Home / Romansa / Mas Duda Nyebelin / 35. 'Okay, Dad!'

Share

35. 'Okay, Dad!'

Author: helloimironman
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sean merenggang lingkar dasinya yang terasa mencekat. Giginya menggeletuk, menahan kesal melihat kejadian di depan rumahnya. Ia berdecih, jengkel hati mengingat senyum Heera yang langsung mengembang ketika melihat kehadiran Arta di depan kosan. 

"Memangnya tadi bunda habis dari mana sama Om Arta? Kok dompet bunda bisa ada di Om Arta." 

Sean membuka gendang telinganya lebar saat samar-samar mendengar ucapan Keenan. Sepertinya urusan Arta dan Heera sudah selesai, lebih cepat dari perkiraan Sean. 

"Ken..." panggil Heera dengan nada segan, gadis itu menatap Keenan tak enak, seperti ingin mengatakan sesuatu tapi di tahan. 

"Bisa kamu panggil tante aja kalau di depan Om Arta?" lanjut Heera membuat raut wajah Keenan menurun. Sementara Sean mengepalkan tangannya usai mendengar hal itu. 

"Kenapa? tante Heera malu ya jadi bundaku?" tanyanya tersirat kesedihan. Heera langsung panik, ia tidak bermaksud demikian, hanya saja, ia tidak in

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Arum Kumala Dewi
wah aku g tau KL koin bisa kadaluarsa. harusnya bisa buat baca lebih banyak episode ...
goodnovel comment avatar
Zidan
Kerja sama anak bapak,... muantaffftt
goodnovel comment avatar
Julia Samuel
Sean jangan dipaksa takut nanti jadi bumerang,masa manfaatin Keenan ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Mas Duda Nyebelin   36. Salah Tingkah

    "Aku mau ikut bunda pulang." Seperti biasanya, selesai makan malam dan mencuci piring Heera akan lekas pulang ke kosan, tapi hari ini langkahnya tertahan sebab Keenan merengek minta ikut pulang bersamanya. "Udah malam, Ken. Nanti Ayah kamu marah." ujar Heera menolaknya secara halus. Sebenarnya Heera tidak keberatakan jika Keenan ikut ke kosan, tapi ini waktunya Keenan belajar dan mengerjakan tugas sekolah, Sean bisa marah jika anaknya di bawa begitu saja. "Tidak, bunda. Ayah tidak akan marah." Keenan tetap keras kepala, tangannya memegang erat kaos Heera pada bagian pinggang. Heera menghembuskan napas berat, dia jadi pusing sendiri. "Tumben kamu belum pulang, Ra" suara Sean menggema, pria itu datang bersama ponsel di tangannya, menatap Heera dan Keenan secara bergantian dengan wajah kebingungan. "Kenapa kamu masih di sini, Ken? tidak belajar?'" imbuh Sean bertanya kepada Keenan. "Aku mau ikut bunda pulang, Yah." cicit Keenan memi

  • Mas Duda Nyebelin   37. 'Nanti Saya Coba'

    "Eh, pak Sean." Celita tersenyum centik saat melihat Sean yang berdiri di depan pintu utama kosan. Wanita itu menyematkan rambutnya ke belakang telinga lalu tersenyum lebar. "Ada apa, pak? tumben ke sini." tanya basa-basi. "Bisa tolong kamu panggilkan Heera?" ujar Sean to the point lengkap dengan wajah datarnya, terlihat jelas kalau dia tidak menghiraukan Celita yang sedang tebar pesona. "Bisa, dong, pak! sebentar, ya." kata Celita kemudian berjalan menuju kamar Heera. Kelakuannya itu tak luput dari mata dan telinga Jessi, Anin dan Windy yang masih duduk berjejer di sofa ruang tengah. "Gue Tim Sehe, Sean-Heera.' celetuk Jessi sambil menatap datar Sean yang menunggu di depan pintu. "Me too! gila kali kalau gue tim Sece, Sean-Celita." timpal Anin yang juga sedang menatap sosok tampan yang berdiri beberapa meter darinya. "Sean pakai kaos oblong aja ganteng banget ya, beda sama pakde." celetuk Windy menyamakan Sean dengan suami dari pemilik kost y

