Brukkk!!"
"Auuu.." Diandra menengadah ke atas."Apa apaan kamu, May?" Tanya Diandra. Diandra kesulitan bangkit, pinggangnya terasa sangat sakit."Hahah.. Itu karena kamu terlalu lancang Diandra. Bisa bisanya membuat saya kesal.""Kejam, jahat!" Ucap Diandra.Sementara itu, Zaid langsung berlari ke arah dapur mendengar suara seperti orang yang sedang terjatuh."Astaghfirullah, kamu kenapa sayang?" Zaid membantu Diandra."Diandra tadi kepeleset Mas. Maya baru aja mau ngebantuin, udah keduluan sama Mas.""Iya sayang?" Tanya Diandra.Diandra menggangguk saja."Mas, pinggang Diandra sakit banget, gimana kalau Diandra kenapa napa Mas.""Kita ke rumah sakit aja yuk Sayang!" Ajak Zaid."Iya Mas. Beneran sakit banget." Diandra memasang topengnya. Rasa sakitnya tidak sesakit itu."Ayo sayang," Zaid memapah Diandra.Wajah Maya merah padam melihat kemesraan keduanya. Dadanya terasa sangat panas bagai air yang mendidih.'DaGak mungkin sebentar lah, pasti lama. Diandra, apes banget kamu yah!' Diandra menyesali kebahagiaan yang tadi sejenak ia rasakan saat Zaid mengutarakan perasaannya."Ngeselin banget ah!"Diandra tetap mengantri, sudah terlanjur juga. Diandra tinggal menunggu tiga orang lagi sebelum gilirannya. "Mas pesan tiga porsi ya!""Baik Mba."Setelah mendapatkan pesanannya Diandra memesan taksi online. Bawaannya lumayan banyak jika pesan ojek online. "Sesuai aplikasi ya Mba?""Iya benar Mas.""Baik Mba. Oh iya, Mba mau kemana ini Mba kalau boleh tau?""Rumah Ibu saya, Mas.""Ohh.. Libur kerja ya Mba?""Iya Mas, saya udah nikah. Tinggalnya pisah dari orang tua saya.""Hohh.. Pantesan. Keliatan aura pengantin barunya Mba.""Pengantin baru apaan Mas, udah dua bulan lalu saya nikah.""Oh itu masih baru Mba namanya.""Rasanya udah lama banget Mas. Suami saya ngeselin banget," Diandra curcol colongan. "Hahahha.. Maaf ya Mba. Saya gak
"Belanja, beli lah Ri. Mbamu mumpung lagi royal.""Oke Mba."Diandra benar benar melakukan apa yang dikatakannya.Diandra membelikan Bu Rina dan Rinal pakaian dan akan mentraktirnya makan. "Mba kita makan disana aja!" Ajak Rinal. "Iya boleh, ayo Bu, Ri!"Diandra menggandeng Bu Rina masuk, disusul oleh Rinal. Di dalam sana, saat akan memilih posisi duduk, Diandra melihat sosok yang sangat dikenalnya. 'Mas Zaid, ngapain disini?' Pikir Diandra. Bu Rina dan Rinal juga melihat Zaid.Mereka berusaha untuk menyapa Zaid yang juga melihat ke arah mereka, berbeda dengan Diandra yang langsung buang muka. Diandra dan keluarganya sudah mendapatkan meja dan kini sedang memesan makanan. Sedangkan Zaid baru saja berpisah dengan rekan bisnisnya. Setelah itu, barulah Zaid bergerak menghampiri mereka. "Ibu," Zaid menyalami Bu Rina. "Ri," Zaid bersalaman dengan Rinal. "Oh, ternyata Mas Zaid memang beneran kerja ya?" Goda Rinal. "Emangnya Diandra ngomong apa, Ri?" Tanya Zaid. "Oh.. Itu aja sih
"Ihh, apa gak jorok Mas?""Enggak lah, enak malahan sayang.""Enak dari mananya?""Iya enak aja.""Udah fokus aja ke jalan aja Mas. Kamu gak fokus bawa mobilnya dari tadi loh Mas.""Mana ada mas gak fokus sayang, fokus nih!""Iya kalau fokus kenapa dari tadi ngisengin Diandra mulu, Mas.""Cantik kalau lagi ngambek sayang. Makin cantik malahan.""No sense banget.""Udah cepet buka mulut Mas, biar Diandra suapin cireng aja. Dari tadi ngoceh terus. Khawatir bisa ribut kita entar nih!""Aa.." Zaid membuka mulutnya. "Makan yang banyak Mas, biar cepat habis."Zaid menatap Diandra sambil terus mengunyah makanan, 'Ujungnya aku juga yang disuruh ngabisin makanan.'"Kenapa ngeliatin Diandra kayak gitu Mas?""Kamu beli makanannya banyak banget, yang makan Mas sayang, kenyang banget Mas.""Biarin, biar kayak Bapak Bapak komplek, makmur.""Diandra, jahat banget!" Zaid mencubit manja lengan Diandra. "Lagi lagi KDRT ya Mas, saki
"Emangnya kenapa Pak? Apa ada yang salah?""Huahh.. Kamu sangat lalai akhir akhir ini Diandra. Bagaimana bisa melewatkan banyak kesalahan di dalam proposal ini.""Maaf Pak, maksudnya gimana ya?""Buka lembar ketiga!"Diandra segera membalik halaman sesuai perintah Zaid. "Itu, coba baca dengan seksama. Kalimatnya apa sudah benar ditulia seperti itu?"Diandra segera mencari tahu apa yang dimaksud oleh Zaid. Dua menit berlalu, Diandra sudsh membaca halaman itu dia kali. Tidak ditemukan kesalahan ataupun hanya sekedar typo disana. "Gak ketemu Pak," Ucap Diandra. "Astaghfirullah, parah banget Di. Apa karena kamu banyak libur akhir akhir ini, jadi pekerjaanmu begini?""Maaf Pak. Tapi kan Bapak paling tau saya libur karena apa. Bukannya saya mau libur nyantai gitu Pak.""Gak ngejawab saya apa gak bisa Di?""Maaf, bisa Pak. Terus saya salah dimananya Pak?" "Disini, disini!" Zaid menunjukkan bagian yang ia anggap salah. "Gak ada yang s
