Share

Bab 28

Author: Sherra Bee
last update Last Updated: 2024-08-19 21:03:19

“Sialan.”

Sebuah umpatan mengejutkan Arhan yang tengah duduk dengan memangku laptop di sofa yang berada di kamarnya. Kedua matanya terbelalak kala satu kata asing menyapa gendang telinga.

Pekerjaan yang semula menjadi fokus utama, kini beralih pada seonggok wanita yang terbaring dengan ponsel yang sedang dipegangnya. Tiba-tiba Arhan tersenyum membayangkan ponsel itu akan meluncur jatuh tepat di wajah sang istri jika tidak dengan benar memegangnya.

“Pantesan Mas Arhan marah. Emang kurang ajar si kampret Iyan.” Mulutnya bersungut-sungut dengan wajah penuh emosi, padahal istrinya itu baru bangun tidur. Orang normal mungkin akan diam sebentar untuk mengumpulkan energi, tapi berbeda dengan Namira yang langsung meraih ponsel. Apakah pembicaraan sebelumnya mampir ke dalam mimpi sampai istrinya itu terbangun dan langsung mengecek ponsel untuk memastikan?

Arhan tersenyum. Ini pemandangan pertama kali yang ia lihat. Namira dengan umpatan pertama yang juga baru ia dengar. Laki-laki yang sudah me
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 29

    Langit yang mulai gelap disertai hujan turun, menambah keengganan Namira yang tak berani beranjak dari tempat tidur. Seolah kakinya akan menggigil jika menyentuh lantai marmer yang dingin.Namira semakin memeluk selimutnya ketika hujan semakin deras. Beruntung jendela dan gorden sudah ditutup kala angin berembus masuk melalui celahnya, menerbangkan kain panjang yang menjuntai.“Mas kita delivery aja, ya, buat makan malam.”Arhan yang kembali sibuk dengan laptop setelah menyelesaikan sisa-sisa masalah yang masih tertinggal, menatap sang istri, berpikir sejenak kemudian mengangguk. Fokusnya kembali beralih pada pekerjaan, memantau beberapa kinerja toko retail yang berada di pusat dan juga cabang lain.“Aku aja, Ay, yang masak,” ujar Arhan sembari memindahkan laptopnya.“Emangnya kerjaan Mas udah kelar?”“Udah, cuma ngecek doang,” jawabnya seraya berjalan mendekat ke sisi ranjang yang paling dekat. Menjatuhkan tubuhnya di samping Namira yang masih menggulung diri menggunakan kain tebal i

    Last Updated : 2024-08-20
  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 30

    Setelah tak melakukan aktivitas luar ruangan selama beberapa hari dan hanya menggunakannya dengan beristirahat saja, akhirnya hari ini keluarga kecil Arhan sudah siap dengan pakaian rapi, hendak pergi.“Kita mau ke mana emangnya, Mas?” tanya Namira seraya merapikan pakaian Elio yang terduduk di tempat tidur. Sejak mereka bersiap, Arhan tak memberitahukan tempat yang akan mereka kunjungi. Suaminya itu hanya mengatakan kalau mereka akan pergi dan menyuruhnya untuk berdandan cantik.“Aku mau nebus liburan kita yang gagal. Jadi aku mau ajak kamu belanja sekalian ganti hp lama kamu.”Mata Namira berbinar ketika kata ‘belanja’ terucap dari mulut sang suami. Bukan hanya dirinya, ia yakin semua wanita akan menyukai satu kata itu. “Boleh beli apa aja, Mas?”“Boleh, Sayang. Tapi syaratnya hp lama kamu nggak boleh dipake lagi termasuk kartunya. Gimana?”Meskipun berat karena harus menyingkirkan ponsel kesayangan yang menemaninya dari sejak kuliah, tapi Namira tetap setuju. Wanita itu mengangguk

    Last Updated : 2024-08-21
  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 31

    Memang tak ada yang lebih membahagiakan selain belanja tanpa mengeluarkan uang dari dompet pribadi. Itu yang tengah Namira rasakan, meski ia selalu dapat uang bulanan dari suaminya untuk berbelanja kebutuhan pribadi atau untuk membeli sesuatu yang ia inginkan. Namun tetap saja berbelanja tanpa menguras isi dompet itu semacam sesuatu yang bisa menambah energi dan menarik kedua sudut bibirnya tanpa henti.“Seneng, Sayang?” tanya Arhan yang tengah menyetir. Laki-laki yang mengenakan kemeja lengan pendek itu tak melunturkan senyum kala melihat istrinya bahagia dengan terus menatapi ponsel barunya yang belum lama ia dapatkan.Anggukan berulang kali yang Namira lakukan sangat kentara menunjukkan seberapa jauh aktivitas mereka mengelilingi mall dalam menambah kadar kebahagiaannya. “Mas sering-sering ajak aku belanja.”Arhan mencibir di balik senyum tak kalah bahagianya. “Bisa-bisa aku jatuh miskin dalam sekejap kalau kayak gitu.”Ternyata tak hanya Namira, Elio yang belum mengerti pun mendap

