Sebuah mobil mewah memasuki kawasan SMA Pelita Bangsa. Seorang siswi keluar dari mobil tersebut. Beberapa pasang mata menatapnya takjub.
"Siapa tuh? Kaya bener,"
"Kayaknya anak baru deh,"
"Tajir juga ya,"
Luna, dia adalah siswi baru. Sambil membenarkan bedaknya lagi, Luna mengedipkan sebelah matanya, para cowok yang melihat itu baper kejer.
"Subhanallah cantik bener,"
"Paling udah ada yang punya,"
"Mbak siapa namanya?"
Luna melempar senyum ramah. "Hai,"
Para cowok kurang asupan itu ikut melambai membalas sapaan Luna.
'Daniel, akhirnya aku bisa satu sekolahan sama kamu. Aku kangen,' Luna mencari sosok Daniel, tidak ada.
"Kelas apa nih?"
"Minta nomornya!"
"Jadi pacar gue sekarang!"
Kalimat itu sangat menuntut, Luna tak meresponnya. Hatinya hanya untuk Daniel.
Langkah Luna menuju ke ruang kepala sekolah, menanyakan kelas barunya.
"Luna ya?" tanya sang kepala sekolah saat Luna sudah memasuki ruangannya.
"Iya pak, saya Luna," Luna duduk di hadapan kepala sekolah itu.
"Untungnya kamu pindah kesini tidak mepet waktunya. Kelas 12 akan di sibukkan dengan ujian,"
"Saya kelas apa ya pak?" Luna sudah tidak sabar, ia harap satu kelas dengan Daniel.
"12 Ipa satu,"
"Makasih pak," Luna keluar dari ruang kepsek itu. 'Semoga aja Daniel di kelas itu,' karena Daniel memiliki kecerdasan luar biasa, kelas unggulan lah tempatnya.
Sedangkan di parkiran, Allisya turun dari mobil Aris. Ya, Aris lah yang menjemputnya sekarang. Bahkan lebih pagi daripada Daniel, Allisya sampai mandi jam lima.
"Kamu sih ngapain jemput aku pagi-pagi," gerutu Allisya kesal.
Aris tersenyum. "Gak papa, maaf ya? Jadinya kamu gak sempet sarapan. Gimana kalau kita ke kantin?"
Allisya mengangguk antusias. "Mau! Tapi makan yang pedes ya?" Allisya pikir Aris pasti akan menurutinya daripada Daniel yang selalu melarangnya.
"Gak boleh. Masih pagi sya, nanti aja kalau istirahat," perbedaan Aris dan Daniel sangat mencolok bagi Allisya.
Allisya cemberut. "Tapi kan pingin makan yang pedes-pedes,"
Aris mengulas senyum tipisnya. "Iya, nanti aja kalau istirahat,"
'Gak papa deh, yang penting bisa makan pedes daripada gak,' batin Allisya. Selain perhatian, Aris tidak menuntutnya ini-itu seperti Daniel, hati Allisya nyaman.
Daniel yang baru saja turun dari motornya melihat Allisya dengan Aris pun cemburu.
Dengan langkah lebarnya Daniel menghampiri Alllisya.
"Oh jadi ini alesan kamu gak mau berangkat bareng sama aku?" Daniel menunjuk Aris, dengan wajah menahan emosinya ia meraih tangan Allisya.
Allisya meronta. "Lepas! Aku mau ke kantin dulu!"
Aris yang melihat Allisya di sakiti pun mencegah Daniel.
"Kalau Allisya gak mau jangan maksa,"
Daniel menghentikan langkahnya. "Gak usah ikut campur ya,"
Allisya meminta tolong pada Aris. "Kak, tolongin aku,"
"Niel, biarin Allisya bebas,"
Daniel menoleh menatap Aris tajam. "Allisya pacar gue, terserah mau apa. Dan lo gak berhak ngelarang gue,"
Daniel menatap Allisya. "Gak boleh ke kantin, bentar lagi bel. Ke kelas aja ya?" pinta Daniel nadanya melembut.
'Sikap kamu sekarang mulai berubah, gak kayak dulu lagi,' Allisya kira Daniel akan sabar, tidak mengekangnya, tapi ini di luar batasnya dimana Daniel tidak memberikan celah kebebasan.
