Demi ingin membuktikan dirinya, Jordan makin serius dengan pekerjaan setiap hari. Pagi berangkat kerja, hari gelap baru dia pulang. Sesekali saja Jordan pulang malam. Namun sampai di rumah pun Jordan banyak berada di ruang kerja hingga hampir tengah malam.
Clarabelle mencoba mengerti kesibukan Jordan. Dia membantu menyiapkan apa saja yang Jordan perlukan saat di rumah. Rasa rindu sebenarnya mendera Clarabelle. Suasana manis dan romantis di awal pernikahan seperti menguap. Jordan terkesan dingin dan tidak terlalu peduli Clarabelle.
“Jordan …” Clarabelle melongok di pintu ruang kerja Jordan. Pria itu tampak serius menatap layar di depannya, tidak menyahut. Dia mendengar Clarabelle tetapi tidak mau bereaksi karena sedang fokus dengan yang dia kerjakan.
Clarabelle masuk, membawakan minuman untuk Jordan. “Apa masih banyak pekerjaan? Kamu tidak lelah?”
Jordan belum bereaksi. Wajahnya lurus pada layar dengan kening berkerut.
“Jordan …” panggil Clarab
Wanita itu tidak hanya memeluk Jordan. Seperti tidak punya malu, dia mendaratkan kecupan pada Jordan, di depan Clarabelle! Seketika jantung Clarabelle menderu, seakan-akan mendapat serangan jantung. Tubuh Clarabelle sedikit gemetar, matanya melebar melihat kejadian tak terduga itu. “Leony! Lepas!” Jordan mendorong wanita itu agar menjauh. Wajah Jordan memerah. Dia sangat terkejut karena Leony ternyata datang di acara pernikahan sahabat Clarabelle. “Kamu gila. Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Jordan dengan geram. Leony tertawa kecil sambil menatap Jordan. “Kamu pikir aku mengikutimu, Jordan? Dunia ini ternyata sempit sekali. Aku kenal baik kakak mempelai wanita. Siapa yang mengira, kamu juga datang, bersama istrimu. Istri? Haa … haa …” “Jadi … aku hanya alat taruhan buat kamu, Jordan Hayden!” Clarabelle mengepalkan kedua tangannya. Dia menatap tajam pada Jordan. Dadanya naik turun menahan emosi yang mau meledak. Wajah dan telinganya panas mengetah
Senyum manis dan lebar terpampang di depan Clarabelle. Wanita cantik dengan tubuh besar, padat, dan seksi berdiri di depan Clarabelle. “Apa kabar? Aku benar, ini kamu, Clarabelle!” Wanita itu maju beberapa langkah dan memeluk Clarabelle dengan hangat. “Oh, my God. Rita!” Clarabelle segera melempar senyum lepas. Kejutan yang menyenangkan. Rita, teman baiknya saat dia mengikuti reality show waktu itu. Siapa yang mengira mereka bsia bertemu secara kebetulan seperti itu. “Senang sekali melihatmu lagi, Clarabelle!” Rita masih memandang dengan senyum lebar. Kedua tangannya memegang bahu Clarabelle. “Aku bayar belanjaanku, lalu kita bicara.” Clarabelle mengacungkan keranjang yang dia pegang. Gilirannya untuk membayar di kasir. Beberapa menit berikut kembali kedua wanita itu bicara. Tapi Clarabelle tidak bisa lama karena harus segera pulang. Rita tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, dia memilih ikut ke rumah Clarabelle. Ada banyak yang dia ingin ceritakan. Dia masih punya setidaknya sampa
Jordan tidak segera menjawab pertanyaan Ronald. Apa dia cinta Clarabelle sehingga dia begitu kacau karena kemarahan Clarabelle?“Joy!” Ronlad menepuk lengan Jordan agak keras, karena Jordan tampak termenung.Jordan seakan tersadar lalu menoleh pada Ronald. “Aku tidak tahu, yang pasti aku tidak mau hidupku kacau! Orang tuaku, juga James, mereka mau lihat kalau Jordan sudah berubah. Dia pria dewasa, yang bisa bertanggung jawab dengan dirinya. Aku punya pekerjaan bagus, aku suami yang sayang dan peduli istri. Itu yang harus aku buktikan, Ron!”Ronald menatap tajam pada Jordan. “Jadi, ini soal harga diri? Kamu tidak mau diremehkan oleh orang tuamu dan James? Jadi bukan soal Lala?”Pertanyaan itu kembali membuat Jordan sedikit berpikir.“Joy, aku memang konyol, mengajak kamu melakukan taruhan itu. Tapi aku tidak menduga kamu melakukannya, dan … lihat dirimu … Kamu berbeda, Joy, seperti bukan kamu y
