Beranda / Romansa / Mas Ganteng / Bab16. Gerta lima belas tahun silam

Share

Bab16. Gerta lima belas tahun silam

Penulis: Eka Bakti
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-05 18:49:20

Tepat November akhir, ketika gerimis malam hari menyapu jalanan ibu kota bagian utara, Hernawan Sinto tampak dalam perjalanan pulang dari percetakkan buku. Tangan kanannya mengimpit tas hitam seraya berjalan menunduk, akibat gerimis yang mengganggu penglihatannya.

Samar-samar Hernawan mendengar percekcokan dan tangisan anak kecil. Membuatnya celingukan mencari asal suara tersebut. Gerimis memang cukup menganggu kacamatanya untuk melihat jarak jauh.

Samar-samar Hernawan melihat sebuah mobil sedan abu-abu terparkir di trotoar jalan. Langkahnya kemudian mencoba mendekat. Namun, naru beberapa langkah, langkahnya kemudian terhenti saat melihat pertengkaran seorang laki-laki dan perempuan di dalam mobil yang hanya diterangi lampu mobil. Tampak juga perempuan itu terlihat menangis.

“Turun!

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mas Ganteng   Bab 17. Mulai sekarang nama kamu adalah Gerta

    Siang harinya ternyata benar. Ketika anak perempuan itu terbangun setelah sepuluh jam tidak sadarkan diri. Frans mendiagnosanya hilang ingatan dan mengalami gangguan disosiati, akibat trauma berat pada usia anak-anak. Kekerasan yang dialami anak perempuan itu adalah penyebab utamanya. “Dia akan mengalami gengguan kecemasan, gangguan tidur, atau bahkan bisa depresi. Risiko itu sudah pasti terjadi untuk penderita disosiatif. Aku menyarankan, sebaiknya kalian membawanya ke dokter kejiwaan,” saran Frans. “Bisakah kamu yang menjadi dokternya, Frans?” pinta Hernawan Sinto saat berbincang di ruang perpustakaan. “Aku bukan dokter di bidang ini, Hernawan. Aku cuma dokter hewan biasa yang ….” “Kami mohon,” pinta Lareta.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-06
  • Mas Ganteng   Bab 18. Awal persahabatan Rumi dan Dego

    Perbukitan hijau menjulang menghadap langsung ke lautan di sepanjang jalan. Laut biru lepas bergelut gulungan ombak tampak indah di sepanjang tepian. Di tambah angin yang dengan senang hati menjadi pengusir sengatan matahari dan menciptakan harmonisasi yang indah untuk dinikmati. Belum lagi aroma laut yang menjadikan alam begitu sangat berarti untuk menghibur diri.“Halah, mulut lo. Perempuan cantik juga pasti lo bilang maha karya Tuhan, Go,” celetuk Rumi seusai meneguk kaleng bir.Dego tertawa. “Perempuan cantik kan emang maha karya Tuhan, Rum.”“Dasar mulut penggombal,” gumam Rumi.Beberapa saat mereka terdiam memanjakan mata dengan keindahan yang membentang di hadapan. Kelelahan perlahan memudar dari bena

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-06
  • Mas Ganteng   Bab 19. Tiga puluh delapan jam tertidur

    “Cobalah buat keluar, Gerta. Pelan-pelan … sedikit demi sedikit. Jangan takut.”Samar-samar suara Ira terdengar di sela-sela mimpi Gerta.“Cobalah buat melawan rasa takut itu pelan-pelan. Kamu bisa … kamu pasti bisa. Dunia luar itu nggak semenakutkan itu.”Sesaat Gerta ingat, jika suara itu adalah percakapannya dengan Ira beberapa hari yang lalu.“Bebaskan jiwa kamu, Gerta. Jangan takut.”Kelopak mata Gerta kemudian terbuka. Aroma lavender yang sebelumnya tercium, kini perlahan memudar. Membuatnya melirik vas bunga, di mana bunga lavender itu sudah layu dan warnanya sudah memudar. Sementara dia tidak tahu, berapa lam

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-06
  • Mas Ganteng   Bab 20. Entah takdir dan garis hubung seperti apa yang menantiku di luar sana jika aku memberanikan diri untuk menampakkan diri

