0. "Diandra Diandra. Ternyata kamu ada sisi kayak gininya juga ya," ucap Zaid. "Maksudnya gimana Mas?" Tanya Diandra. "Iya sisi yang kayak gini, peduli terhadap orang tua.as belum pernah ngeliat," Ucap Zaid. "Ohh gitu," Ucap Diandra. "Ya udah kalau gitu ayo buruan Mas! Apa biar saya aja yang nyetir ya?" Tanya Diandra. "Engga, biar Mas aja. Ini juga mau berangkat. Bismillah," ucap Zaid. Hampir sejam di jalanan karena macet sore hari, Diandra dan Zaid akhirnya tina di rumah Ibu Diandra. "Assalamu'alaikum," ucap Diandra. "Walaikumsalam," jawab Bu Rina. Diandra langsung masuk ke rumah meninggalkan Zaid, sedangkan Zaid menyusul di belakang Diandra. "Ibu ads yang perlu dibantu lagi gak Bu? Ibu masak apa tadi?" Tanya Diandra. "Semuanya udah Ibu persiapkan Di, kamu gak perlu khawatir. Rinal juga udah pulang, sengaja Ibu suruh pulang cepat buat nyambut Papa mertua kamu. Biar gak Canggung," Jelas Bu Rina. "Oh iya Bu, makasih ban
"Saya pikir pendapat Mba Diandra dan pendapat kedua orang tua Mas Zaid sama sama benar, tapi.." Rinal berhenti berucap. "Tapi apa Mas Rinal?" Tanya Pak Zola. "Mempublikasikan pernikahan keduanya lebih baik menurut saya. Agar tidak ada simpang siur yang akan mengungkit kejadian ini di Suatu hari nanti. Tentang privasi yang Mba Diandra maksud mungkin setelah acara resepsi digelar nanti, Mas Zaid harus lebih menjaga Mba Diandra dengan baik.""Persaingan bisnis dan juga hal lain yang menyangkut Pak Zaid dan Ibu, Bapak pasti akan memperngaruhi kehidupan Mba Diandra kedepannya. Dan untuk bagaimana keduanya menikah, tidak perlu dipublikasikan. Biarlah publik yang berspekulasi sendiri. Begitu menurut saya, Pak, Bu.""Mas Rinal sangat bijaksana bila dibandingkan dengan kita semua yang ada disini. Bagaimana Bu, Diandra?" Tanya Pak Zola. "Saya setuju," ucap Zaid. "Kamu Di?" tanya Zaid. "Kalau begitu saya setuju," ucap Diandra. Pembicaraan hari itu berjalan
"Iya, liat aja! Nama calonnya Pak Zaid juga dipublikasikan!""Siapa?" Tanya Bianca. Bianca segera menyambut ponsel Sisi. "Oh my god. Aku gak percaya!" Ucap Bianca. Ia tidak menyangka tebakan dari rekan rekannya itu benar. "Kenapa Bi?" Fifi bergantian mengambil ponsel Sisi. Fifi membaca langsung nama siapa yang ada disana. Nama seseorang yang sangat mereka kenal, yaitu Diandra Dikara. "Subhanallah, ternyata Bu Diandra.." Fifi sulit berkata-kata. Sementara itu, ponsel Diandra mendapatkan banyak notifikasi dari banyak orang. "Ponselnya dari tadi berdering loh Di. Siapa yang nelpon kamu?" Tanya Farid. "Biarin aja Pak. Sebentar lagi pembicaraan kita selesai kok Pak. Nanti kalau ada yang penting saya telepon balik.""Oh iya," ucap Farid. Tidak hanya Diandra, ponsel Jojo juga mendapat banyak notifikasi. Hanya saja Jojo mengaktifkan mode silent. Berselang 20 menit, pembicaraan Diandra dan juga Farid usai juga. "Terimakasih banyak Pak," Jojo mengulurkan tangannya. "Sama sama Pak J
"Srekkk.." Tirai fitting dibuka. Diandra muncul dengan menggunakan kebaya berwarna Putih gading dan juga mengenakan kerudung. 'Cantik,' batin Zaid. "Cantik sekali," ucap Bu Tata. "Gimana Bu, Ma?" Tanya Diandra. "Bagus sayang," ucap Bu Rina. "Mas? Gimana?" Tanya Diandra. "Hemm..apa?" Zaid tidak siap dengan pertanyaan Diandra. "Gimana? Apa kebayanya bagus Saya kenakan?" Tanya Diandra?""Bagus Di. Gak usah coba yang lain. Yang ini aja untuk akadnya," Jawab Zaid. "Luar biasa. Seolah olah bajunya sengaja dibikin untuk kamu Diandra. Beautiful," Ucap Uncle Gie. "Makasih," Jawab Diandra. Usai menentukan pilihan pada kebaya itu untuk dipakai akad, Diandra mencoba dua gaun yang akan digunakan untuk resepsi pernikahannya. "Kayaknya yang ini terlalu meraih gak Mba?" Tanya Diandra. Diandra masih di dalam ruangan fitting bersama dengan dua orang Pegawai butik yang membantunya memakai gaun. "Engga Mba. Ini sangat pas dan cantik M
