Beranda / Romansa / Married Young / 19. Bertemu Dengannya

Share

19. Bertemu Dengannya

Penulis: Nur Hikmah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56


      Mataku terbuka lebar, lagi-lagi ruangan serba putih yang kulihat. Aku bosan di tempat ini, aku ingin di rumah saja. Tapi semua orang tidak tahu keinginanku. Berbaring lemah di bangkar Rumah Sakit, itulah kegiatanku tiga hari terakhir ini.

Ya, aku di rawat di Rumah Sakit. Bukan karena apa-apa, aku baik-baik saja. Hanya keluargaku yang terlalu berlebihan menanggapi pingsan yang aku alami hari lalu.

Setelah pertengkaranku dengan Mas Arsan kala itu, aku memang memutuskan untuk pulang ke rumah. Menginap di rumah selama empat hari. Dan selama itu pula aku tidak pernah keluar dari kamar. Sekedar untuk makan pun tidak. Aku sama sekali tidak makan apapun di kamar dan itu berlangsung selama empat hari. Hingga akhirnya aku dehidrasi. Untungnya para kakak laki-lakiku mendobrak pintu kamarku hingga aku kini berada di Rumah Sakit.

Mengenai Mas Arsan, lelaki yang sudah membuat hatiku terombang-amb

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Married Young   20. Pulang

    Alhasil akhirnya aku memilih pulang. Lagian, Mas Arsan sudah tahu aku ada dimana. Jadi daripada berlama-lama di Rumah Sakit mending sekalian pulang. Yah, walau setengah hati. Karena aku masih malas dengannya."Kamu masih marah sama saya?" tanya Mas Arsan. Melirik secuil padaku lantas kembali fokus pada jalanan.Segala pake tanya, lagi! Suka banget sih, sama basa-basi? Malas menjawab, aku lebih memilih menatap jalanan lewat kaca samping. Jujur saja, sampai saat ini aku masih terheran-heran sama dia. Kapan sih, dia bilang minta maaf padaku? Kapan?Ya, aku tahu jika perminta maafannya juga tidak akan bisa membuat semua kembali semula, tapi kan setidaknya bisa membuat gejolak amarah dalam hatiku jadi agak mengecil. Dia terlalu gengsi sebenarnya, sama kayak Alin."Lusa saya mau ke Jogjakarta, karena harus mengurus cabang restoran yang sebentar lagi akan dibuka." Mas Arsan kembali berceloteh.

  • Married Young   21. Sakit Gigi dan Kepergian

    Ketika mataku terbuka diesok hari, pemandangan kamar Alin bukanlah yang aku lihat melainkan kamar Mas Arsan. Dahiku mengernyit bingung. Semalam aku benar-benar tidur di kamar Alin, bahkan aku mengunci kamar Alin, karena saking marahnya pada Mas Arsan. Tapi, kenapa sekarang aku ada di kamar sialan ini?Mas Arsan jelas tidak bisa masuk ke kamar Alin dan membopongku pindah kesini. Tidak mungkin juga dia membobol pintu kamar Alin. Aku jelas tidak sepenting itu di hidupnya. Memang, siapa aku? Hanya wanita yang terpaksa dia nikahi karena kasihan pada Orangtuaku.Sekelebat bayangan kejadian semalam kembali menghampiriku. Masih teringat jelas ketika dia berkata dengan nada tinggi dan tiba-tiba menciumku kasar namun tanpa nafsu. Saat itu telah benar-benar dia lakukan, aku berfikir bahwa Mas Arsan adalah lelaki terkasar dalam hidupku. Bahkan, saat aku masih ada hubungan dengan Arman dulu, dia tidak pernah sekalipun m