  • Mas Duda Nyebelin   38. Sorry, I Choose Him

    Hari ini Heera sengaja bangun lebih pagi, selain untuk menghindari teman-temannya, Heera juga sudah ada janji bimbingan skripsi dengan sang dosen pagi ini, jadi ia ingin buru-buru menyelesaikan kerjaannya dirumah Sean. Dengan langkah mengendap-endap Heera keluar dari kamarnya, ia menghela napas lega saat melihat ruang tengah kosong, pintu kamar penghuni lain masih tertutup rapat, itu artinya mereka masih tertidur pulas. "Lho, Ra, tumben pagi banget." Heera langsung terlonjak kaget, ia hampir saja jantungan saat mendengar sapaan dari ibu kost yang sedang memasak di dapur. "He he, iya bu." sambil menggaruk tengkuknya Heera menjawab. Gadis itu berjalan menghampiri ibu kost bernama Riska yang sibuk bergelut dengan peralatan masak. "Mau aku bantuin, bu?" Heera mengambil pisau dan membantu Riska memotong wortel. "Eh, jangan, Ra. Sudah sana kamu pergi, nanti Keenan kesiangan, lho..." Riska mengambil alih pisau di tangan Heera, ia mendorong He

  • Mas Duda Nyebelin   39. Serangan Sean

    Suasana hati Sean benar-benar buruk hari ini. Segaris senyum pun tak sanggup ia terbitkan sejak hatinya remuk melihat Heera dan Arta duduk berdua di atas motor yang sama.Sean menatap lurus ke luar gedung kantornya, sorot matanya masih setajam tadi. Pria itu sedang sibuk dengan pikirannya sendiri hingga kerjaannya tidak sempat disentuh barang sedetikpun.Tangan Sean terkepal kesal, giginya bergeletuk mengingat kejadian tak mengenakan tadi pagi di depan rumahnya. Sean kira usahanya selama ini sudah membuahkan hasil, ternyata nol. Sean tidak mengira kalau menaklukan Heera akan sesulit ini. Bahkan Heera lebih memilih Arta dari pada dirinya yang sudah sejak lama memperlakukan layaknya ratu.Tapi, tentu saja Sean tidak akan mundur. Sekali pun saingannya pemuda tampan, tapi Sean rasa dirinya lebih unggul dari pada Arta. Jelas. Karena walaupun duda beranak satu, tapi ia kaya dan menduduki kursi terhormat di kantornya. Tidak seperti Arta yang masih kuliah dan belum jela

  • Mas Duda Nyebelin   40. Marah

    "Mas sengaja mau bikin aku malu? gak lucu tau, mas!"Heera langsung buka suara begitu mobil Sean sudah terparkir di depan rumah. Dia tidak terima karena merasa di permalukan. Saat Keenan memanggilnya dengan sebutan bunda di kampus tadi, semua orang yang berada di kantin mendengarnya, termasuk teman-teman Heera."Maksud kamu apa, Ra?" Sean kebingungan. Ia senang karena akhirnya Heera bukan suara, tapi bukan pertanyaan seperti ini yang ia harapkan."Kenapa mas dateng ke kampus aku gak bilang-bilang? Kenapa mas biarin Keenan manggil aku bunda di depan semua teman aku?"Kemarahan Heera sudah tidak dapat di bendung lagi. Ia menodong Sean dengan banyak pertanyaan. Kali ini Heera tidak bisa terus membiarkan Sean lancang bertindak sesukanya.Sementara Sean tercengang, tidak menyaka bahwa idenya akan membawa malapetaka seperti ini."Kamu tidak suka kalau Keenan panggil kamu bunda?" nada suara Sean terdengar lemah.Bola mata Heera melirik ke jo

  • Mas Duda Nyebelin   41. Cemas

    Seperti perempuan pada umumnya, Heera juga menyukai pria tampan. Melihat wajah teduh Arta dihadapannya kini membuat rasa emosinya sedikit terminimalisir. Memang sih, Sean juga tampan, lebih tampan dari Arta bahkan, tapi untuk saat ini entah kenapa paras menawan pria itu membuat Heera jengkel jika melihatnya. Tingkah konyol Sean siang tadi masih tersimpan jelas di kepala Heera dan belum bisa ia maafkan. "Nanti gue jelasin, sama anak-anak lain juga." Heera langsung buka suara sebelum Arta bertanya. Bahkan Arta tidak perlu mengeluarkan suaranya karena Heera sudah tau omongan apa yang akan keluar dari bibir pria yang mengenakan hoodie abu-abu itu. "Jelasin ke gue dulu, sekarang!" tekan Arta dingin. Sorot mata dan suaranya tidak selembut biasanya, menandakan kalau ada hal yang membuat Arta tersulut kesal. Heera menghembuskan napas pendek. Ia paham Arta marah karena salah paham, pria itu pasti menduga kalau Heera menyembuyika

  • Mas Duda Nyebelin   42. Maunya Apa?

