"Kita makan sate aja yuk Mas. Saya udah laper banget," Ucap Diandra.
"Iya boleh, mau makan sate dimana?" Tanya Zaid."Nah itu saya gak tahu dimana yang enak Mas. Jarang banget saya beli sate, kalau iya pun pengen makan sate selalu Rinal atau temen yang ngajakin.""Hohh.. Mas tau dimana yang enak kok. Sate Madura tapi? Doyankan?""Doyan," ucap Diandra.Setelah itu, obrolan mereka terhenti dan menjadi hening kembali."Hemm.. Diandra," Panggil Zaid."Apa Mas?" Sahut Diandra."Pangggilan kamu bisa diubah gak?""Panggilan kamu ke diri kamu kalau lagi bicara sama Mas.""Maksudnya?" Diandra belum mengerti."Kata kata saya itu, kenapa kamu formal banget ngomong sama Mas. Ganti panggilan saya ke panggilan lain dong!""Bukannya lebih bagus kalau tetap saya Mas. Biar di kantor juga gak kelepasan, jadi gak formal gitu.""Ganti Diandra. Gak enak kedengerannya di telinga Mas," ucap Zaid."Kalau gitu ganti jadi Dian aja gimana Mas? Sa"Kamu gak Papa kan? Kenapa lama banget di dalam sana?""Saya agak mules Mas. Sambil scrol sosmed juga.""Kamu tuh ya, buat Mas khawatir aja. Mas kira kamu kenapa napa di dalam sana.""Hem.. Ya enggak Mas! Dian baik baik aja kok.""Syukurlah kalau kamu baik baik aja. Ya udah, kita tidur aja yuk!""Hemm.."Esok harinya, keadaan kantor masih cukup gempar. Pernikahan Diandra dan Zaid akan diadakan esok hari. Pagi ini Diandra ke kantor lebih awal untuk mengerjakan pekerjaannya. "Bu Diandra!" Panggil Bianca. Diandra segera menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya. "Hai Bi," Jawab Diandra. "Bu, berita pernikahan Ibu dan Pak Zaid sangat menghebohkan kemarin. Kami semua sangat terkejut Bu.""Benarkah?" Tanya Diandra. Bianca segera menganggukkan kepalanya. "Maaf telah mengejutkan kalian semua," Ucap Diandra. "Gak masalah Bu, tapi berita ini sangat luar biasa. Gimana ceritanya Bu?""Cerita apa?""Ibu bisa menika
"Semoga keputusan Mba Diandra itu benar. Saya pribadi ingin Mba Diandra hidup bahagia. Bukannya karena itu Mba Diandra menunggu sangat lama sebelum memutuskan untuk menikah.""Saya tahu Bi, terimakasih selalu mengerti saya.""Kami ingin melihat Mba hidup bahagia, dan labih sering tersenyum mulai hari ini," Ucap Jojo mengakhiri pembicaraan. "Aamiin. Ayo pesan makanannya!" Ucap Diandra. Selepas makan malam, mereka semua berpisah dan pulang menuju rumah masing-masing. "Mba naik apa?" Tanya Jojo. "Saya pulang naik taksi aja Jo. Idsh pesan taksi online kok.""Oh iya Mba. Kalau gitu saya temenin sampai taksinya datang ya Mba," ucal Jojo. "Iya boleh," Jawab Diandra. Tidak hanya diam diaman, Jojo mengajak Diandra mengobrol. "Gimana rasanya akan segera menikah Mba?" Tanya Jojo. "Entahlah Jo. Rasanya sangat aneh! Sebentaragi ada yang berubah dalam kehidupan saya. Peran dan tanggung jawab yang lebih lagi.""Saya juga ingin sekali menikah
"Woi Bi, nangis kamu?" Tanya Fifi. "Iya nih, serius nangis kamu Bi?" Tanya Jojo. "Jangan ditanyai gitu dong, aku jadi tambah pengen nangis. Hikss.. Hiks..""Siapa yang nangis sih! Hikss.. Hikss..""Itu loh! Siapa lagi kalau bukan kamu?""Hikss.. Hiks.." Tega banget kalian ngeledekin aku."Ya biarin. Cengeng sih," Ucap Jojo. "Udah udah. Jangan berantem," ucap Fifi. Usai mereka sedikit ribut, acara dilanjutkan dengan sedikit prosesi adat. "Mas, pake acara ginian juga?" Bisik Diandra. "Mas gak tahu Di. Kan Mama yang menyiapkan semuanya," Jawab Diandra. "Susah Dian mau jalannya Mas. Apalagi sungkem," protes Diandra. "Mas bantuin Di. Pelan pelan aja, yuk bisa!""Astaghfirullah," Diandra menahan kekesalan dalam hatinya. Ia tidak tahu harus marah sama siapa. Yang ia mampu lakukan hanya mengikuti saja acara ini sampai usai. Belum lagi nanti malam. Tamu yang berasal dari rekan bisnis Zaid dan keluarga besarnya juga akan tiba. Diandra juga tidak mengenal mereka siapa tapi tetap harus t
"PLAKK!!" suara tamparan keras melengking di ruangan itu. Diandra segera memegangi pipinya yang terasa kebas dan perih karena menjadi pelampiasan dari orang yang melayangkan tamparan. "Ada apa ini?" Tanya Zaid. Zaid muncul dari tirai yang menjadi penghalang dirinya yang sedang berganti pakaian dengan staf yang membantu Diandra berganti pakaian dan membuka aksesoris. "Mas Zaid?" Sosok yang menampar Diandra terkejut. "Apa yang kamu lakukan?" Tanya Zaid. Zaid melihat wajah Diandra yang merah akibat tamparan sosok itu."Maya, jawab pertanyaan Mas! Apa yang maju lakukan sama Diandra?""Hemm.. Itu.." "Semuanya keluar sekarang!" Perintah ZaidPara staf yang membantu Diandra tadi keluar ruangan. "Itu.. Itu.. Maaf Mas. Maafin Maya Mas. Maya gak rela Mas Zaid menikah dengan Diandra.""Itu kenyataannya Maya. Diandra ini gadis yang baik.""Dasar wanita murahan. Pasti Diandra menggoda Mas Zaid kan? Jika tidak, mana mungkin Mas Zaid mau menik
