Beranda / Romansa / Mas Ganteng / Bab 33. Saya hanyalah penunggang yang menumpang cari perlindungan

Share

Bab 33. Saya hanyalah penunggang yang menumpang cari perlindungan

Penulis: Eka Bakti
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-11 18:41:40

Sedan hitam Rolls-Royce Phantom melaju di sepanjang jembatan Szechenyi. Sebuah patung singa yang merupakan lambang penjaga jembatan rantai Szechenyi menjadi pemandangan Rumi di dalam mobil.

Sejarahnya, sebelum jembatan Szechenyi di bangun, dulunya hampir tidak ada kontak antara wilayah Buda dan Pest. Karena wilayah Buda dulunya dihuni oleh kebanyakan kaum dari kalangan atas dan wilayah Pest terdiri dari kaum buruh. Lalu jembatan Szechenyi yang akhirnya menghubungkan kedua wilayah tersebut dan menjadi Budapest saat ini.

Di balik kaca mobil, Rumi menyandarkan kepalanya dengan malas di kabin belakang seraya pemandangan sepanjang perjalanan.

Jika kalian bertanya, tentang kenapa hidupku seperti ini, kehidupanlah yang telah menciptakanku menjadi orang yang seperti ini. Tidak ada penjahat ji

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mas Ganteng   Bab 34. Jika penjahat seperti saya tertangkap, maka penjahat seperti Anda juga pasti ikut tertangkap

    Tiga jam bergulat di meja judi, Mas Ganteng akhirnya dapat beranjak dari tempat duduk. Tiga algojo yang setia padanya sejak kemarin, membuka pintu keluar ruangan dengan tampang tengil. Masing-masing menggotong dua tas hitam besar dengan tertawa lebar.Iya, Mas Ganteng memenangkan pertarungannya. Ambisinya untuk balas dendam kepada Soebahir membuatnya dikelilingi Dewi Fortuna. Namun, ini baru langkah awal untuk menuju gerbang balas dendam.Seperti yang sudah Rumi rencanakan sebelumnya—berteman baik dengan Soebahir untuk ajang perjudian, lalu perlahan menjelma menjadi iblis yang memegang kartu tarung untuk Soebahir dan Zuldan.Usai melakukan pertarungan judi, Mas Ganteng kembali bertemu dengan Soabehir.Hidangan

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-11
  • Mas Ganteng   Bab 35. Saya mau 1 miliar dollar

    Suara ketukan jari di atas meja terdengar seperti menunggu arumen selanjutnya. Membuat Rumi kembali berlagak dengan jari-jemarinya yang bermain-main di atas meja.“Saya memegang banyak kartu mati partai ibu kota. Tidak hanya Anda, tapi juga partai yang sedang menjadi musuh Anda saat ini. Bukankah saya terlihat seperti sebuah pilihan untuk Anda di sini?” Rumi menurunkan alisnya untuk kembali memancing Soebahir tertarik dengannya. “Saya bisa menjadi kelemahan Anda dan bisa juga menjadi kekuatan Anda. Tergantung bagaimana Anda memanfaatkan penjahat seperti saya,” sambungnya.Detik berlalu demi detik. Soebahir membisu tak bisa mengeluarkan kata-kata.Jelas saja. Soebahir sudah berhasil terancam. Kalaupun dia berencana untuk membunuh, itu tidak akan mengubah apa pun. Se

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-12
  • Mas Ganteng   Bab 36. Kalian sendiri yang membuat situs kecil ini menjadi berbahaya di ibu kota

    Usai mengakhiri panggilan, Dego berkacak pinggang memandangi empat buah komputer di meja kerjanya yang sudah enam tahun ini menjadi hidup matinya.Jelas. Sebab situs yang Dego buat bukanlah situs sembarangan. Di sana menyimpan hidup mati orang-orang di ibu kota. Dia dan Rumi sudah mempertaruhkan hidup dalam pekerjaan berbahaya itu demi hidup layak di ibu kota usai terbuang dari masa lalu.Situs MG bukanlah situs kejahatan untuk menghancurkan hidup seseorang mulanya. Situs tersebut hanyalah situs jasa perjudian biasa. Namun, semua bermula dari orang-orang yang kerap memanfaatkan jasa perjudian itu untuk memainkan uang hasil korupsi. Dari sanalah, situs MG mulai menciptakan senjata untuk melindungi diri dengan mengumpulkan data-data korupsi ibu kota sebagai kartu mati, jika sewaktu-waktu mendapat ancaman dari orang-orang yang berusaha