Daniel membawa Allisya ke kelasnya. Aris mengikuti langkah Daniel, memastikan Allisya-nya aman.
Di kelas 12 Ipa 1, Luna yang melihat kehadiran Daniel pun menghampirinya.
Tangan Luna bergelayut manja. "Niel, aku kangen banget sama kamu,"
Daniel yang masih terkejut pun tidak tau Luna satu sekolah dengannya entah sejak kapan.
"Luna?" Daniel sekarang melupakan kehadiran Allisya.
'Itu siapa? Pasti mantannya, ck ganggu deh,' Allisya tidak suka Daniel dekat dengan wanita lain selain dirinya.
Daniel memeluk Luna. "Aku juga kangen sama kamu. Udah lama gak ketemu Lun,"
Luna membalas pelukan Daniel. "Jangan pergi lagi ya? Aku merasa kesepian banget tanpa kamu,"
Melihat Daniel memeluk wanita lain, mata Allisya berkaca-kaca.
"Drama nih,"
"Selingkuh di depan mata,"
"Putusin aja!"
Aris membawa Allisya pergi dari kelasnya. Ia tau hati Allisya sesak melihat itu semua.
Di kantin, Aris memperbolehkan Allisya makan pedas.
"Kak, beliin susu dong. Pedes banget nih," Allisya kepedasan setelah membeli makanan kesukaannya, ramen.
Aris membelikan susu kotak rasa vanila. "Kalau sakit bilang ya?" Aris tidak ingin setelah Allisya mengonsumsi pedas sakit perut.
Allisya terkekeh. "Gak bakalan sakit lah kak, kalau siap sedia balsem," Allisya ingin tau reaksi Aris saat dirinya akan memakai balsem, apakah Aris akan ilfeel dan menjauhinya? Baunya yang menyengat dan bikin pusing itu kerap kali menjadi komentar nyinyirus.
"Sekarang bawa gak balsemnya?"
Diluar dugaan, Aris masih setia menemaninya, bukan kabur menenteng swallow pergi tanpa pamit.
Allisya menggeleng. "Gak kak, ngapain juga bawa. Biasanya di UKS ada,"
Luna mengajak Daniel ke kantin. Dengan wajah tanpa dosa, Daniel melewati Allisya begitu saja.
'Bahkan kamu gak menyadari kalau aku disini. Apa ini yang bikin kamu berubah niel?' lagi-lagi Allisya sedih, meskipun pedas tadi menantang mood buruknya.
"Niel, aku gak bawa uang saku nih. Bayarin ya?" Luna membeli sebuah nasi yang di wadahi mika dengan harga empat ribu limaratus itu.
"Iya. Tenang aja," Daniel menyerahkan uang itu kepada bu Darsih.
Allisya sudah tidak tahan lagi. "Kak, ayo ke kelas,"
"Tapi sya, kamu harus ke UKS dulu ambil balsem,"
"Gak perlu. Biarin aja sakit," dengan suara sedikit di keraskan, berharap Daniel menaruh perhatian.
Tapi tak mempan, Daniel dan Luna malah duduk. Daniel menyuapi Luna tanpa melirik Allisya, sama pacar sendiri lupa.
"Aku tetanggaan sama kamu loh niel," Luna membuka obrolan.
Entah mengapa kaki Allisya tidak bisa melangkah, telinganya terlalu kepo dengan Daniel dan murid baru itu.
Aris menarik tangan Allisya, sudah cukup melihat Daniel yang sekejap berubah denga kehadiran murid baru itu. Daniel seperti di hipnotis, pandangannya hanya terpusat pada cewek itu, bukan Allisya.
Di kelas, Allisya termenung. Ocehan Aqila saja ia abaikan.
"Sya. Lo kenapa?" Aqila mengguncang bahu Allisya, melamun.
"Nanti ke mall ya?" pinta Allisya, lebih baik melihat barang-barang branded meskipun tak membelinya dan berakhir makan-makan.
"Iya. Kai, lo ikut gak?" rasanya hampa dan kosong tanpa Kaila.
"Ikut lah, mau beli shampo sachet nih,"
"Kalau itu di warung aja sana," tekan Aqila gemas.
"Iya juga ya?" Kaila mengangguk lehernya tidak gatal.
Allisya mengukir senyumnya, Kaila selalh saja membuat Aqila kesal.