    Last Updated : 2024-08-22
  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 32

    “Telpon dari siapa?”“Dari teman gue di Bali. Katanya Arhan sama Namira mendadak pulang.”“Kalau gitu rencana kita berhasil, dong.”“Habis ini lo bisa deketin Arhan, dan gue deketin Namira.”Percakapan beberapa hari lalu setelah mengetahui kalau suami-istri yang sengaja Iyan guncang rumah tangganya terlihat cekcok bahkan di tempat umum. Mereka sampai batal liburan karena informasi yang ia berikan pada Arhan yang mengaku sebagai Namira ketika mereka bertukar pesan.Rencana semacam itu, bagi laki-laki yang belum melepaskan Namira sepenuhnya dalam hidup, sangat mudah ditebak. Disamping karena ia tahu bagaimana ketikan Namira ketika sedang bertukar pesan, serta Iyan yakin jika mantan kekasihnya itu tidak akan dengan mudah melupakan janji yang ia buat beberapa tahun lalu. Meskipun hubungan mereka harus kandas karena ulahnya sendiri.Rencana mereka mungkin memang berhasil membawa keduanya kembali pulang dan membatalkan liburan yang sudah mereka siapkan. Namun setelah beberapa hari menyusun

    Last Updated : 2024-08-23
  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 33

    “Ay, aku lupa kasih tau kamu kalau hari ini aku harus ke Bandung.” Arhan berujar seraya berjalan tergesa mendekat ke sisi Namira yang tengah memakaikan baju kepada Elio. Laki-laki itu masuk kamar setelah meminum kopi seraya bersantai di teras. Menikmati udara segar yang belum banyak tercemar asap kendaraan.Namira mengernyitkan kening seraya membalikkan tubuh menghadap sang suami yang sudah berdiri di depannya. Mengabaikan bayi yang kedua kakinya menendang udara dengan racauan tak jelas yang selalu diucapkannya ketika diabaikan. “Masalah kerjaan?”Arhan mengangguk. Kedua tangannya melingkari pinggang sang istri dengan tatapan yang sendu. Tak rela harus berpisah setelah apa yang telah mereka lalui belakangan ini. Arhan berniat akan menghabiskan sisa absen kerjanya bersama keluarga. Meskipun hanya di rumah saja.Bukan rencananya terlambat memberitahukan kabar ini, tapi ia benar-benar lupa sampai Bianca yang mengingatkannya beberapa saat yang lalu melalui telepon.“Mau nginep apa langsun

    Last Updated : 2024-08-24
  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 34

    “Halo, Bianca. Bapak udah di kantor?” Namira bertanya melalui telepon yang tersambung dengan sekretaris Arhan. Sebelum berangkat, suaminya itu memberitahukan akan mampir ke kantor terlebih dahulu untuk mengambil beberapa berkas sekaligus berangkat bersama dengan para pegawai yang Arhan tunjuk untuk mendampinginya.“Sudah, Bu. Sebentar lagi Bapak dan yang lain akan berangkat.”“Kamu nggak ikut?”“Tidak, Bu. Bapak hanya memilih pegawai pria saja.”“Oke, kalau gitu. Makasih, ya.”Namira bisa bernapas lega setelah mengetahui beberapa pegawai yang menemani sang suami hanya berjenis kelamin laki-laki saja. Bukan tanpa alasan ia menanyakan hal itu, kepergian Arhan selama beberapa hari ditambah tidak ditemani olehnya sedikit-banyak membuatnya khawatir.Sama halnya seperti Arhan yang khawatir sang istri akan bertemu secara diam-diam dengan mantan kekasihnya, Namira pun tak sepenuhnya percaya pada sang suami, maka dengan terpaksa memastikan jika tidak ada wanita lain selama mereka berpisah jauh

    Last Updated : 2024-08-25
  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 35