    Gerta kemudian ikut mengamati pemandangan itu seraya memikirkan kata bijak Opung. Takdir dan garis hubung? Mungkinkah takdir dan garis hubungku ada di salah satu dari mereka?Ya, kata-kata takdir dan garis hubung sangat menarik hati dan pikiran Gerta.“Opung juga bagian dari takdir dan garis hubung aku ‘kan?” tanya Gerta seraya melingkarkan tangannya di lengan Opung dan bergelayut manja.“Iya, benar. Kita berdua juga termasuk takdir dan garis hubung itu. Mangkanya kita berdua tetap bersama-sama sampai hari ini.” Opung membalas rangkulan putri kesayangannya itu.Dalam masa-mas

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-07
  • Mas Ganteng   Bab 21. Perempuan di balik jendela malam hari

    Di luar perpustakaan tua, seorang pengantar koran baru saja sampai. Beruntung cuaca tidak mendung, jadi laki-laki memakai kemeja denim oversized berpadu kaus hitam, celana wide leg dan sepatu abu-abu itu tidak perlu memakan waktu lama untuk menyelesaikan pekerjaannya.Rumi mengambil satu gulungan dan meletakkan di kotak pos surat. Setelahnya pandangannya tak sengaja tertuju pada perempuan di balik jendela perpustakaan yang terbuka—perempuan berambut panjang terurai dan berbaju putih dengan wajah tertunduk.“Kok ada perempuan?” tanya Rumi pada dirinya sendiri.Rumi mencoba mencari posisi leluasa di balik semak-sema

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-07
  • Mas Ganteng   Bab 22. Kalau begitu brarti kita adalah musuh, Mas

    Sebuah mobil SUV abu-abu terparkir di trotoar persimpangan jalan sejak dua jam lamanya. Laki-laki dengan tangan kanan menyangga di jendela terus menunggu di dalam mobil. Matanya terus mengamati toko surat kabar yang berdiri di seberang jalan. Entah apa yang sedang dia lakukan.Sebuah tanda pengenal bertuliskan Zuldan Bahir yang masih mengalung di lehernya kemudian dilepaskan dan diletakkan di dasbor.Iya, Zuldan Bahir sedang tidak dalam jam kerja sekarang, jadi tidak perlu memakai tanda pengenal itu.Dengan wajah kesal, Zuldan mengerang dan memukul-mukul setir mobil. Nama kepolisian Bintato diketahuinya juga menjadi salah satu daftar penggelapan uang. Entah siapa yang melakukannya, yang pasti saat ini dia sedang mencoba menyelidiki.Tidak habi

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-07
  • Mas Ganteng   Bab 23. Perjudian kita udah sampai ke telinga Zuldan

    Ya, kejadian sebelas tahun lalu bagi Zuldan adalah kesalahan besar yang dilakukan oleh ayahnya. Rumi bukanlah ancaman bagi keluarganya, tetapi memang sudah seharusnya menjadi tanggung jawab ayahnya yang saat itu memang salah—sudah hidup dengan banyak wanita. Sebab ayahnya memang sangat gila jabatan dan suka berkelakuan kasar jika sedang marah. Membuatnya tidak bisa melakukan apa-apa, karena saat itu harus melindungi ibunya. Sekarang, Zuldan ingin menebus kejadian sebelas tahun lalu pada Rumi dengan meringankan semua penderitaan dan hidup sengsara Rumi. Meskipun hal itu tidak cukup diukur dengan materi, tetapi dia hanya ingin melihat Rumi bisa hidup lebih baik. “Aku nggak mau dan nggak akan pernah mau. Aku akan hidup dengan uangku sendiri, jadi jangan pernah menawariku dengan hal-hal seperti itu,” tolak Rumi begitu dingin.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-08
  • Mas Ganteng   Bab 24. Orang kayak Zuldan selalu menggunakan nurani