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-12
  • Mas Ganteng   Bab 37. Di balik gedung tua berlantai sembilan

    Ada hal yang menarik dari preman-preman penghuni gedung tua. Rupanya mereka tidak hanya bekerja sebagai penjagal daging, penghuni bar, ataupun penghuni tempat billiard, melainkan juga bekerja untuk menjaga lantai sembilan yang memiliki ruangan rahasia. Sebab tidak sembarangan orang bisa naik ke lantai tersebut, kecuali Rumi dan Dego. Karena mereka berdua yang memegang kendali preman-preman di sana.Ya, tentu saja mereka tahu, jika pengantar koran hanyalah kedok untuk menyembunyikan identintas asli Rumi.Lihat, Rumi sangat berkuasa di sana bukan? Tentu saja Dego juga ikut ambil bagian berkuasa di sana.Terlihat menyeramkan memang gedung tua berlantai sembilan tersebut, karena penghuninya adalah para preman. Namun, jangan meremehkan. Sebab preman-preman di sana adalah informan penting terka

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-12
  • Mas Ganteng   Bab 38. Lebih kejamnya lagi kalau penjahat kayak mereka nggak bisa kita kalahkan

    Setiap Sabtu malam, kegiatan runtin Rumi adalah bermain tinju dengan Boni—petarung yang tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan kecil. Meskipun dia pandai dalam hal menghindar dan memukul, tetapi tidak dengan Boni yang mempunyai trik sendiri untuk mengambil umpan di setiap kesempatan sempit.Ada hal yang menguntungkan dari bertinju, yaitu melatih ketahanan. Sebab setiap orang mempunyai daya ketahanan untuk menerima pukulan. Maka bertinju merupakan salah satu olahraga yang mengajarkan tentang bagaimana untuk terus menyerang demi bisa melindungi pertahanan.Menjadi penjahat sangat penting memiliki kemampuan berkelahi. Mau diserang ataupun menyerang, penjahat pada akhirnya dituntut untuk bertarung.“Dunia ini tambah kejam ‘kan? Penjahat ada di mana-mana. Ngebuat kita mau ngg

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-13
  • Mas Ganteng   Bab 39. Aku yang akan menemui kamu nanti

    Mendapati laki-laki tampan itu menoleh ke belakang dan menatapnya, Gerta langsung gugup dan berusaha untuk membuang pandangan. Dia ingin bersembunyi di tengah-tengah kerumunan karena merasa malu telah ketahuan, tetapi urung dia lakukan tatkala melihat laki-laki tampan itu berjalan ke arahnya.Ya, Rumi berjalan membelah lalu-lalang orang menuju sosok Putri Tidur itu berdiri. Membuat Gerta semakin terpaku.Tepat berdiri di hadapan Gerta, Rumi tersenyum. “Hai, kita bertemu lagi.”Gerta kembali menangkap tatapan menawan itu dari dekat. Tampak ramah laki-laki tampan itu. Membuat jantungnya berdegup kencang seperti gendang yang ditabuh. “Iya … hai juga,” balasnya malu-malu. Tangannya terlihat mencengkeram erat bunga lavender karena gugup.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-13
  • Mas Ganteng   Bab 40. Keserakahan memang sudah menjadi naluri manusia

    Seragam polisi berpangkat perwira tinggi tampak tertunduk tak berani menatap anak bawahannya di sebuah ruangan yang pintunya sengaja dikunci rapat-rapat dan sengaja pula dibuat kedap suara untuk melakukan pembicaraan rahasia. Jenderal tersebut hanya mampu memangku kedua tangannya yang gemetar. Tergambar jelas rasa bersalah dan penyesalan di balik wajah keriputnya yang tertunduk. Jantungnya sudah dipastikan berdegup penuh keterkejutan bercampur dengan kecemasan sejak membuka map biru di atas mejanya.“Tanpa persetujuan dari atasan saya diam-diam menyelidiki kasus ini. Kabar ini sebelumnya memang hanya selentingan, tapi saya ingin menyelidikinya sendiri sebelum orang lain mengetahui. Dan memang baru saya saja yang mengetahui bukti-bukti tersebut.” Zuldan menatap nanar jenderal berseragam polisi tersebut.Jenderal Qomar hany

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-13
  • Mas Ganteng   Bab 41. Ibu kota macam apa ini, Om?!