    Kabar tentang Arhan yang pergi ke Bandung tanpa ditemani oleh Namira sampai ke telinga Iyan yang saat ini melangkah tergesa. Laki-laki itu bahkan sedikit berlari supaya cepat sampai tempat tujuan.Iyan membanting pintu seperti biasa. Namun tetap selalu membuat wanita yang ia temui terkejut. Beruntung kali ini anak perempuan itu tidak ada, sehingga telinganya terbebas dari tangisan yang memekakkan telinga. “Aya, cepetan beresin baju lo.”“Mau ke mana?” tanya wanita bernama Raya.Kegiatannya melipat pakaian yang sebelumnya ia ambil dari jemuran terhenti. Kepalanya menoleh pada Iyan yang saat ini sudah duduk di sisinya.Mereka saling berhadapan, Iyan yang memaksa wanita itu untuk menghadap kepadanya dengan seluruh tubuh supaya Raya fokus dan mendengarkan segala apa yang akan ia perintahkan. “Arhan lagi ke Bandung. Ini waktu yang tepat buat lo deketin dia.”Raya semakin mengernyitkan keningnya. “Jadi maksud lo, gue harus ke Bandung juga gitu?”“Iya,” jawab Iyan dengan napas yang memburu.

    Last Updated : 2024-08-26
  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 36

    Hati Raya begitu tak nyaman kala ia menyetujui perintah Iyan, ia gemas sebab tak bisa berbuat apa-apa. Ditambah laki-laki itu hanya menyuruhnya pergi tanpa memberinya uang sepeserpun, dan yang lebih menyebalkan adalah ketika mereka harus menggunakan transportasi umum. Setidaknya antarkan mereka sampai stasiun.“Kita mau ke mana, Bu?”Raya yang tengah menikmati perasaan tak nyaman itu ditegur oleh pertanyaan sang anak yang penasaran dengan tujuan mereka. Saat ini keduanya sudah berada di dalam kereta yang akan membawanya hingga Bandung sesuai yang diperintahkan Iyan.“Kita mau jalan-jalan,” jawab Raya disertai senyuman.Sorakan menggemaskan mengalun merdu, menarik perhatian penumpang lain yang ikut tersenyum mendengar suara serta raut wajah yang terlihat gembira.“Nima senang?”Kali ini Nima mengangguk, masih dengan ekspresi yang sama. “Senang, Bu. Nima jadi nggak akan ketemu sama Om Iyan.”Mendengar nama yang tak jarang membuat keributan di rumahnya itu membentuk senyum miris di bibir

    Last Updated : 2024-08-27

Latest chapter

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 149

    Perjalanan pulang mereka setelah menyelesaikan urusan dengan Pak Ato ditemani dengan kerutan di wajah Namira yang sejak tadi mencoba mengingat sesuatu yang rasanya ada yang kurang.Keluhan tak hentinya Arhan dapatkan dari sang istri yang meminta membantunya untuk mengingat. Bagaimana mungkin ia tahu apa yang dimaksudkan oleh Namira, sementara wanita itu saja tidak tahu apa yang tengah dicarinya.Arhan mulai frustrasi menghadapi wanita di sampingnya. “Coba jelasin tentang apa?” tanyanya seraya fokus pada kemudi dan jalanan yang cukup padat.“Tentang masalah kita ini. Kayak masih ada sesuatu yang harus kita selesaian, Mas.”“Apa? Semuanya udah kita tangani, Sayang. Iyan, Raya, Pak Ato, nggak ada lagi yang perlu dicemaskan. Fokus kita sekarang cuman rumah Papa sama Mama. Paling tinggal mikirin siapa yang bakal ngurusin kontrakan setelah Pak Ato berhenti.”Namira menggeleng pelan seraya masih berusaha mengingatnya dengan hati-hati. “Kalau masalah rumah sama kontrakan itu udah aku pikirin

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 148

    Hanya tinggal satu masalah lagi yang harus mereka selesaikan. Setelah beristirahat sebentar, Arhan dan Namira segera pergi ke rumah Pak Ato. Mereka berharap kali ini laki-laki paruh baya itu ada di tempat supaya dalam satu waktu semuanya tuntas.Mereka hanya pergi berdua. Elio dititipkan pada Bi Ida dan Pak Marwan di villa. Sepertinya akan membutuhkan waktu beberapa hari untuk mengembalikan rumah orang tua Namira kembali tampak bersih lagi dan layak huni. Jadi mereka semua akan tinggal di villa untuk sementara.Sebelum mereka memutuskan pergi menemui Pak Ato. Namira beserta Arhan sudah berbicara dengan Bima mengenai solusi dari masalah yang terjadi. Keputusan akhirnya sesuai kesepakatan bersama.Setelah menempuh jarak yang tidak begitu jauh, akhirnya mereka sampai di satu rumah dengan halaman tidak terlalu besar. Keduanya masuk dengan penuh harap. Arhan maupun Namira sengaja tidak menghubungi Pak Ato terlebih dahulu bahwa ada yang perlu dibicarakan secara langsung diantara mereka. Awa