🍒 🍒 🍒
Saat Allisya keluar kelas, pemandangan tak biasa itu membuat hatinya kembali sakit.
Bel pulang telah berbunyi satu detik yang lalu.
Daniel berjongkok membenarkan tali sepatu Luna.
"Ini kenapa sampai lupa di ikat? Kalau jatuh gimana," Daniel mengkhawatirkan Luna.
"Sya! Lo denger gak sih?" Kaila gregetan.
Allisya tersadar. "Apa tadi?" omongan Kaila menguap di udara, Allisya terlalu fokus melihat Daniel.
"Ayo! Keburu kantin penuh. Gue laper nih," keluh Kaila, cacing-cacing di perut curi semua nutrisi.
Daniel mendengar nama Allisya. Tapi kekasihnya itu melewatinya tanpa menyapa.
"Allisya!" panggil Daniel.
Allisya pura-pura tidak mendengarnya.
"Siapa sih?" Luna sedikit kesal, Daniel memanggil seorang perempuan. Pastinya itu spesial, dan Luna tidak menyukainya.
Daniel mengejar langkah Allisya. Luna mengikutinya.
Daniel berhasil meraih tangan Allisya. "Sya, maaf tadi gak bisa nganterin kamu ke kelas,"
Langkah Allisya terpaksa berhenti.
"Maaf?" beo Allisya heran.
"Gak usah di anterin! Emang anak kecil," sindir Kaila sensi.
"Sya, gak usah di dengerin. Ayo makan," Aqila menarik tangan Allisya menjauhi Daniel. Allisya sudah menceritakan semuanya.
Daniel mengambil posisi duduk di sebelah Allisya. Begitu pun Luna yang tak mau ketinggalan.
"Niel, kok duduk disini sih? Kan aku gak kenal sama mereka,"
"Ya kenalan lah g*bl*k," Kaila lama-lama emosay.
"Lo kok nyolot sih?" Luna tak terima di bentak.
"Sya, mau makan apa? Aku beliin ya?" tanya Daniel tak mengiraukan perdebatan Luna dan Kaila.
Allisya yang melihat Aria berjalan melewatinya pun memanggilnya.
"Kak Aris! Sini,"
Aris menoleh ke belakang. Seragam yang di keluarkan dan tidak memakai dasi, itulah Aris.
Dehaan datang menghampiri Daniel. "Gue di tinggal mulu deh sama di cuekin," semenjak adanya Luna, Dehaan jarang berkomunikasi dengannya.
Daniel kurang suka dengan kehadiran Aris.
"Ayo Lun, kita pindah aja," sekarang pikiran Daniel berubah secepat itu.
Arif dan Javas memilih bergabung dengan yang lainnya. Satu geng Death Night saja.
"Iya sya?"
Kaila panas-dingin. Berkeringat dan berdebar baru kali ini satu meja dengan Aris, ketos dan ketua geng yang di segani.
"Dari deket aja ganteng," Kaila bertopang dagu, menatap lekat Aris.
Daniel merasa cemburu, tapi sekarang ia bisa melakukan hal yang sama melalui Luna.
"Niel, beliin nasgor ya?"
"Iya,"
"Sya? Kamu masih baik-baik aja kan?" tanya Aris khawatir, Allisya belum mengambil balsem di UKS.
"Aku sehat kok," Allisya tersenyum kecil.
"Kayak biasanya nih? Mana duitnya," tagih Aqila, di antrikan tapi bayar sendiri dulu.
Kaila menyerahkan uang sepuluh ribu, Aqila lima ribu.
"Roti saljunya delapan ya. Rasa pisang sama coklat, awas kalau salah beli," ancam Kaila, delapan mungkin angka keberuntungannya dalam menghapus rasa lapar.
"Lo sya?"
"Jajan chiki yang pedes. Empat ribu, kembaliannya buat lo,"
"Seribu?" bukannya Aqila meminta jatah lebih. "Permen karet dapet satu aja sya,"
"Permen biasa aja," Allisya tidak mau membuang-buang uang. Original-nya ia membawa uang lebih.
Setelah pesanan Kaila dan Allisya welcome, dalam makan-memakan diam tanpa ada suara.