    Rumi memandangi layar komputer dengan menggut-manggut.“Udah saatnya juga kita menunjukkan senjata kita pada mereka. Emang cuma kita doang yang bisa jadi incaran? Kalau kita ketangkap, maka mereka semua juga harus ketangkap.” Dego menyeringai penuh kelicikan.“Ide bagus. Setidaknya ini bisa membantu kita untuk saat ini,” ucap Rumi setuju.Meski begitu, kemurungan masih terlihat di wajah Rumi.“Kenapa wajah lo?” tanya Dego yang menangkap kemurungan teman karibnya itu.Rumi mengembuskan napas berat. “Gue tahu banget siapa Zuldan Bahir, Go. Dia akan bertarung sampai ke akar-akarnya kalau sudah menyangkut kejahatan. Kalau dia udah mulai bertarung, musuh yang di

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-08

Bab terbaru

  • Mas Ganteng   Bab 101. Kembalikan adik perempuan saya

    Sesampainya di rumah, Rumi langsung disambut ceria Gerta dan Ira yang sudah menantikan makanan yang dibawanya.“Akhirnya datang juga.” Ira langsung mengambil bingkisan itu di tangan Rumi. “Mis udah buatkan kamu kopi. Masuk, masuk,” ucapnya hangat menyambut kepulangan Rumi.Gerta langsung memeluk Rumi. “Lama banget sih kamu pulangnya?”Rumi tersenyum. “Antri beli waffle pesanan kamu.”“Makasih ya.” Gerta tersenyum manja.“Sama-sama.”“Yok, kita makan bareng-bareng sambil nonton TV. Ada acara bagus banget.” Gerta langsung merangkul lengan Rumi dan menggiringnya ke sofa.

  • Mas Ganteng   Bab 100. Gandara Barac

    Rumi tampak gelisah di sepanjang jalan pulang usai membeli dua wadah gelato pesanan Gerta dan Ira. Dia masih tak berhenti memikirkan, siapa dari orang-orang ibu kota yang berani mengusiknya lagi. Terlebih sampai memasang wajahnya ke khalayak umum dengan embel-embel seorang buronan.Berkali-kali Rumi mengembuskan napas sesal memandangi portal berita di ponselnya yang memang terang-terangan menampilkan wajah aslinya. Jika dulu dia bisa bersembunyi di balik sosok Mas Ganteng, kini sudah tidak bisa lagi.Jika benar orang-orang berengsek di ibu kota itu masih tersisa, bearti kejahatan itu juga masih belum selesai. Mau tidak mau pasti akan menyerat Rumi dan rekan-rekannya pada masalah baru.Sebuah panggilan dari Gerta masuk ke layar ponsel, membuat Rumi langsung mengangkatnya. “Iya,&rdquo

  • Mas Ganteng   Bab 99. Kejahatan yang masih belum selesai

    Setelah dipastikan Gerta hamil, dengan senang hati Rumi menawarkan diri mengurus urusan dapur dengan dibantu Ira. Menyiapkan makanan untuk istri yang sedang hamil memberikan rasa senang dan kepuasan dalam diri Rumi. Terlebih dia bisa memastikan makanan-makanan yang dikonsumsi istri dan anaknya adalah makanan yang sehat.“Itu tumis dulu bawang putihnya. Jangan dimasukkan dulu potongan sayurnya.” Ira hanya bersedekap di sebelah Rumi, tampak seperti seorang pemandu.Rumi mengikuti arahan Ira dengan gerakan pelan menumis bawang putih. “Udah belum ini?”“Belum. Belum juga semenit numisnya. Tunggu sampai bawang putihnya layu kecoklatan.”Gerta yang turun tangga dengan langkah pelan agar tak menimbulkan suara kemud

  • Mas Ganteng   Bab 98. Bulan ini udah datang bulan belum?

    Sepekan menikmati musim dingin di Kanada, kini Gerta telah kembali ke Wina yang masih berlangsung musim panas. Perempuan yang sejak pagi sudah sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan itu tampak pucat, tak seperti biasanya. Sejak bangun tadi dia merasakan pening dan sempat muntah.“Gerta, kamu kenapa?” Ira datang menatap wajah pucat Gerta.Gerta menggeleng. “Nggak papa, Mis. Mungkin kecapekan aja setalah dari Kanada. Karena di sana lagi musim dingin.”“Rumi! Rumi!” panggil Ira.“Mis, aku nggak papa. Jangan bangunin dia, dia juga pasti kecapekan,” larang Gerta memelas.Ira mengembuskan napas berat. “Ya udah, kalau begitu biarkan Mis yang masak. Ka