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 147

    Entah pada kata yang mana, hati Iyan melembut sejenak mendengar permintaan maaf dari Raya. Namun tak lama ia kembali mengamuk. Dalam kesadarannya mendadak tak terima jika ia mengampuni wanita itu dengan mudah. Padahal ini sudah berlangsung bertahun-tahun.Iyan berteriak. Menepis tangan Arhan yang mencoba menahan untuk tak kembali menerjang Raya. Laki-laki itu berlalu pergi keluar sampai membuat Namira melongo dan meminta suaminya untuk mengejar sebab masalah mereka belum selesai. Rencana ini harus tetap berjalan bagaimana pun caranya.Saat Namira tengah meminta suaminya untuk melakukan sesuatu, Iyan kembali masuk dengan cara berjalan mundur. Di depannya ada dua orang bertubuh kekar yang menghadang langkah laki-laki itu yang akan meninggalkan villa.“Apa maksudnya ini?” tanya Iyan pada Arhan yang menyunggingkan senyum. Kini tubuhnya sudah sepenuhnya berbalik dan dua orang tak dikenal itu berdiri di belakangnya.Arhan memasukkan dua tangannya pada saku celana. “Siapa yang izinin kamu pe

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 146

    Iyan refleks berdiri. Ia menghadang Arhan yang berjalan mendekat ke arah mereka seorang diri. Laki-laki itu tahu alasan Namira kabur karena sang suami yang berselingkuh sehingga membuat wanita itu memilih pergi. Ia mencoba melindungi mantan kekasihnya dari suaminya, takut-takut akan menarik pulang dengan paksa apalagi melihat tengah bersama dengan dirinya.Mata kedua laki-laki itu bertemu, saling memandang dengan tatapan sengit penuh pertarungan lewat sorot yang tajam. Langkah Arhan begitu tegas, tapi tak membuat Iyan ciut hanya karena hal itu. Laki-laki itu justru semakin mengepalkan tangan yang terentang, menyembunyikan Namira beserta anaknya di balik punggung. “Kamu diem di situ aja. Biar aku yang hadapi dia.”Andai Namira tengah berada dalam huru-hara rumah tangga yang sebenarnya atau kejadian saat ini sesuai dengan yang Iyan pikirkan, sudah pasti ia terbuai dengan apa yang mantan kekasihnya itu lakukan.Sikap Iyan benar-benar mencerminkan seorang laki-laki pelindung, yang kebanya

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 145

    Karena tiba-tiba ada rencana yang harus dirubah sebab keberadaan Iyan yang tak di sangka-sangka ternyata ada di hotel yang sama dengan Namira. Wanita itu dengan spontan menjalankan rencana di luar yang sudah disepakati.Namira pikir, mengoptimalkan rencana untuk menggaet Iyan tanpa meninggalkan curiga adalah usaha untuk membuat laki-laki itu tetap ada dalam jangkauannya. Itu sebabnya ia meminta tolong pada sang mantan kekasih untuk mengantar dirinya ke villa.Semula Namira merasa bangga akan hal itu, tapi ternyata malah menjadi boomerang untuknya sampai semalaman terpikirkan beberapa kemungkinan buruk yang akan menimpa dirinya dan sang anak.Beruntung semalam Pak Marwan sudah mendapatkan kunci dari sang pemilik villa, jadi pagi ini Namira tinggal menempatinya saja tanpa dicurigai oleh Iyan.Sesampainya mereka di villa. Iyan dengan sigap membantu menurunkan barang-barang milik Namira. Dua tas jinjing di kedua tangannya bukanlah sesuatu yang merepotkan, beratnya saja tak terasa menurut