"Diandra, lihat saya! Hei..!" Zaid merasa bersalah. Ia tidak bermaksud membela Maya, tapi malah membuat Diandra salah paham. "Gak, Diandra gak marah kok. Udah ayuk kita pulang Mas!""Diandra, hei!" Zaid menghentikan langkah Diandra. Digenggamnya lengan Diandra. "Diandra cape Mas, ayo pulang!" Ucap Diandra. Susah payah Diandra melepaskan lengannya dari genggaman Diandra. Diandra berjalan lebih dulu meninggalkan Zaid. Ia tidak ingin membahas hal ini lebih lanjut. Jika Zaid tidak menyusulnya, Diandra berencana naik taksi saja. "Diandra! Tunggu Mas," Zaid menyusul Diandra. ***Setelah tiba di rumah, Diandra langsung mandi dan bersiap untuk tidur. Perutnya terasa lapar, tapi Diandra enggan bicara dengan Zaid. "Di, kamu belum makan malam loh! Mau Mas bikinin makan malam atau kita pesan online aja ya, hem?""Engga, udah ngantuk Mas. Kamu aja!""Yakin. Mas mau masak Mie instant aja, kamu mau gak?" Tanya Zaid. "Engga," Jawab Diandra.
0. "Iya mirip ya Mas!" Mata Diandra membelalak melihatnya."Iya, Mas gak bohong loh!""Tapi kok bisa ya Mas? Waktu kamu ngelihat aku pertama kali gimana perasaan kamu?""Hemm.. Waktu itu.." Zaid berpikir. "Gimana Mas?""Sabar.. Mas masih mikir Di," ucap Diandra. "Penasaran banget Diandra Mas!"Flasback on. Hari dimana Diandra mengikuti wawancara di kantor Zaid. "Coba perkenalkan diri kamu!" Ucap salah satu Pewawancara. Sedangkan Zaid masih membaca CV milik Diandra. Dengan teliti, Zaid mengecek setiap profil calon pegawainya yang sampai di tahap akhir. Dia hanya ingin pekerjaan yang benar-benar bersungguh-sungguh dalam bekerja. "Assalamu'alaikum, selamat siang. Perkenalkan, nama Saya Diandra Dikata. Motivasi saya bergabung di perusahaan ini selain karena jurusan saya relevan dengan posisi yang saya lamar, yaitu saya memiliki sentuhan yang pasti akan menghadirkan sensasi baru di perusahaan ini! Selain itu juga..""Kamu ya
“Mas bangun! Apa kamu gak ke kantor?” tanya diandra.“Ngapain ke kantor Di. Ini waktunya kita libur, bebas tanpa hambatan.”“Iya sih berlibur itu enak Mas. Tapi ini bukan waktu yang tepat untuk berlibur. Kita punya banyak pekerjaan yang menanti.”“Iya Mas tahu, tapi ini bukan waktunya kita ke kantor Di. Orang orang akan membicarakan kita. Mana ada pasangan yang baru menikah langsung masuk kantor. Orang orang akan menertawakan kita, Diandra.”“Oh karena itu, bilang dari tadi dong Mas. Diandra pikir karena apa.”“Ya udah, tidur lagi ajah!” ucap Zaid.“iya iya .” Diandra kembali merebahkan dirinya, padahal dirinya sudah selsai mandi dari tadi.“Tau gini diandra males malesan aja Mas.”“Kamu gak ada nanyain Mas sih Di.”“Iya juga sih, maaf udah menyalahkan kamu Mas. Oh iya Mas, Dian kok bisa ada di tempat tidur saat membuka mata Dian ya? Kemarin Dian sedang menonton televisi dan terjaga ada sudah di tempat tidur aja.”“Dedemit yang mindahin kamu Di. Mas ngeliat kemarin kamu juga ada di d
"Apa Al, kamu ngomong apa tadi?" Tanya Diandra. "Anu.. Oh.. Itu.." Jawab Aldo terbata-bata. "Enggak Mha. Mba slah denger. Saya gak ada ngomong apa apa. Benerkan Mas Zaid.""Iya sayang, Aldo gak ada ngomong apa apa kok. Kamu kecapean aja mungkin, jadi kedengeran sesuatu," ucap Zaid. Padahal Zaid tadi jelas jelas mendengar ucapan Aldo. Zaid mengerti ada maksud lain dari kepulangan Farid yang berhubungan dengan Diandra. Entah apa itu, yang pasti mereka berdua pasti pernah punya hubungan lain. 'Mereka akan sering ketemu sekarang. Aku harus tahu apa hubungan mereka dulu!' Batin Zaid. "Mungkin iya kali ya Mas," Ucap Zaid. "Ya udah, kalau gitu kami duluan ya Dik, Al." Kaki ini Zaid ingin segera pergi dari sana. "Asalamualaikum," Ucap Zaid dan Diandra. "Walaikumsalam," Jawab kedua Pemuda yang masih berusia belasan tahun itu. Diandra dan Zaid melanjutkan perjalanan mereka, "Kita mau kemana lagi, Mas?" Tanya Diandra. "Pulanglah! Kemana lag