  • Married Young   22. Nafkah Batin

    Ini sudah lebih dari enam jam Alin menangis karena sakit gigi dan juga kepergian Ayahnya. Aku sendiri sudah muak dengan suara tangisnya. Dia sama sekali tidak mau berhenti sedetikpun. Kalaupun capek, suara tangisnya hanya sesekali memelan lalu kembali mengglegar.Ah! Seharusnya aku tidak perlu memberitahu Alin mengenai kepergian Mas Arsan ke Jogja. Pasti keadaannya tidak akan seperti ini. Alin tidak akan menangis selama ini. Suara tangisnya itu, lhoh!Seperti sekarang ini, suara tangis Alin sedang dalam volume rendah. Mungkin dia lelah. Lagian, dari bangun tidur pukul empat sore sampai sekarang nangis terus! Gimana nggak lelah, coba? Kulihat juga bibirnya sudah membengkak. Entah bagaimana matanya, karena Alin memangis dengan mata tertutup.Posisi Alin saat ini tengah berada di gendonganku. Bajuku yang belum ganti dari pagi sudah basah karena air mata dan ingusnya. Tapi aku abaikan

  • Married Young   23. Alasan

    Berkali-kali aku mendecak bibir dengan sebal. Rasa nggak nyaman sekaligus malu kurasakan sejak bangun tidur. Kuhela napas setenang mungkin agar tubuh menjadi lebih baik. Entahlah, sejak bangun tidur dan menyadari bahwa semalam aku melakukan nafkah batin dengan Mas Arsan rasanya agak.. nggak nyaman. Aku heran pada diriku sendiri. Tidak mengerti dengan perasaan tidak nyaman ini.Sekali lagi aku menarik napas dalam dan kulepas pelan-pelan, lantas meraih cangkir teh di meja. Saat ini aku tengah duduk santai di kursi teras rumah“Hari ini kita pulang.”Tubuhku terkejut mendengar suara berat yang datang tiba-tiba itu. Hampir saja cangkir yang kugenggam melayang sia-sia. Untungnya aku segera menetralkan tubuh kembali. Dengan sedikit kemarahan, kutoleh kepala kearah sumber suara. Mas Arsan berdiri di samping. Tubuhnya sudah mengenakan pakaian santai, dia terlihat segar mungkin habis mandi.

  • Married Young   24. Dilemma untuk Hijrah

    Niat hati awalnya mau masak mie instan, tapi setelah membuka laci dapur disana sama sekali nggak ada makanan instan. Satu mie pun nggak ada. Aku lupa, kalau tadi siang cuma masak bahan makanan sisa-sisa di kulkas.“Kamu sedang apa?”Ah, lagi-lagi suara itu! Setelah mengomel tanpa suara, sambil berbalik badan aku memutar bola mata. Jengkel. Ya, kenapa sih dia selalu bicara tiba-tiba? Selalu!“Mau masak mie tapi nggak ada!” ketusku.“Makan malam diluar, mau? Sekalian belanja isi kulkas.” katanya.Kalau bukan karena perut udah lapar nggak ketulung, aku ogah menganggukan kepala. Duh!“Ayo,” tanpa kata lain dia menarik tanganku, membawaku keluar dari rumah.“Tapi aku belum ganti baju... Masa ke supermarket pake kaos begini, nanti dikira aku tuh jalan salam om-om.” cerocosku sambil terus berusaha melepas cekalan tangannya di per

  • Married Young   25. Salah Paham

    Senyum bahagiaku belum luntur barang sedikitpun. Terserah mau bibir jadi kering atau dibilang kayak orang gila, aku nggak peduli. Yang penting aku senang. Senang karena sudah membuat Hanna pulang dari rumah ini.Yak, beberapa menit lalu, setelah dia menangkap basah aku dan Mas Arsan sedang ciuman, dia langsung pamit pulang. Nggak langsung sih sebenarnya, Hanna bantu aku cuci gelas dulu terus dia pamit. Katanya sih mau ke Surabaya, melihat butiknya yang lagi ada masalah.Berbeda denganku yang sekarang lagi bahagia, Mas Arsan sedang kebingungan sejak tadi karena harus mencari jawaban pas untuk pertanyaan Alin yang menanyakan mengenai kejadian tadi, waktu Mas Arsan sedang berduaan denganku.“Ayah.. jawab dong! Kok diem terus...!” Alin mulai merengek. Ini bukan kali pertama dia merengek, daritadi dia bahkan berteriak didepan Ayahnya yang tak kunjung memberi jawaban.Aku jadi k

