyaknya orang berlalu-lalang, toko yang paling besar itu tutup karena masalah yang tengah terjadi. Arhan menatap nanar bangunan yang terdiri dari dua lantai itu. Kalau saja hari ini tidak tutup, mungkin para pejalan kaki itu akan mampir. Entah untuk melihat-lihat

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 39

    Melihat kekhawatiran sang istri, lantas Arhan mengecup pelipisnya. Ia tersenyum simpul menyampaikan bahwa tak ada emosi dalam setiap kata yang terucap. Sama seperti Andri yang berani mengolok emosinya yang keluar sejak dalam perjalanan, ia juga tengah menggoda para pegawai yang sudah berani mempermainkannya.“Oke. Hari ini kalian bebas. Semua pegawai tidak boleh ada yang bekerja, tapi …,” Arhan memberi jeda pada kalimatnya. Mengurungkan sorak-sorai yang sudah siap memenuhi seisi ruangan.“Kita akan makan bersama.” Teriakan kebahagiaan terdengar setelah ia selesai mengucapkan kalimatnya. Kemudian ia beralih pada wanita yang setiap hari duduk di depan pintu ruangannya. “Bianca, cari tempatnya. Lalu reservasi buat makan malam.”“Nggak usah, Mas.” Namira menyela.Arhan menatap heran wanita dalam pelukannya. Alisnya saling bertaut, dahinya pun mengerut. “Kenapa? Aku mau berbaik hati loh sama mereka karena udah mau bantu kamu nyiapin ini.”“Udah aku pesan tempatnya,”“Kamu udah pesan?” tany

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 40

    “Sebenernya aku mau bikin kejutan di Bali tau.” Ada perasaan kesal dari apa yang Namira utarakan sebab rencana yang sudah dipikir matang-matang harus direlakan. Inilah salah satu hal yang sangat disayangkan ketika mereka harus pulang mendadak saat itu.“Tapi karena masalah kemarin itu, jadinya aku harus putar otak buat bikin rencana lain. Rencana yang bakal buat kamu panik,” lanjutnya dengan nada serius.Arhan mengulas senyum. Ia tatap mata sang istri dengan lembut. Laki-laki itu tahu betul bahwa banyak yang direlakan dari kejadian kemarin, tapi mau bagaimana lagi semua sudah terjadi, ia tidak bisa memutar waktu. “Jadi inilah rencananya, gitu?”“Iya. Karena kamu kan sayang banget sama pekerjaan kamu, aku rasa ini bakal berhasil. Eh ternyata kamu beneran panik, dong. Andri sampai ketawa ngasih tau aku pas kamu marah karena takut terlambat itu.” Tawa renyah Namira mengalun lembut sebab kembali terbayang suasana beber

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31
  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 41

    “Aku suka, kok, Ay.” Arhan mensejajarkan langkahnya dengan sang istri yang berjalan lebih dulu. Keadaan hati Namira harus dikembalikan seperti semula. Wanita itu tidak boleh merasa kalau usahanya sia-sia.Memang salahnya yang selalu melontarkan kata-kata yang membingungkan. Padahal ia hanya penasaran, tapi kalau jadi seperti ini Arhan sungguh menyesal. Istrinya itu sudah berusaha keras untuk mempersiapkan semuanya.Pasti tidak mudah harus mengatur banyak hal, dari mulai dekorasi yang dengan terpaksa ia percayakan kepada orang lain sebab jarak yang tak memungkinkannya datang dan melihat secara langsung, kemudian meminta para pegawai untuk bersedia bekerja sama dalam melancarkan rencananya. Bahkan Bianca dan Andri serta karyawan lain yang sebelumnya ikut bersamanya mau membantu dan rela diperalat oleh Namira.Semua usaha itu, pasti Namira merasa telah membuang waktu, tenaga serta materi hanya karena satu kalimat yang keluar dari mulutnya. Semua perkata

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-01

Bab terbaru

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 147

    Entah pada kata yang mana, hati Iyan melembut sejenak mendengar permintaan maaf dari Raya. Namun tak lama ia kembali mengamuk. Dalam kesadarannya mendadak tak terima jika ia mengampuni wanita itu dengan mudah. Padahal ini sudah berlangsung bertahun-tahun.Iyan berteriak. Menepis tangan Arhan yang mencoba menahan untuk tak kembali menerjang Raya. Laki-laki itu berlalu pergi keluar sampai membuat Namira melongo dan meminta suaminya untuk mengejar sebab masalah mereka belum selesai. Rencana ini harus tetap berjalan bagaimana pun caranya.Saat Namira tengah meminta suaminya untuk melakukan sesuatu, Iyan kembali masuk dengan cara berjalan mundur. Di depannya ada dua orang bertubuh kekar yang menghadang langkah laki-laki itu yang akan meninggalkan villa.“Apa maksudnya ini?” tanya Iyan pada Arhan yang menyunggingkan senyum. Kini tubuhnya sudah sepenuhnya berbalik dan dua orang tak dikenal itu berdiri di belakangnya.Arhan memasukkan dua tangannya pada saku celana. “Siapa yang izinin kamu pe