    Zuldan berusaha mengatur napasnya yang tersengal. “Kenapa Om memintaku untuk berhenti menangani kasus tersebut? Dan kenapa kasus serupa itu justru masuk dalam daftar bukti-bukti milik Om?”“Seberapa banyak kamu mendengar tentang perjudian itu?” tanya Jenderal Qomar memastikan.“Jadi benar … itu perjudian? Om terlibat di dalamnya?” Zuldan menatap nanar laki-laki paruh baya di hadapannya.Jenderal Qomar semakin tidak bisa menjawab.“Perjudian macam apa ini, Om?! Kenapa banyak orang yang bungkam?!” tanya Zuldan kecewa.“Om minta kamu jangan terlibat dalam kasus itu,” pinta Jenderal Qomar beranjak dan menatap penuh harap Zuldan. “

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-14

Bab terbaru

  • Mas Ganteng   Bab 101. Kembalikan adik perempuan saya

    Sesampainya di rumah, Rumi langsung disambut ceria Gerta dan Ira yang sudah menantikan makanan yang dibawanya.“Akhirnya datang juga.” Ira langsung mengambil bingkisan itu di tangan Rumi. “Mis udah buatkan kamu kopi. Masuk, masuk,” ucapnya hangat menyambut kepulangan Rumi.Gerta langsung memeluk Rumi. “Lama banget sih kamu pulangnya?”Rumi tersenyum. “Antri beli waffle pesanan kamu.”“Makasih ya.” Gerta tersenyum manja.“Sama-sama.”“Yok, kita makan bareng-bareng sambil nonton TV. Ada acara bagus banget.” Gerta langsung merangkul lengan Rumi dan menggiringnya ke sofa.

  • Mas Ganteng   Bab 100. Gandara Barac

    Rumi tampak gelisah di sepanjang jalan pulang usai membeli dua wadah gelato pesanan Gerta dan Ira. Dia masih tak berhenti memikirkan, siapa dari orang-orang ibu kota yang berani mengusiknya lagi. Terlebih sampai memasang wajahnya ke khalayak umum dengan embel-embel seorang buronan.Berkali-kali Rumi mengembuskan napas sesal memandangi portal berita di ponselnya yang memang terang-terangan menampilkan wajah aslinya. Jika dulu dia bisa bersembunyi di balik sosok Mas Ganteng, kini sudah tidak bisa lagi.Jika benar orang-orang berengsek di ibu kota itu masih tersisa, bearti kejahatan itu juga masih belum selesai. Mau tidak mau pasti akan menyerat Rumi dan rekan-rekannya pada masalah baru.Sebuah panggilan dari Gerta masuk ke layar ponsel, membuat Rumi langsung mengangkatnya. “Iya,&rdquo

  • Mas Ganteng   Bab 99. Kejahatan yang masih belum selesai

    Setelah dipastikan Gerta hamil, dengan senang hati Rumi menawarkan diri mengurus urusan dapur dengan dibantu Ira. Menyiapkan makanan untuk istri yang sedang hamil memberikan rasa senang dan kepuasan dalam diri Rumi. Terlebih dia bisa memastikan makanan-makanan yang dikonsumsi istri dan anaknya adalah makanan yang sehat.“Itu tumis dulu bawang putihnya. Jangan dimasukkan dulu potongan sayurnya.” Ira hanya bersedekap di sebelah Rumi, tampak seperti seorang pemandu.Rumi mengikuti arahan Ira dengan gerakan pelan menumis bawang putih. “Udah belum ini?”“Belum. Belum juga semenit numisnya. Tunggu sampai bawang putihnya layu kecoklatan.”Gerta yang turun tangga dengan langkah pelan agar tak menimbulkan suara kemud

  • Mas Ganteng   Bab 98. Bulan ini udah datang bulan belum?