  • Married Young   26. Kehadirannya

    “Tante.. parfum aku dimana...?”Aku buru-buru menguncir rambut asal sambil keluar dari kamar menuju kamar sebelah. Masuk ke dalam, kulihat Alin sedang mengobrak-abrik meja, mencari parfum.“Masih di tas kali.. kemarin kan kamu bawa waktu renang.” kataku.“Ambilin dong!”Bahkan nggak ada kata 'tolong' sama sekali. Tapi aku tetap mengambilkan parfumnya. Menyerahkannya secara nggak ikhlas. Baru hendak melangkah keluar, suara Alin lagi-lagi memerintahkanku.“Tante, kok poni aku miring begini? Ada yang panjang ada yang pendek, nggak pas..” katanya.Aku balik badan, melihat dia sedang bercermin sambil memegangi poninya yang menjulang hampir menutupi mata. “Nggak kelihatan kok.” jawabku.“Ish! Tapi kan nggak enak buat kedip. Hari ini aku mau UTS, aku nggak mau waktu ngerjain soal jadi keganggu sama poni.” curhatnya.

  • Married Young   27. Sial!

    Matahari pagi bersinar cerah di arah sana. Namun tidak dengan diriku. Pagi ini aku bersinar suram karena di landa rasa marah berkelebihan. Gimana tidak marah coba? Kalau pagi-pagi, sekitar pukul 07:00 Mas Arsan sudah memberi kabar tak mengenakan. Dia bilang, kalau hari ini aku sudah di bolehkan untuk pulang. Yak, setelah bedrest selama dua hari, akhirnya aku bisa lepas juga dari ruangan membosankan ini. Jelas aku senang dengan kabar itu. Tapi, yang bikin aku tidak senang adalah, kami pulangnya bukan ke rumah Mas Arsan. Melainkan ke rumah Orangtuanya Mas Arsan.Katanya, untuk sementara kami tinggal disana dulu. Agar aku ada yang merawat dan Alin juga ada yang menjaga. Aku menolak mentah-mentah alasan itu dengan bilang kalau aku bisa merawat diri sendiri sekaligus merawat Alin. Tapi tetap saja di tentang olehnya. Yang pada akhirnya aku kalah. Fix, mulai dari sekarang aku harus siap sedia usus panjang agar tidak terpan

Bab terbaru

  • Married Young   Ekstra Part 3

    Ruangan tengah dipenuhi oleh suara tangis anak kecil laki-laki berusia dua tahunan itu. Dia terduduk dengan mainan berserakan diatas permadani. Tangisnya semakin pecah ketika menyadari bahwa dirinya sudah lama sekali menangis namun belum ada satupun manusia yang sudi menghampiri dan menggendongnya.Suara derap langkah terdengar. Itu Arsan. Dia baru pulang mengajar segera mempercepat langkahnya kala melihat Aiden Dwi Arsyad, anak keduanya menangis kencang sedangkan disekelilingnya tidak ada siapa-siapa.Tanpa pikir panjang ia menggendong Aiden dan menenangkannya.Nawang datang sambil membawa kemasan biskuit untuk Aiden. Dia menatap mainan yang berantakan macam kapal pecah.“Jangan lagi biarin Aiden main sendiri. Tadi dia nangis kencang banget, kamu nggak dengar?” ujar Arsan sedikit marah.“Tadi aku nyuruh Alin buat jagain kok. Aku pikir Aiden nangis cuma gara-gara Kakaknya

  • Married Young   Extra Part 2

    Lelaki itu menghela napas melihat pemandangan di depannya. Pemandangan kamar yang memperlihatkan Nawang dan Alin saling memeluk satu sama lain. Sudah berkali-kali mulut memanggil keduanya untuk bangun, namun sama sekali tidak ada yang menyahut. Sebenarnya, mimpi apa yang tengah mereka impikan sampai-sampai telinganya setuli itu.“Alin.. bangun Sayang. Kamu nggak berangkat sekolah?” ujar Arsan untuk kesekian kalinya.Masalah Nawang yang tidak mau bangun, Arsan tidak masalah tapi kalau Alin juga ikut-ikutan tidak mau bangun, itu menjadi masalah untuk Arsan. Alin yang selalu bangun pagi-pagi untuk berangkat sekolah kini berubah setelah seminggu belakangan ini pindah tempat tidur, kembali tidur bersamanya dan Nawang.“Sekali lagi Ayah panggil nggak bangun, Ayah buang semua boneka di kamar loh.” mungkin dengan ancaman Alin akan bangun.“Alin nggak mau berangkat sekolah! Mau tidur aja sama Mama!” teri