Luna tersedak. Ia terlalu terburu-buru. "Uhuk uhuk,"
Daniel mengambilkan air mineralnya. "Ya ampun Lun, pelan-pelan aja makannya," Daniel memijat tengkuk Luna.
"Mati aja sekalian," sindir Kaila pedas.
"Gak boleh gitu," bela Aris.
"Makan cepet-cepet tuh bikin gendut. Pelan kan bisa, menjaga keseimbangan berat badan," Kaila membubuhkan curhatannya.
Luna merasa tersindir. "Niel, siapa sih mereka? Kayak benci banget sama aku?" tanya Luna berpura-pura sedih, original-nya kesal setengah hidup mati.
"Gak tau," jawab Daniel acuh tak acuh, mood-nya memburuk melihat Allisya tertawa dengan Aris.
Luna tersenyum miring. 'Kayaknya seru nih, bakal ada peperangan,' dan Luna merencanakan sesuatu untuk mereka.
🍒 🍒 🍒
Next chapter coming soon 》 》》
Karena semangat nulisnya 😅 daripada idenya hilang
Kaila mengetukkan penghapus di papan tulis sebagai penertiban kelas."Semuanya dengerin gue dulu,"Seisi kelas diam. Pasti ada hal penting."Nanti yang piket bersih-bersih kelas. Besok ada lomba kebersihan kelas setiap satu bulan sekali,""Sa, piala bergilir ya?" tanya Ema.Kaila mengangguk. "Iya. Nanti bawa tanaman hias ya dari rumah. Terus botol bekas yang bakalan di jadikan pot,"Aqila memgangkat tangannya. "Terus novel yang di pojok baca di perbarui juga gak? Masa itu-itu aja," hanya 3 novel berjenis romantis se-tebal kamus bahasa Inggris."Kalau punya novel sendiri boleh di taruh pojok baca, sama kamus bahasa inggris dan buku pengetahuan lainnya. Tapi ada yang kurang nih," sebagai bendahara kelas, uang kas akan keluar saat lomba kebersihan kelas tapi sedikit dan sisanya membawa barang dari rumah."Apa?""Udah lengkap tuh kai,""Di bagusin lagi, masa polosan doang?""Ok, kalau tugas d
Kelas bersih, lantai kinclong, harum yang semerbak wangi. Inilah kelas 11 Ips 2 yang sudah selesai di hias.Pagi ini, yang baru saja datang meletakkan sepatunya di rak yang sudah di sediakan.Kaila yang datang di kelas urutan ketiga merasa bangga dengan hasil kerja kelas semua temannya."Kai, gue yakin kelas kita menang," ucap Lily."Pasti, udah bersih, wangi lagi," Kaila beralih melihat pojok baca, Ria tampak nyaman duduk disana yang beralaskan karpet merah."Ria, nyaman gak?" tanya Kaila ingin tau.Ria mendongak. "Nyaman kok Kai. Terus novelnya masih bagus semua,"Kaila menatap 6 novel baru. "Bagus deh. Kita berdoa aja semua kelas kita menang meskipun gak juara satu,""Aamiin," ucap Ria.Allisya datang dengan Aqila."Sya, kemarin lo kan beli pulpen gel nih," kode-kode Aqila agar tidak membeli pulpen."Oh ya," Allisya menepuk dahinya. Ia mengambi
Selena menyibak selimut yang membalut tubuh Allisya."Sya, bangun. Tuh Aris udah nungguin kamu di bawah, ganteng banget lagi. Kalau aja mama boleh nikah lagi," ucap Selena sesekali berkhayal.Allisya membuka matanya. "Aku aduin ke papah baru tau rasa loh,"Wajah Selena berubah panik. "Jangan! Kan cuman berandai-andai. Udah sana, langsung mandi, dandan yang cantik. Hari ini Aris mau ngajak kamu buat beli cincin pertunangan,"Allisya terkejut. "Beli cincin pertunangan? Kan aku masih sekolah ma," tau-tau habis lulus sekolah udah nikah kan gak lucu, aku masih pingin nerusin kuliah dan seneng-seneng, batin Allisya."Gak masalah sayang, kan bisa lulus sekolah nikahnya. Sana buruan, kasihan Aris nungguin kamu lama. Mama mau beres-beres dulu ya?""Iya ma,"Allisya bersiap-siap, setelah mandi ia hanya menaburkan bedak bayi dan lip balm.'Dandan? Ngapain juga, tumben mama bolehin aku dandan,' biasanya mamanya itu akan melarang, belum wak