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 144

    Akhirnya mereka sampai pada hari di mana akan membungkam dan membuat Iyan dan Raya tak bisa berkutik lagi. Namira berharap semuanya berjalan lancar hari ini supaya bisa fokus pada hal lain yang tak kalah penting.Karena nyatanya masalah yang menimpa rumah tangganya bisa berpengaruh besar ke segala hal dalam hidup mereka, tak terkecuali dampak utamanya adalah hubungannya dengan Arhan.Berbicara tentang hari ini, semalam Namira sudah memberitahu Arhan semuanya mengenai pertemuan tak sengajanya dengan Iyan. Memang ia tak tahu apa yang sebenarnya mantan kekasihnya itu lakukan di Bandung.Namun mengingat laki-laki itu memang asli orang Bandung dan orang tuanya yang baru ia ketahui ternyata Pak Ato juga ada di kota yang sama dengannya saat ini. Jadi tidak menutup kemungkinan kalau salah satunya urusan Iyan adalah mengunjungi ayahnya.Jika diperkenankan untuk berpikir lebih luas lagi. Sebenarnya ada yang mengganggu pikiran Namira tentang keberadaan Iyan yang katanya baru sampai kemarin. Apa

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 143

    Sesampainya di lobi hotel, Namira menghampiri resepsionis terlebih dahulu untuk mengkonfirmasi pesanannya yang dilakukan melalui sebuah aplikasi yang bekerja sama dengan hotel tersebut.Namira tidak langsung pergi untuk beristirahat dengan nyaman, ia memilih untuk duduk sebentar di lobi hotel sembari menunggu Pak Marwan selesai mengangkut semua barang bawaan mereka.Dalam beberapa detik mata Namira menangkap sosok laki-laki yang sebelumnya tidak ia ketahui keberadaannya. Bahkan ia sempat kebingungan untuk membuat sang mantan kekasih untuk mau menemuinya, tapi Tuhan sepertinya tengah berpihak padanya saat ini.Senyum Namira tersungging senang, lalu ia merapikan penampilannya. Satu tas yang tergeletak tak jauh darinya dengan ukuran sedang dan tidak terlalu berat semakin membuat otaknya bekerja lebih cepat. Semua pertanyaan yang mungkin akan dilontarkan Iyan sudah memiliki jawaban di kepalanya.Mata mereka bertemu kala Namira mengangkat kepala. Ia bisa melihat bahwa Iyan terkejut dengan

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 142

    “Pak kita ke villa dulu, ya,” ucap Namira yang seketika teringat jika tugas kedua setelah mengecek kondisi rumah orang tuanya adalah mengunjungi penginapan yang sebelumnya mereka sewa untuk melancarkan aksinya besok.Tak ada anggukan atau sesuatu yang menunjukkan kesediaan Pak Marwan dalam menunaikan perintah majikannya itu. Namira sempat mengernyitkan dahi, tapi tak mau ambil pusing. Sudah pasti laki-laki paruh baya itu akan menuruti segala perintahnya saat ini sebab tidak mungkin menunggu persetujuan suaminya dulu.Namun tiba-tiba mobil yang mereka kendarai, Pak Marwan bawa untuk menepi. “Ada apa, Pak?” tanya Namira yang semakin mengernyitkan dahinya. Ia menatap sekeliling, jelas sekali saat ini mereka belum sampai di villa apalagi hotel.Sang sopir itu mengeluarkan ponselnya tanpa berniat mengucapkan apapun kepada Namira yang seketika menjadi marah sebab beranggapan kalau Pak Marwan akan menghubungi suaminya untuk meminta izin membawanya ke villa bukan ke hotel, sesuai yang Arhan u

  • Masa Lalu Yang Belum Usai   Bab 141

    Berbeda dengan Arhan yang sudah melacarkan aksinya sebelum ia benar-benar pergi ke Bandung. Namira justru sama sekali belum melakukan apapun untuk membuat Iyan mau menemuinya besok. Ia baru sampai di rumah orang tuanya. Dugaannya ternyata benar bahwa rumah yang ditinggali oleh orang tuanya sebelum meninggal itu sudah seperti rumah hantu, bangunan terbengkalai dan tak layak huni. Apa yang dikatakan suaminya pun sepenuhnya benar kalau Pak Ato tidak melakukan pekerjaannya dengan baik, sama seperti masalah kosan yang keadaannya tidak seasri dulu. Namira membuang napas berat, sebelum ia turun untuk mengambil gambar supaya bisa ditunjukkan pada suaminya. Terlebih dahulu ia menghubungi saudara satu-satunya yang ia miliki sebab Bima lah yang menjadikan Pak Ato sebagai penanggung jawab atas bagian luar rumah itu, tapi tak dilakukan dengan benar. Sambungan telepon itu tak kunjung mendapatkan jawaban sampai wanita itu berdecak sebal. "Mana, sih, Kak Bima? Kenapa nggak angkat teleponnya?"

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status