    Untuk pertama kalinya hari ini Heera meminta libur. Dengan alasan tidak enak badan, padahal sebenarnya ia takut menemui Sean dan Keenan usai pertengkaran kemarin. Jam 10 pagi Heera masih goleran sambil main ponsel di atas ranjang. Membaca satu persatu pesan masuk dari Sean beberapa jam lalu yang baru Heera minat baca sekarang. Duda beranak satu itu menawarkan diri untuk menemaninya periksa ke rumah sakit, dan menanyakan Heera mau dibawakan makanan apa, tapi semua hanya Heera baca saja tanpa berminat untuk membalasnya. Tadi pagi Heera sempat mengintip kepergian Sean dan Keenan melalui jendela kamarnya, kedua laki-laki itu pergi dengan raut wajah tak secerah biasanya Heera sempat khawatir dan bertanya-tanya, juga sempat ragu untuk meliburkan diri karena takut tidak ada yang membuatkan sarapan untuk Sean dan Keenan. Nanti kalau Heera libur, siapa yang menyiapkan bekal untuk Keenan dan siapa yang membuatkan susu hangat untu

  • Mas Duda Nyebelin   43. Gak Dulu, Deh!

    Selepas dari sekolah Keenan, Heera pergi ke kosan Arta karena mereka sudah janjian mau kumpul di kosan pemuda itu.Tapi sialnya, pas Heera sampai di kosan Arta cuma ada Adelio, katanya Arta dan Vino sedang beli nasi padang, sementara temannya yang lain masih di jalan.Mau gak mau, Heera tetap masuk dan duduk cuek saja sambil pura-pura sibuk main hape. Hubungannya dengan Adelio masih tidak baik, selama cowok itu belum minta maaf padanya, Heera tidak akan sudi untuk ngobrol dengannya, apa lagi sampai menyapa lebih dulu."Lo masih marah sama gue, Ra?"Heera menaikan satu alisnya, menatap Adelio yang baru saja bersuara dengan kening mengernyit. Cowok di hadapannya itu tidak salah bicarakan? kenapa harus bertanya padahal sudah jelas kelakuannya saat itu membuat hubungan mereka renggang seperti sekarang. Itu tandanya, Heera tidak menganggap masalah ini sepele. Tentu saja, Heera marah."Lo ngomong sama gue?" ketus Heera. Tak segan ia pasang wajah songongn

Latest chapter

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part [Tamat]

    Sean menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya beserta sang istri. Dengan tak sabaran pria itu menanggalkan daster Heera yang kenakan. Melihat gunung kembar Heera yang menganggur didepan mata, segera ia gunakan mulut serta tangannya untuk bekerja. Tidak perlu di jelasin apa yang Sean lakukan saat ini, karena ya, memang yang sedang pria itu lakukan sesuai dengan isi kepala kalian sekarang. Heera melenguh di antara tidurnya. Tentu wanita hamil itu tertegun saat membuka mata dan mendapati Sean sedang bersarang di tempat favorit suaminya. Memasuki bulan kelahiran, Sean dan Heera sepakat untuk puasa alias tidak melakukan hubungan badan. Tapi tetap saja, soal menyusu sudah menjadi aktivitas rutin Sean setiap malam. Terkadang Heera juga memuaskan suaminya itu dengan segala cara yang bisa ia lakukan. Tangan Sean bekerja dengan baik saat ini, memijat dan memainkan payudara sintal sang istri yang makin membesar karena efek kehamilan. Gairah Sean tak terelakkan begitu mendengar desahan H

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 10

    Beberapa Tahun Kemudian... "Pegang tangan abang, Kel." perintah Keenan sambil tersenyum lembut, ia lantas menggenggam erat tangan mungil sang adik kesayangannya dengan sigap setelah mereka keluar dari mobil. Saat ini kakak beradik itu tengah berjalan menuju sebuah taman kanak-kanak tempat Keela bersekolah. Ya, Shakeela Isyana Rangadi, putri kedua Sean dan Heera. "Ayah, ayo cepetan." ujar Keela dengan suara menggemaskan. Ia tidak sabaran ingin bertemu teman-temannya, sementara Sean sedang mengeluarkan tas dan totebag berisi kotak bekal yang Heera buatkan untuk Keela. "Sabar dong, Sayang. Ayo, pegang tangan ayah." Sean menyampirkan tas berwarna pink milik Keela ke pundaknya, lalu tangan kanannya yang bebas ia gunakan untuk menggandeng tangan mungil Keela. Sambil dituntun dua bodyguard yang selalu menjaganya Keela berjalan memasuki halaman sekolahnya, seorang guru menyapanya dengan senyum manis seperti biasa. "Pagi, Keela." "Pagi, Bu Vira." jawab Keela setelah menyalimi tangan sang