"Kita makan sate aja yuk Mas. Saya udah laper banget," Ucap Diandra. "Iya boleh, mau makan sate dimana?" Tanya Zaid. "Nah itu saya gak tahu dimana yang enak Mas. Jarang banget saya beli sate, kalau iya pun pengen makan sate selalu Rinal atau temen yang ngajakin.""Hohh.. Mas tau dimana yang enak kok. Sate Madura tapi? Doyankan?""Doyan," ucap Diandra. Setelah itu, obrolan mereka terhenti dan menjadi hening kembali. "Hemm.. Diandra," Panggil Zaid. "Apa Mas?" Sahut Diandra. "Pangggilan kamu bisa diubah gak?""Panggilan kamu ke diri kamu kalau lagi bicara sama Mas.""Maksudnya?" Diandra belum mengerti. "Kata kata saya itu, kenapa kamu formal banget ngomong sama Mas. Ganti panggilan saya ke panggilan lain dong!""Bukannya lebih bagus kalau tetap saya Mas. Biar di kantor juga gak kelepasan, jadi gak formal gitu.""Ganti Diandra. Gak enak kedengerannya di telinga Mas," ucap Zaid. "Kalau gitu ganti jadi Dian aja gimana Mas? Sa
"Kamu gak Papa kan? Kenapa lama banget di dalam sana?""Saya agak mules Mas. Sambil scrol sosmed juga.""Kamu tuh ya, buat Mas khawatir aja. Mas kira kamu kenapa napa di dalam sana.""Hem.. Ya enggak Mas! Dian baik baik aja kok.""Syukurlah kalau kamu baik baik aja. Ya udah, kita tidur aja yuk!""Hemm.."Esok harinya, keadaan kantor masih cukup gempar. Pernikahan Diandra dan Zaid akan diadakan esok hari. Pagi ini Diandra ke kantor lebih awal untuk mengerjakan pekerjaannya. "Bu Diandra!" Panggil Bianca. Diandra segera menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya. "Hai Bi," Jawab Diandra. "Bu, berita pernikahan Ibu dan Pak Zaid sangat menghebohkan kemarin. Kami semua sangat terkejut Bu.""Benarkah?" Tanya Diandra. Bianca segera menganggukkan kepalanya. "Maaf telah mengejutkan kalian semua," Ucap Diandra. "Gak masalah Bu, tapi berita ini sangat luar biasa. Gimana ceritanya Bu?""Cerita apa?""Ibu bisa menika
"Semoga keputusan Mba Diandra itu benar. Saya pribadi ingin Mba Diandra hidup bahagia. Bukannya karena itu Mba Diandra menunggu sangat lama sebelum memutuskan untuk menikah.""Saya tahu Bi, terimakasih selalu mengerti saya.""Kami ingin melihat Mba hidup bahagia, dan labih sering tersenyum mulai hari ini," Ucap Jojo mengakhiri pembicaraan. "Aamiin. Ayo pesan makanannya!" Ucap Diandra. Selepas makan malam, mereka semua berpisah dan pulang menuju rumah masing-masing. "Mba naik apa?" Tanya Jojo. "Saya pulang naik taksi aja Jo. Idsh pesan taksi online kok.""Oh iya Mba. Kalau gitu saya temenin sampai taksinya datang ya Mba," ucal Jojo. "Iya boleh," Jawab Diandra. Tidak hanya diam diaman, Jojo mengajak Diandra mengobrol. "Gimana rasanya akan segera menikah Mba?" Tanya Jojo. "Entahlah Jo. Rasanya sangat aneh! Sebentaragi ada yang berubah dalam kehidupan saya. Peran dan tanggung jawab yang lebih lagi.""Saya juga ingin sekali menikah
"Woi Bi, nangis kamu?" Tanya Fifi. "Iya nih, serius nangis kamu Bi?" Tanya Jojo. "Jangan ditanyai gitu dong, aku jadi tambah pengen nangis. Hikss.. Hiks..""Siapa yang nangis sih! Hikss.. Hikss..""Itu loh! Siapa lagi kalau bukan kamu?""Hikss.. Hiks.." Tega banget kalian ngeledekin aku."Ya biarin. Cengeng sih," Ucap Jojo. "Udah udah. Jangan berantem," ucap Fifi. Usai mereka sedikit ribut, acara dilanjutkan dengan sedikit prosesi adat. "Mas, pake acara ginian juga?" Bisik Diandra. "Mas gak tahu Di. Kan Mama yang menyiapkan semuanya," Jawab Diandra. "Susah Dian mau jalannya Mas. Apalagi sungkem," protes Diandra. "Mas bantuin Di. Pelan pelan aja, yuk bisa!""Astaghfirullah," Diandra menahan kekesalan dalam hatinya. Ia tidak tahu harus marah sama siapa. Yang ia mampu lakukan hanya mengikuti saja acara ini sampai usai. Belum lagi nanti malam. Tamu yang berasal dari rekan bisnis Zaid dan keluarga besarnya juga akan tiba. Diandra juga tidak mengenal mereka siapa tapi tetap harus t