Clarabelle mengangguk. Dia cinta pada Jordan. Dan dia harus mencintai Jordan, karena Jordan adalah suaminya. “Setelah mengetahui semua ini, apa kamu masih ingin menyayangi dia?” Adriano tidak tega melihat putrinya terluka seperti itu. “Papa …” Clarabelle meraih tangan papanya dan menatap mata penuh kasih pria setengah baya itu. “Aku tidak akan lupa, teladan cinta tulus papa dan mama. Dalam semua keadaan tetap bertahan karena ingin memberi yang terbaik buat orang yang disayangi.” Adriano tidak mengira ini yang Clarabelle ucapkan. Hatinya berdesir melihat ketulusan Clarabelle. Tapi situasi putrinya sangat berbeda dengan yang Adriano hadapi dulu. Berat, tidak mudah, tapi dia dan mama Clarabelle saling mencintai. “Aku akan melakukan yang sama. Hanya saja, aku perlu menguatkan hatiku. Aku harus bagaimana? Aku masih memikirkannya.” Suara Clarabelle terdengar sedih. “Jika Tuhan mengijinkan kamu bersama Jordan, Tuhan akan mampukan kamu.” Tangan Adrian
Jordan mengulurkan tangan, ingin memegang tangan Clarabelle. Lagi-lagi Clarabelle menghindar. Dia sembunyikan kedua tangan di balik punggungnya. Jordan mendesah. Ternyata Clarabelle tidak mudah dibujuk kali ini. “Lala, kamu ingat yang aku ucapkan pada orang tuaku saat di rumah?” Jordan memandang Clarabelle. “Aku ingin mereka tahu aku bisa jadi baik. Bisa punya hubungan yang baik, juga karir yang baik. Aku senang, bersama kamu, aku bisa menjadi sesuatu. Walaupun tidak mudah, tapi aku mau berusaha. Bantu aku, Lala.” Clarabelle melempar tatapan tajam, menghujam dua manik coklat terang Jordan. Mata itu sangat menarik. Desiran melaju di hati Clarabelle memandang Jordan sekuat itu. Tapi dia tidak boleh lemah. Kalaupun dia di sisi Jordan, dia tidak mau Jodan akan semena-mena dan terus mempermainkannya. “Aku, waktu mengatakan kamu berbeda, itu bukan bualan. Kamu boleh tidak percaya, tapi aku sungguh-sungguh.” Jordan melanjutkan. “Satu kali ini
Ucapan Jordan membuat Clarabelle terdiam. Jordan mengatakan rindu. Apa Clarabelle harus percaya? Setelah tahu kenyataan siapa Jordan, Clarabelle bahkan menyesal pernah mengungkapkan perasaannya pada pria itu. Lebih baik dia simpan sendiri. Buat apa Jordan tahu, tetapi tetap saja Clarabelle hanya bahan mainan buatnya. “Aku tahu kamu tidak percaya jika aku katakan itu. Tapi aku sungguh rindu padamu, Lala.” Jordan menghujamkan tatapannya. “Sudahlah, aku …” Jordan maju, menarik Clarabelle dalam pelukannya, dengan cepat dia memberikan kecupan pada Clarabelle. Detak jantung Clarabelle segera melaju. Dia juga rindu Jordan. Di tengah serangan yang membuatnya terkejut, Clarabelle merasa hasratnya bangkit. Tapi dia ingat Jordan biasa bersama yang lain, tiba-tiba rasa mual menderanya. Dengan cepat Clarabelle mendorong Jordan. Segera dia balik masuk ke kamar mandi dan muntah di sana. Tentu saja Jordan sangat kaget dengan reaksi Clarabelle. Dia menyusul ke kamar m
Pertanyaan yang Jordan ajukan, membuat Clarabelle berpikir. Apa yang bisa meluluhkan hati Clarabelle lalu rasa marah dan kecewa di hatinya akan lenyap? Clarabelle tidak segera memberikan jawaban. Dia duduk di kursi dekat meja, meneguk minuman hangat itu lagi.“Terima kasih, minuman buatan kamu sangat nikmat.” Clarabelle meletakkan cangkir di meja. Lalu tangannya melepaskan handuk kecil yang masih ada di kepalanya. Dia sampirkan handuk di pinggiran kursi, sedang tangannya menyisir rambut dengan jari-jari.Jordan memperhatikannya. Situasi mereka benar-benar kaku dan tidak menyenangkan. Jordan gelisah dan tidak suka. Dia ingin Clarabelle yang manis dan lembut, yang memandangnya dengan cinta.“Yang aku tahu suamiku seorang playboy. Apa benar dia bisa rindu pada istri yang hanya alat mainan buatnya.” Tenang ucapan Clarabelle, tetapi tajam dan tidak enak didengar.“Sayang, tidak bisakah aku belajar mencintai dengan benar? Selama in
Jordan muncul dengan senyum lebar di bibirnya. Wajah tampan itu membuat jantung Clarabelle kembali berdegup. Rangkaian bunga cantik ada di tangan kanannya. Clarabelle seketika berdiri menunggu Jordan melangkah makin mendekat. Susan masih duduk di kursinya, dia memperhatikan dua manusia unik yang ada di depannya itu. Apa yang Jordan akan lakukan pada Clarabelle? Jordan tepat berada di hadapan Clarabelle. “Honey …” Dengan senyum yang memang mempsona, Jordan mendekatkan wajahnya dan mengecup pipi Clarabelle. Clarabelle merasa dadanya makin berdebar. Dia ingin menghindar tetapi Jordan lebih cepat. Dan di tempat terbuka Clarabelle tidak mau menjadi pusat perhatian jika dia salah bertingkah. “My wife is so pretty. Even more than these flowers.” Jordan mengulurkan bunga yang dia pegang. Clarabelle tidak merespon apapun, tetapi di sudut hatinya merasa satu kegirangan menyusup. Jordan manis sekali. Inikah yang dia katakan akan membuktikan dia mau menunjukkan dia sayan