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 9

    "Kamu di mana, Ra?" Heera merapatkan bibirnya, mendengar suara rendah Sean, sepertinya pria itu sudah menunggunya pulang di rumah."Aku masih di mall, mas.""Masih sama Jessi?" Beberapa detik Heer terdiam, pandangannya menoleh ke arah Jessi dan dua pria yang baru saja dikenalnya. Yang satu teman kencan Jessi, yang satu lagi adalah teman dari teman kencannya Jessi. "I-iya, masih dong." Heera tak berbohong, ia memang masih bersama Jessi, hanya saja istri Sean itu tidak berterus terang kalau ada dua pria yang bersamanya sekarang. "Pulang. Keenan nyariin kamu. Mas tunggu." ucapan Sean yang menekan disetiap kalimat dan langsung mematikan sambungannya begitu saja membuat Heera membatu di tempat. Heera takut, kenapa Sean bersikap demikian? Apa ia mengetahuinya? Kepala Heera spontan menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari radar Sean, tapi tidak menemukan. "Siapa?" Rakha, pria yang duduk dihadapan Heera bertanya saat melihat kepanikan yang melanda wajah Heera. "Suami aku. Aku udah disuruh

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 8

    "Mas, aku boleh keluar gak sama Jessi?" Heera bertanya, menatap dengan pandangan sedikit ragu kearah Sean yang baru saja mendudukan diri di atas sofa. Ini sudah sore, dan Sean baru bangun dari tidurnya. Pria itu langsung istirahat setelah menyetir perjalanan panjang dari rumah mertuanya. "Mau kemana, Sayang?" tanya Sean sambil mengusak rambutnya yang sedikit aut-autan. Melihat itu, tangan Heera jadi gatal dan ikut merapikan rambut sang suami. "Mau jalan aja, udah lama juga aku gak jalan sama Jessi." jawab Heera. Sean manggut-manggut. Semenjak menikah, Heera memang jarang keluar bersama temannya, selain karena kadang Sean larang, tapi Heera juga memikirkan Keenan. Siapa yang akan menjaga anak itu jika ia pergi? Meski beberapa kali Heera mengajak Keenan saat ngumpul bersama temannya. Itu pun kalau Sean izinkan."Ngajak Keenan?" tanya Sean. Heera terdiam sesaat, sebelum menggeleng perlahan. "Kasihan Keenan habis pergi jauh, lagian kan ada Mas di rumah." Alasan Heera menerima tawaran J

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 7

    "Gimana ngurus suami sama anak kamu, gak ada kesulitan, kan?" Heera yang sedang menyiram tanaman di halaman lantas menoleh ke arah Prima yang lagi duduk di kursi teras. Sebelum menjawab, Heera tertawa kecil lebih dulu. "Gak ada kok, Bu. Mas Sean sama Keenan gampang diurusnya." jawab Heera dengan nada guyon. "Coba kamu duduk sini dulu bentar, Ra." perintah Prima, meminta Heera untuk duduk di kursi kosong di sebelahnya. Saat ini di rumah hanya ada mereka berdua karena Keenan, Sean dan Rahel sedang bersepeda. Kebetulan sekarang sudah sore, cuacanya cocok untuk bermain di luar rumah. Tanpa membantah, Heera mematikan keran air lebih dulu kemudian duduk di sebelah sang Ibu. Raut wajah Heera tampak serius mengikuti mimik milik Prima. "Ada apa, Bu?" tanya Heera penasaran. Tidak biasanya sang Ibu tampak hendak membicarakan hal serius begini. "Tadi Sean minta di do'akan supaya kamu cepat isi. Memangnya kamu sudah siap memberikan Sean