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 146

    Iyan refleks berdiri. Ia menghadang Arhan yang berjalan mendekat ke arah mereka seorang diri. Laki-laki itu tahu alasan Namira kabur karena sang suami yang berselingkuh sehingga membuat wanita itu memilih pergi. Ia mencoba melindungi mantan kekasihnya dari suaminya, takut-takut akan menarik pulang dengan paksa apalagi melihat tengah bersama dengan dirinya.Mata kedua laki-laki itu bertemu, saling memandang dengan tatapan sengit penuh pertarungan lewat sorot yang tajam. Langkah Arhan begitu tegas, tapi tak membuat Iyan ciut hanya karena hal itu. Laki-laki itu justru semakin mengepalkan tangan yang terentang, menyembunyikan Namira beserta anaknya di balik punggung. “Kamu diem di situ aja. Biar aku yang hadapi dia.”Andai Namira tengah berada dalam huru-hara rumah tangga yang sebenarnya atau kejadian saat ini sesuai dengan yang Iyan pikirkan, sudah pasti ia terbuai dengan apa yang mantan kekasihnya itu lakukan.Sikap Iyan benar-benar mencerminkan seorang laki-laki pelindung, yang kebanya

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 145

    Karena tiba-tiba ada rencana yang harus dirubah sebab keberadaan Iyan yang tak di sangka-sangka ternyata ada di hotel yang sama dengan Namira. Wanita itu dengan spontan menjalankan rencana di luar yang sudah disepakati.Namira pikir, mengoptimalkan rencana untuk menggaet Iyan tanpa meninggalkan curiga adalah usaha untuk membuat laki-laki itu tetap ada dalam jangkauannya. Itu sebabnya ia meminta tolong pada sang mantan kekasih untuk mengantar dirinya ke villa.Semula Namira merasa bangga akan hal itu, tapi ternyata malah menjadi boomerang untuknya sampai semalaman terpikirkan beberapa kemungkinan buruk yang akan menimpa dirinya dan sang anak.Beruntung semalam Pak Marwan sudah mendapatkan kunci dari sang pemilik villa, jadi pagi ini Namira tinggal menempatinya saja tanpa dicurigai oleh Iyan.Sesampainya mereka di villa. Iyan dengan sigap membantu menurunkan barang-barang milik Namira. Dua tas jinjing di kedua tangannya bukanlah sesuatu yang merepotkan, beratnya saja tak terasa menurut

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 144

    Akhirnya mereka sampai pada hari di mana akan membungkam dan membuat Iyan dan Raya tak bisa berkutik lagi. Namira berharap semuanya berjalan lancar hari ini supaya bisa fokus pada hal lain yang tak kalah penting.Karena nyatanya masalah yang menimpa rumah tangganya bisa berpengaruh besar ke segala hal dalam hidup mereka, tak terkecuali dampak utamanya adalah hubungannya dengan Arhan.Berbicara tentang hari ini, semalam Namira sudah memberitahu Arhan semuanya mengenai pertemuan tak sengajanya dengan Iyan. Memang ia tak tahu apa yang sebenarnya mantan kekasihnya itu lakukan di Bandung.Namun mengingat laki-laki itu memang asli orang Bandung dan orang tuanya yang baru ia ketahui ternyata Pak Ato juga ada di kota yang sama dengannya saat ini. Jadi tidak menutup kemungkinan kalau salah satunya urusan Iyan adalah mengunjungi ayahnya.Jika diperkenankan untuk berpikir lebih luas lagi. Sebenarnya ada yang mengganggu pikiran Namira tentang keberadaan Iyan yang katanya baru sampai kemarin. Apa

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 143

    Sesampainya di lobi hotel, Namira menghampiri resepsionis terlebih dahulu untuk mengkonfirmasi pesanannya yang dilakukan melalui sebuah aplikasi yang bekerja sama dengan hotel tersebut.Namira tidak langsung pergi untuk beristirahat dengan nyaman, ia memilih untuk duduk sebentar di lobi hotel sembari menunggu Pak Marwan selesai mengangkut semua barang bawaan mereka.Dalam beberapa detik mata Namira menangkap sosok laki-laki yang sebelumnya tidak ia ketahui keberadaannya. Bahkan ia sempat kebingungan untuk membuat sang mantan kekasih untuk mau menemuinya, tapi Tuhan sepertinya tengah berpihak padanya saat ini.Senyum Namira tersungging senang, lalu ia merapikan penampilannya. Satu tas yang tergeletak tak jauh darinya dengan ukuran sedang dan tidak terlalu berat semakin membuat otaknya bekerja lebih cepat. Semua pertanyaan yang mungkin akan dilontarkan Iyan sudah memiliki jawaban di kepalanya.Mata mereka bertemu kala Namira mengangkat kepala. Ia bisa melihat bahwa Iyan terkejut dengan