  • Married Young   Extra Part 1. Adik Bayi

    Senyum Nawang mengembang bak adonan roti ketika melihat bayi laki-laki berusia 3 bulan dalam gendongannya itu tersenyum memamerkan isi mulut yang belum tumbuh gigi. Nawang tidak bisa lagi menahan rasa untuk tidak mendaratkan kecupan kecil di pipi gembul si bayi. Dengan gemas dia menciumi kedua pipi bayi itu hingga dirinya tertawa sendiri.“Ya ampun... Ucul banget sih kamu Arya...” katanya, menyebut nama si bayi.“Dih.. dibilang ucul ketawa dia, hahaha..” Nawang kembali mencium pipi Arya dan membuat bayi itu semakin tertawa bahak. “Mas, lihat deh Arya, dia ketawa mulu.” ujar Nawang memberitahu pada Arsan yang tengah duduk di sebelahnya dan sibuk dengan ponsel.Mendengar itu Arsan menghentikan aktivitasnya, dia menyimpan ponsel dan ikut bergabung menikmati tawa Arya. Arsan melongo tidak percaya ketika melihat sendiri tingkah Arya. Tangan Arsan terulur menyentuh pipi Arya dan mengelusn

  • Married Young   The End

    Author POV Bel istirahat berdering nyaring di setiap kelas. Nawang, murid perempuan itu yang paling heboh diantara yang lain. Dia buru-buru mengemasi buku tulis, buku paket serta pena, dia memasukkan semuanya begitu saja di kolong laci meja.Setelah dilihatnya guru yang mengajar di kelasnya sudah keluar, ia segera keluar kelas. Dengan senyum mengembang dan langkah riang, dia menyusuri kooridor sekolahan untuk menuju taman belakang gedung.Gadis SMA itu mengembangkan senyumnya semakin lebar kala melihat seorang murid laki-laki duduk kursi panjang taman itu. Dia menghampirinya dan bergabung duduk. “Maaf ya, lama.” katanya.Murid laki-laki yang tak lain adalah kekasih Nawang itu mengangguk, “Nggak apa-apa, aku juga baru sampai.” balasnya disertai senyum.“Iiih, Arman jangan senyum gitu dong... Aku kan jadi meleleh..”Laki-laki yang di panggilnya Arman itu mala

  • Married Young   32. Akhir Bersamanya

    Arsan benar-benar niat sekali untuk berusaha membawa pulang Nawang. Sebelum matahari menampakkan sinarnya, dia dan Orangtuanya sudah bersiap-siap menuju rumah Reza, tepatnya di Bekasi.Kurang lebih sekitar puluk delapan, mobilnya sudah sampai di depan gerbang rumah Reza. Arsan segera turun, mengetuk beberapa kali gembok besar dengan besi gerbang. Hingga datanglah lelaki paruhbaya yang kemarin telah membukakan pintu gerbang untuknya, yaitu Pak Amad.“Ada perlu apa ya, Pak?” Pak Amad.“Eh, saya mau ketemu sama Mbak Latiefah lagi, Pak.”Pak Amad terlihat berfikir sejenak sambil memandangi satu persatu Orangtua Arsan yang mulai keluar dari mobil. “Emm... Maaf Pak, Bapak ini yang kemarin kesini juga, kan?”Arsan mengangguk sesegera mungkin.“Maaf Pak, semalam Pak Reza bilang kalau ada orang yang kemarin kesini, dia ngga