Sebuah pesan dari Daniel yang mengajak Allisya untuk berkencan. Tapi Allisya masih bingung harus mencari alasan apa."Gimana ya? Masa iya kabur lewat jendela?" Allisya mondar-mandir."Iya deh. Mama juga lagi di bawah," Allisya melangkah menuju jendela kamarnya, karena berada di tingkat dua, Allisya tidak semudah itu melompat. Dengan kelincahannya, Allisya memanjat pohon dan turun dengan mulus."Fyuh, akhirnya bisa juga,"Mata Allisya menelisik, berjaga-jaga kalau satpam di rumahnya itu tidak ada."Tumben," Allisya merasa aman, dengan langkah hati-hati. Akhirnya ia bisa keluar dari gerbang tanpa tertangkap kering.Allisya mengetikkan pesan ke Daniel.AndaNiel, kamu jemput aku di depan warung mbok Pik ya?DanielKenapa? Gak izin ya sama mama kamu?AndaKalau izinnya buat ketemu sama kamu gak di bolehinDanielOk, tunggu ya 😉Allisya melangkah ke warung mbok Pik.
Pagi hari ini Allisya berangkat lebih awal, piket kelas. Selesai sarapan, Allisya pamit pada mama dan ayahnya."Hati-hati ya. Di anterin ayah kok," Selena tidak mau Allisya berangkat bersama dengan Daniel."Ayo sya. Berangkat, ma kita berangkat dulu ya," pamit Allister mencium kening Selena.Selena mengangguk. "Anterin Allisya sampai ke sekolah loh yah," siapa tau Alister menurunkan Allisya lalu datanglah Daniel.Allisya dan ayahnya itu memasuki mobil Mercedenz-Benz hitam legam itu.Setelah sampai, seperti biasanya Alister memberikan uang lebih dan Allisya menolaknya."Ini kebanyakan yah. Mending duapuluh ribu aja kayak biasanya,""Simpan aja. Buat kamu tabung,"Allisya mengangguk. "Makasih yah," senyumnya merekah.Setelahnya mobil Alister melaju pergi. Allisya mempercepat langkahnya, sudah jam 6 tepat."Semoga aja belum bel,"Saat sampai di kelas, hanya ada 10 orang yang baru datang.Allisya m
Saat jamkos pertama, terutama inilah pelajaran matematika. Seperti terbang bebas ke Angkasa.Ada yang menyanyi lagu K-Pop BTS, bermain teater biasa, yang terpenting tidak keluar kelas atau ke kantin begitu saja.Kaila mengajak Aqila dan Allisya ikut bermain teater kecil-kecilan."Gue jadi Andin deh," itu Kaila, selalu ingin menjadi tokoh utama."Aku Rena," suara Aqila di buat-buat seperti anak kecil."Terus kita semua dapat peran apa?" salah satunya bertanya, apa hanya orang lewat dan pajangan saja?"Hm, gini aja deh. Alvian jadi Al, nah Andin itu Allisya. Terus Kaila Kiki," ucap Ria seenaknya membagi tugas, sutradara pro saja.Kaila menggerutu. "Gak, gue Kimberly aja deh!" bantahnya, padahal sama saja kalau Kiki itu Kimberly."Terserah lo pada deh. Gue Elsa aja," karena Dia lebih suka peran antagonis."Ok, ayo kita mulai," Ria sebagai sutradara bohongan.Kelas 11 Ips 2 kompak memainkan drama Ikatan Cinta. Menging
Daniel yang sedang berjalan menuju kelasnya mendengar desas-desus dari siswi tukang gosip."Eh, lo tau gak? Allisya kemarin pelukan sama Alvian loh,""Masa sih?""Iya," cewek itu mengangguk. "Terus ada Aris yang nyamperin,"'Allisya pelukan sama Alvian? Ngapain sih,' batin Daniel kesal.Allisya yang baru saja turun dari ojekannya langkahnya di hadang oleh Daniel."Bener kemarin kamu pelukan sama Alvian?" tanya Daniel dingin. Mata tajamnya menusuk sekali.Allisya terdiam. Darimana Daniel bisa tau?"Gak. Kata siapa?" Allisya menggeleng, dengan wajah gugupnya ia berkilah. Ketauan Daniel biasa UGD nantinya.Daniel menghela nafasnya. "Kalau kamu masih deket sama Alvian, mending kita putus,""T-tapi,"Daniel pergi begitu saja. Ia lelah cemburu, sahabat memang boleh dekat. Tapi ia tak ingin Allisya pergi meninggalkannya hanya karena Alvian.Di kelas, Allisya tidak memperhatikan guru yang tengah