106.Hari hari Diandra cepat berlalu. Zaid sudah empat hari pergi keluar negeri, pekerjaan di kantor juga berangsur-angsur selesai. Kerjasama dengan M Group juga berjalan baik. "Bagaimana kalau kita makan malam nanti Di? Mas jemput.""Boleh Mas, yuk!""Serius boleh?""Ya boleh lah. Kan udah lama juga gak ngobrol ngobrol bareng Mas Farid.""Oh ya udah, nanti malem Mas jemput ya. Share loc jangan lupa.""Oke Mas," Diandra segera turun dari mobil Farid. Farid akan pergi ke Suatu tempat dan kebetulan searah dengan Diandra. "Makasih ya Mas.""Iya sama sama. Gak perlu sungkan gitu Di.""Assalamualaikum Mas.""Walaikumsalam."Diandra segera masuk ke dalam kantor dan menuju ruangannya. Baru juga tiba, Diandra sudah disambut oleh Jojo. "Bu, kita harus ke lokasi syuting sekarang!""Ada apa Jo?""Ada beberapa masalah Bu.""What? Sampai pagi tadi semuanya berjalan lancar kok.""Nah karena itu Bu. Kita harus kesana
"Hotel tempat kami seharusnya syuting besok membatalkan reservasi kita Pak.""Apa?""Iya Pak, kami akan mengganti tempat syuting dan juga konsepnya besok.""Gila kamu ya?""Memang kedengeran gitu Pak, tapi tolong beri kami kesempatan untuk menjelaskan.""Baiklah, ayo kita keluar sambil ngopi. Kepala saya jadi sakit karena mendengar berita ini.""Baik Pak," ucap Diandra. Diandra dan Jojo pun tidak dipersilahkan duduk sejak datang tadi, dan sekarang malah diajak keluar. Padahal Diandra butuh suasana yang kondusif untuk menjelaskan konsep yang baru hanya tergambar di kepala Diandra. "Gimana nih, Bu? Apa Pak Dodi akan setuju gakk ya?""Entahlah Jo. Yang penting kita usaha dan ikuti saja alur mainnya. Saya butuh bantuan kamu nanti untuk menjelaskan juga ya.""Pasti saya akan melakukan yang terbaik Bu.""Bu Diandra, Jo, kenapa kalian lama sekali jalannya?""Iya iya Pak." Diandra dan Jojo berlari mengejar ketertinggalan mereka. ***
"Bu, kita kemana lagi?""Boleh ke rumah Saya dulu? Saya kurang enak badan Jo, Saya mau ambil obat, ganti pakaian dan baw beberapa keperluan lain.""Ibu beneran gak papa Bu?""Beneran Jo. Saya cuma kaget aja, tiba tiba ada masalah seperti ini.""Kalau ada apa apa kabari saya ya Bu.""Iya iya, nanti kita ketemu di lokasi syuting jam 7 ya.""Iya Bu."Jojo mengendari mobilnya dan mengantarkan Diandra pulang ke rumah Zaid. ***Diandra merass dirinya sudah cukup beristirahat. Ia akan segera meninggalkan rumah menuju hotel tempat syuting besok akan berlangsung. Sejak tiba di rumah Diandra disibukkan dengan telepon dan pesan masuk yang silih berganti dari semua orang yang akan terlibat untuk syuting besok. "Dret.. Dret.." Saat akan keluar dari rumah langkah Diandra terhenti karena telepon masuk. "Halo Zain," Jawab Diandra. "Dimana kamu Di?""Di rumah, tapi udah mau berangkat syuting sih.""Oh keluarlah, biar aku anterin!""Apa?""Aku ada di luar. Cepatlah keluar!""Oh iya iya." Diandra
"Hanya sebuah pelukan saja pun gak boleh Mas? Disini tidak ada siapa siapa jua. Semua orang juga tahu kita sudah menikah.""Bukan begitu Diandra, Mas bisa jelasin.""Aku tahu, kamu memang tidak suka jika Diandra bergantung padamu ya Mas. Diandra tahu kok.""Bukan begitu Diandra.. Bukan!"Zaid langsung merangkul Diandra dan memeluknya erat. Diandra pun bisa merasakan hembusan napas Zaid."Mas merindukanmu," Ucap Zaid. "Diandra pikir semuanya tidak akan berjalan mukus Mas. Sekarang juga hujan, Diandra takut sekali.""Tenanglah. Semuanya akan baik baik saja. Hujannya juga akan segera reda.""Semoga Mas," Diandra mengeratkan pelukannya pada Zaid. "Diandra, kenapa tubuhmu sangat dingin? Apa kamu sakit?""Enggak Mas, Diandra gak sakit kok." Diandra menengadahkan melihat Zaid. "Cups" "Cups.. Cups.." Kecupan di dahi, pipi dan juga bibir mendarat begitu mudah pada Diandra. Yups Zaid lah yang mengecup Diandra. Pria itu tidak peduli lagi