    Sepekan menikmati musim dingin di Kanada, kini Gerta telah kembali ke Wina yang masih berlangsung musim panas. Perempuan yang sejak pagi sudah sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan itu tampak pucat, tak seperti biasanya. Sejak bangun tadi dia merasakan pening dan sempat muntah.“Gerta, kamu kenapa?” Ira datang menatap wajah pucat Gerta.Gerta menggeleng. “Nggak papa, Mis. Mungkin kecapekan aja setalah dari Kanada. Karena di sana lagi musim dingin.”“Rumi! Rumi!” panggil Ira.“Mis, aku nggak papa. Jangan bangunin dia, dia juga pasti kecapekan,” larang Gerta memelas.Ira mengembuskan napas berat. “Ya udah, kalau begitu biarkan Mis yang masak. Ka

  • Mas Ganteng   Bab 97. Couple dansa

    Sebuah kedai kopi tampak indah oleh bunga-bunga rustic di sepanjang pintu masuk yang membantang karpet merah. Di dalam ruangan dipenuhi orang-orang berpakaian formal yang sudah siap menyambut acara. Tampak beberapa barista di balik meja panjang menunjukkan kemampuannya berseni di dalam cangkir kopi. Membuat banyak pasang mata menatap penuh kagum.Ya, pembukaan kedai kopi milik Dego digelar bersamaan dengan pesta pernikahannya. Beberapa rekan seprofesi yang datang ada yang sekalian menjaring kerja sama. Tidak ketinggalan juga Boni dan Kris yang lagi-lagi tampak gagah dengan setelan jas mahal.“Ini adalah kali kedua gue bisa memakai jas mahal ini di acara pernikahan.” Kris membenarkan letak dasinya.

  • Mas Ganteng   Bab 96. Buat simulasi kalian juga sebelum punya anak

    Satu bulan kemudian Rumi menepati janjinya untuk berkunjung ke Kanada mengunjungi keponakannya. Kedatangannya bersama Gerta disambut begitu hangat oleh Vania, terlebih Kian yang sudah lama menantikan kedatangan omnya.“Om Rumi!” seru Kian yang langsung berlari memeluk Rumi.“Halo, Kian. Apa kabar kamu?” Rumi balas memeluk keponakannya itu.“Baik, dong. Om Rumi janji akan nginap di sini ‘kan?” tanya Kian yang langsung menagih lagi janjinya.Rumi mengangguk. “Iya.”“Berapa lama?” Kedua mata Kian berbinar senang.Rumi tampak berpikir. “Mmm … seminggu?”

  • Mas Ganteng   Bab 95. Aku nggak mau kecupan

    Semburat cahaya orange yang menyeruak masuk di balik gorden putih yang tersibak separuh membuat Rumi membuka mata. Kedua tangannya masih merengkuh tubuh polos di balik selimut putih yang masih terjaga begitu nyaman. Wangi rambut panjang tergerai dan tubuh polos beraroma mawar itu begitu memabukkannya. Membuatnya tak pernah berhenti mencumbu.Rumi bergerak mengecupi pundak polos itu seraya menyibak rambut panjang tergerai itu. Setelahnya mengecupi sepanjang leher dan daun telinga mungil itu hingga membuat pemilik tubuh polos itu menggeliat.Gerta membalikkan tubuh dan mendapati Rumi mengecupi wajahnya menggoda. “Kamu udah bangun?”“Udah dari tadi. Mangkannya aku bangunin kamu.” Rumi menenggelamkan kepalanya di ceruk leher untuk mencumbu.

  • Mas Ganteng   Bab 94. Aku pengen pulang melanjutkan kegiatan kita

    Esok paginya kegiatan-kegiatan romantis menjadi pemanis kegiatan pengantin baru mereka. Gerta tampak manis mengenakan mini dress putih berpadu slippers. Sementara Rumi tampak kece dengan kaus hitam berpadu cargo pants cokelat dan sneakers. Mereka tampak satu meja menikmati hidangan Viennese breakfast yang berisi roti gulung, croissant, mentega, selai homemade

  • Mas Ganteng   Bab 93. Kamu bisa melakukan semau kamu

    Gerta mengangguk pelan.“Aku akan melakukannya pelan-palan, karena aku tahu ini adalah pertama kalinya buat kita berdua,” lirih Rumi.Gerta kembali mengangguk.“Kalau sakit, kamu bilang.”Gerta menelan ludah. “Kamu bisa lakukan semau kamu.”Rumi tersenyum. “I love you.”“I love you too.”Rumi kemudian memosisikan kepemilikannya pada lembah kenikmatan itu. Kedua tangannya memenjara kedua tangan Gerta di atas kepala. Setelahnya bergerak pelan menerobos masuk.“Ehm.” Gerta mengerang terpejam.

DMCA.com Protection Status