  • Married Young   31. Usaha Menggapainya

    Usai mengantar pulang Alin dan Hanna, Arsan tidak langsung pulang ke rumah sendiri, lebih dulu ke rumah Orangtuanya. Guna untuk meminta restu, dukungan serta saran pada anggota keluarganya.Masuk ke ruang tengah, Arsan tidak menemukan siapapun. Dia melangkah menuju dapur. Dan melihat anggota keluarganya tengah menyantap makan malam.Semua pasang mata terlihat terkejut melihat kedatangannya yang tiba-tiba. Karena memang selama ini Arsan jarang berkunjung ke rumah ini. Dia akan berkunjung jika sang Papa memaksanya. Bukan maksud apa-apa, hanya saja Arsan masih belum bisa bertatap muka terlalu lama dengan sang Mama. Perasaannya akan terasa kacau jika dirinya menatap sang Mama. Di sisi lain ia sudah bisa memaafkan Mamanya, namun jika sudah mengingat bagaimana wajah histeris Nawang saat itu, ingin rasanya Arsan mencabik-cabik Mamanya sendiri.Setelah memasang ekspresi terkejut beberapa detik, Ma

  • Married Young   31. Usaha Menggapainya

    Usai mengantar pulang Alin dan Hanna, Arsan tidak langsung pulang ke rumah sendiri, lebih dulu ke rumah Orangtuanya. Guna untuk meminta restu, dukungan serta saran pada anggota keluarganya.Masuk ke ruang tengah, Arsan tidak menemukan siapapun. Dia melangkah menuju dapur. Dan melihat anggota keluarganya tengah menyantap makan malam.Semua pasang mata terlihat terkejut melihat kedatangannya yang tiba-tiba. Karena memang selama ini Arsan jarang berkunjung ke rumah ini. Dia akan berkunjung jika sang Papa memaksanya. Bukan maksud apa-apa, hanya saja Arsan masih belum bisa bertatap muka terlalu lama dengan sang Mama. Perasaannya akan terasa kacau jika dirinya menatap sang Mama. Di sisi lain ia sudah bisa memaafkan Mamanya, namun jika sudah mengingat bagaimana wajah histeris Nawang saat itu, ingin rasanya Arsan mencabik-cabik Mamanya sendiri.Setelah memasang ekspresi terkejut beberapa detik, Ma

  • Married Young   30. Harapan Bersamanya

    Keputusan Nawang tidak di setujui oleh para Kakak-kakaknya. Terutama Kakak laki-lakinya yang kedua, yaitu Reza. Lelaki itu membantah mentah keputusan gila adik bungsunya. Dan, dengan egoisnya, di depan para keluarganya, Reza memutuskan untuk membawa Nawang ke rumah barunya yang ada di Bekasi.“Abang nggak mau tahu, kalau kamu masih membantah, Arsan yang bakal kena akibatnya.” ujar Reza setelah mendengar penolakan Nawang.Nawang yang memang hatinya belum benar-benar membenci Arsan, tidak bisa berbohong bahwa dirinya khawatir. Tahu sekali sifat Reza seperti apa. Kakak keduanya itu orang yang keras dalam mendidik apapun. Bisa lihat sendiri bagaimana bentuk sifat Luna yang notabene-nya anak Reza, jelas sekali keduanya sama-sama keras. Dia tidak bisa memilih.Disisi lain, ingin rasanya Nawang membiarkan apa yang akan Reza lakukan pada Arsan. Namun, ketika mengigat kembali ucapan Mamanya, Nawan

  • Married Young   29. Keputusan

    Matanya selalu sembab. Dia selalu diam dengan posisi yang sama. Tubuh ringkihnya selalu menghindar dari siapapun, kecuali sang Ibu. Hatinya tidak pernah membaik. Begitulah sekiranya keadaan Nawang.Sudah satu Minggu lebih setelah kepergian sang calon anak, yang dilakukan Nawang di dalam kamar hanyalah duduk termenung di tengah tempat tidurnya, memeluk kedua lutut tanpa daging itu dan menangisi kepergian anaknya.Dalam diamnya dia selalu berpikir bagaimana caranya untuk membalas perbuatan Mama Mertuanya. Ya, Nawang berniat balas dendam. Dia masih tidak terima dengan kejahatan Mama Mertuanya.Pintu kamar Nawang terbuka, Mama Nawang masuk membawa nampan berisi makan siang. Beliau memang selalu membawa makan untuk Nawang, walau pada akhirnya tidak di makan oleh Nawang. Tapi entah untuk siang ini. Mama Nawang berharap anak bungsunya itu mau makan. Beliau meletakkan nam

DMCA.com Protection Status