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 6

    "Masih sakit perutnya, Sayang?"Heera yang sedang memainkan ponselnya di atas ranjang spontan menoleh dan mendapati Sean yang baru saja memasuki kamar. "Udah gak sesakit tadi," jawab Heera seraya meletakan ponselnya. Atensinya kini terfokus penuh pada Sean yang baru saja merebahkan badannya disamping sang istri. Tangan Sean bergerak, menyelinap masuk ke dalam piyama Heera lalu mengusap-usap hangat perut istrinya itu. "Syukurlah," katanya. "Mas mau nanya boleh?" sambung Sean membuat Heera mengernyitkan keningnya. "Nanya apa, Mas?" "Kamu pernah ketemu Ayah kamu di sekolah Keenan?" to the point. Sean tidak ingin ada rahasia diantara ia dan Heera. Meski Sean tahu Heera sedang berusaha menutupi hal ini darinya.Heera diam sesaat, seakan tertangkap basah rahasianya. Tapi dengan ragu cewek itu mengangguk, lengkap dengan wajah penuh sesalnya. "Iya. Tapi Ayah seperti gak kenal aku." lirih Heera tersirat kesedihan. Ia masih ingat bagaimana sikap Juni ketika bertemu dengannya dan Keenan beb

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 5

    "Kita gak pernah bertemu, tapi kamu mengenali saya." Sean tersenyum tipis. Saat ini ia sedang berbicara empat mata dengan Juni di salah satu kafe yang jaraknya tidak jauh dari sekolah Keenan. Sebenarnya, Sean sudah menolak ajakan Juni karena ia khawatir meninggalkan Heera sendirian di rumah, tapi Juni memohon dan meminta waktu Sean. Karena sungkan, Sean tidak ada pilihan lain. "Tidak mungkin saya tidak mengenal mertua saya sendiri," jawab Sean. Ia memang tidak pernah bertemu langsung dengan Juni, tapi bukan Sean namanya kalau tidak bisa mendapatkan informasi orang-orang yang berhubungan dengan Heera. Kalau sekedar mencari identifikasi Juni saja dalam satu menit pun bisa Sean dapatkan."Satu minggu lalu saya bertemu Heera saat sedang mengambil rapot untuk Keenan." ujar Juni membuat Sean tak bergeming. Heera tidak mengatakan apapun tentang hal itu. "Jadi, Keenan anak kalian?" imbuh Juni dengan kerut yang tercetak di keningnya. "Tapi, setahu saya

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 4

    "Sayang, you okay?" Sean bertanya khawatir kepada Heera yang meringkuk bak janin di sampingnya. Disentuhnya pundak telanjang Heera yang berkeringat dingin, sepasang mata Sean yang sayup-sayup terbuka seketika langsung sepenuhnya terjaga melihat wajah sang istri yang pucat dan banjir keringat. Tangan Heera mencengkram lemas lengan Sean, sementara satu tangannya memegangi perutnya. "Aku mens," lirih Heera tampak kesakitan. Punggung tangan Sean jatuh di kening Heera, mengusap keringat istrinya sebelum menyibak selimut dan melihat banyak darah menodai seprai. "Maaf..." lirih Heera lagi penuh sesal. Heera mencoba menegakan tubuhnya, tapi tidak bisa karena nyeri yang menjalar di perutnya luar biasa mencengkram. Sean menggeleng, mengecup telapak tangan Heera sesaat sebelum menggotong badan mungil Heera dan memindahkannya ke sofa panjang di sudut ruangan. Langkah cepat Sean berjalan menuju lemari pakaian, mengambil celana milik Heera berserta dalaman, tak lup

  • Mas Duda Nyebelin   Ekstra Part 3

    "Cantik ya istrinya Sean," Heera tersenyum malu, lantas menunduk sopan kepada Mira -Teman Lucia- yang baru saja memujinya. "Kalau kata Keenan, Ayahnya cuma suka sama cewek cantik. Cantik hati dan parasnya, seperti Heera." timpal Lucia menambahi, semakin membuat Heera menunduk dalam."Sudah isi belum?" tanya Mira tiba-tiba. Lucia menatap Heera dengan wajah tak enak hati. Ia tahu pertanyaan Mira mungkin mengganggu anak menantunya itu. "Belum. Masih mau fokus mengurus Keenan dulu, Tan." jawab Heera tersenyum kalem. Mira manggut-manggut, "Anak saya dulu belum sebulan nikah sudah hamil. Sekarang anaknya udah tiga, jaraknya cuma beda satu tahun." curhat Mira. "Memang sih kalau anaknya banyak istrinya jadi lebih repot, tapi keluarga mereka tambah seru lho karena banyak anggotanya." imbuhnya diakhiri tawa renyah.Tangan Lucia terulur dan jatuh dipunggung sempit Heera, mengusap lembut di sana. "Maklum bu, Heera masih muda. M

DMCA.com Protection Status