  • Mas Ganteng   Bab 97. Couple dansa

    Sebuah kedai kopi tampak indah oleh bunga-bunga rustic di sepanjang pintu masuk yang membantang karpet merah. Di dalam ruangan dipenuhi orang-orang berpakaian formal yang sudah siap menyambut acara. Tampak beberapa barista di balik meja panjang menunjukkan kemampuannya berseni di dalam cangkir kopi. Membuat banyak pasang mata menatap penuh kagum.Ya, pembukaan kedai kopi milik Dego digelar bersamaan dengan pesta pernikahannya. Beberapa rekan seprofesi yang datang ada yang sekalian menjaring kerja sama. Tidak ketinggalan juga Boni dan Kris yang lagi-lagi tampak gagah dengan setelan jas mahal.“Ini adalah kali kedua gue bisa memakai jas mahal ini di acara pernikahan.” Kris membenarkan letak dasinya.

  • Mas Ganteng   Bab 96. Buat simulasi kalian juga sebelum punya anak

    Satu bulan kemudian Rumi menepati janjinya untuk berkunjung ke Kanada mengunjungi keponakannya. Kedatangannya bersama Gerta disambut begitu hangat oleh Vania, terlebih Kian yang sudah lama menantikan kedatangan omnya.“Om Rumi!” seru Kian yang langsung berlari memeluk Rumi.“Halo, Kian. Apa kabar kamu?” Rumi balas memeluk keponakannya itu.“Baik, dong. Om Rumi janji akan nginap di sini ‘kan?” tanya Kian yang langsung menagih lagi janjinya.Rumi mengangguk. “Iya.”“Berapa lama?” Kedua mata Kian berbinar senang.Rumi tampak berpikir. “Mmm … seminggu?”

  • Mas Ganteng   Bab 95. Aku nggak mau kecupan

    Semburat cahaya orange yang menyeruak masuk di balik gorden putih yang tersibak separuh membuat Rumi membuka mata. Kedua tangannya masih merengkuh tubuh polos di balik selimut putih yang masih terjaga begitu nyaman. Wangi rambut panjang tergerai dan tubuh polos beraroma mawar itu begitu memabukkannya. Membuatnya tak pernah berhenti mencumbu.Rumi bergerak mengecupi pundak polos itu seraya menyibak rambut panjang tergerai itu. Setelahnya mengecupi sepanjang leher dan daun telinga mungil itu hingga membuat pemilik tubuh polos itu menggeliat.Gerta membalikkan tubuh dan mendapati Rumi mengecupi wajahnya menggoda. “Kamu udah bangun?”“Udah dari tadi. Mangkannya aku bangunin kamu.” Rumi menenggelamkan kepalanya di ceruk leher untuk mencumbu.

  • Mas Ganteng   Bab 94. Aku pengen pulang melanjutkan kegiatan kita

    Esok paginya kegiatan-kegiatan romantis menjadi pemanis kegiatan pengantin baru mereka. Gerta tampak manis mengenakan mini dress putih berpadu slippers. Sementara Rumi tampak kece dengan kaus hitam berpadu cargo pants cokelat dan sneakers. Mereka tampak satu meja menikmati hidangan Viennese breakfast yang berisi roti gulung, croissant, mentega, selai homemade

  • Mas Ganteng   Bab 93. Kamu bisa melakukan semau kamu

    Gerta mengangguk pelan.“Aku akan melakukannya pelan-palan, karena aku tahu ini adalah pertama kalinya buat kita berdua,” lirih Rumi.Gerta kembali mengangguk.“Kalau sakit, kamu bilang.”Gerta menelan ludah. “Kamu bisa lakukan semau kamu.”Rumi tersenyum. “I love you.”“I love you too.”Rumi kemudian memosisikan kepemilikannya pada lembah kenikmatan itu. Kedua tangannya memenjara kedua tangan Gerta di atas kepala. Setelahnya bergerak pelan menerobos masuk.“Ehm.” Gerta mengerang terpejam.

DMCA.com Protection Status