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 142

    “Pak kita ke villa dulu, ya,” ucap Namira yang seketika teringat jika tugas kedua setelah mengecek kondisi rumah orang tuanya adalah mengunjungi penginapan yang sebelumnya mereka sewa untuk melancarkan aksinya besok.Tak ada anggukan atau sesuatu yang menunjukkan kesediaan Pak Marwan dalam menunaikan perintah majikannya itu. Namira sempat mengernyitkan dahi, tapi tak mau ambil pusing. Sudah pasti laki-laki paruh baya itu akan menuruti segala perintahnya saat ini sebab tidak mungkin menunggu persetujuan suaminya dulu.Namun tiba-tiba mobil yang mereka kendarai, Pak Marwan bawa untuk menepi. “Ada apa, Pak?” tanya Namira yang semakin mengernyitkan dahinya. Ia menatap sekeliling, jelas sekali saat ini mereka belum sampai di villa apalagi hotel.Sang sopir itu mengeluarkan ponselnya tanpa berniat mengucapkan apapun kepada Namira yang seketika menjadi marah sebab beranggapan kalau Pak Marwan akan menghubungi suaminya untuk meminta izin membawanya ke villa bukan ke hotel, sesuai yang Arhan u

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 141

    Berbeda dengan Arhan yang sudah melacarkan aksinya sebelum ia benar-benar pergi ke Bandung. Namira justru sama sekali belum melakukan apapun untuk membuat Iyan mau menemuinya besok. Ia baru sampai di rumah orang tuanya. Dugaannya ternyata benar bahwa rumah yang ditinggali oleh orang tuanya sebelum meninggal itu sudah seperti rumah hantu, bangunan terbengkalai dan tak layak huni. Apa yang dikatakan suaminya pun sepenuhnya benar kalau Pak Ato tidak melakukan pekerjaannya dengan baik, sama seperti masalah kosan yang keadaannya tidak seasri dulu. Namira membuang napas berat, sebelum ia turun untuk mengambil gambar supaya bisa ditunjukkan pada suaminya. Terlebih dahulu ia menghubungi saudara satu-satunya yang ia miliki sebab Bima lah yang menjadikan Pak Ato sebagai penanggung jawab atas bagian luar rumah itu, tapi tak dilakukan dengan benar. Sambungan telepon itu tak kunjung mendapatkan jawaban sampai wanita itu berdecak sebal. "Mana, sih, Kak Bima? Kenapa nggak angkat teleponnya?"

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 140

    Sepeninggal istri dan anak juga Pak Marwan. Laki-laki yang kedapatan pergi besok untuk menyusul Namira kini tengah duduk di meja makan.Lebih tepatnya Arhan mengikuti langkah Bi Ida hingga dapur. Ia duduk di sana sementara wanita paruh baya itu menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda karena kepergian majikannya.Keduanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tak ada yang berniat membuka suara. Apalagi Bi Ida meskipun sudah lama bekerja dengan Arhan, jika di hadapkan dengan laki-laki itu tetap saja bingung mau memulai pembicaraan apa untuk memecah keheningan.Suasana diantara mereka terkesan canggung meskipun Bi Ida saat ini tengah membelakangi majikannya. Arhan pula tak memedulikan apa yang dilakukan pembantunya di sana. Laki-laki itu hanya merasa kesepian setelah kepergian istri beserta anaknya, jadi di sanalah ia sekarang. Mengalihkan kekosongan dengan kehadiran wanita yang sibuk dengan aktivitasnya.Arhan memainkan ponsel sejak tadi. Ia mulai melancarkan aksi untuk membuat Raya

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 139

    “Doain lancar dan selamat sampai tujuan, ya, Mas.”Namira mengutarakan permohonan dari ketakutan sebab akan menempuh perjalanan berjam-jam tanpa didampingi suaminya. Ia hanya akan ditemani oleh Pak Marwan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Tentu ini juga menjadi pengalaman pertama selama menikah. Biasanya kemanapun dan mau sejauh apapun pasti Arhan akan selalu berada di sampingnya untuk menemani dan berbagi tugas atas Elio. Namun kali ini sepertinya ia akan mengendalikan dirinya sendiri sebelum laki-laki itu menyusul ke Bandung.Pelukan Namira semakin lama semakin erat. Tak mau berpisah dengan suaminya yang justru tengah merasakan kegembiraan sebab tingkah laku wanita itu yang manja. Berbeda dengan bayangannya saat laki-laki itu mengajaknya pulang. Ia kira yang akan didapatkan itu gerutuan, tatapan sinis, bahkan menghindari dirinya, tapi ternyata semua itu terjadi sebaliknya. Contohnya seperti sekarang ini.“Selalu aku doakan, Sayang. Nanti di sana minta tolong sa

DMCA.com Protection Status