Dengan nafas tersengal Allisya berlari. Bangun pagi-pagi dan hampir jam tujuh. Allisya menatap gerbang itu, sudah di tutup.Karena berlari, dan tali sepatu Allisya lupa-lupa ingat tidak di ikat. Insiden tersandung dengan lutut yang tergores tanah dengan kerikil itu."Aww. Sakitt," Allisya duduk santai di tanah, memegangi lututnya yang berdarah."Ceroboh," gumam Daniel. Ia berlalu begitu saja tanpa menolong Allisya.Allisya mendongak. "Daniel?"Sebuah tangan terulur. Saat Allisya menoleh ke belakang ternyata itu Aris."Hati-hati. Mana yang sakit?"'Kak Aris beda. Dia lebih peduli,' daripada Daniel melewatinya begitu saja.Allisya meraih tangan Aris. "Aku gak papa kok," kilahnya berpura-pura kuat. Cewek memang begitu, tidak apa-apa.Aris mendapati lutut Allisya yang berdarah. Aris besimpuh. "Kata siapa gak papa? Ini luka. Harus di obatin sebelum infeksi. Masib bisa jalan kan sya?"Allisya ragu mau menja
Di kantin, meskipun tempat duduknya sudah penuh dan terisi, Zahra tetap keukeuh untuk makan satu meja dengan Alvian. Bahkan ia telah mengambil satu kursi punya tukang bakso lebih tepatnya meminjam."Kasihan kursinya di ambil, terus pembelinya mau duduk di tanah gitu?" ujar Kaila menyindir Zahra."Gak apa-apa, nanti juga gue balikin kok. Yang penting, bisa makan bareng sama Alvian. Ya kan sayang?" dengan berani dan percaya dirinya memanggil Alvian sayang.Reaksi Alvian hanya diam saja, tak menganggap kehadiran Zahra.Merasa di abaikan Zahra menawarkan siomay-nya. Menyuapkannya pada Alvian ketika mulut cowok itu terbuka.Zahra tersenyum puas saat Alvian menerima suapannya."Gimana? Pasti enak dong, apalagi di suapin sama cewek cantik kayak aku," ucap Zahra penuh percaya diri.Kaila berdehem. "Gimini? Pisti inik ding. Gak enak! Al, mending muntahin aja deh.""Kai, mana bisa ah. Udah gue ma
Dua perempuan yang kini berbincang di sudut kafe. Sore hari, jam 3. Keduanya membuat janji untuk membicarakan suatu hal yang sangat penting. Salah satunya adalah Luna."Lo kelas duabelas kan sekarang?" tanya Luna pada adik kelasnya itu, termasuk sangat dekat dengan sekolahnya dulu sebelum pindah karena Daniel."Iya. Kenapa? Langsung ke intinya deh. Gue gak mau lama-lama disini. Masih ada urusan lain," jawabnya ketus.Cewek berlensa biru dengan bibir merah muda dan kulit putihnya itu kesal dengan Luna."Gue minta lo pindah ke sekolah itu. Sekolah gue yang sekarang. Gampang kok, asal berduit aja. Gak perlu pinter. Penampilan lo menarik, cocok buat ngehancurin Allisya sama Alvian dan Aris. Gue hanya ingin Allisya di benci sama dua cowok itu.""Terus? Gue mesti ngapain?""Sekolah disana. Tugas lo cuman merebut Alvian dan Aris. Nih, fotonya," Luna menyodorkan dua lembar foto Alvian dan Aris."Kenapa gak dari d
Mengantuk, itulah yang di rasakan penghuni kelas 12 Ips 2 sedang berlangsung live streaming pelajaran Sejarah. Tidur, mencatat hal yang penting di sampaikan oleh guru, bertanya jika kurang mengerti, ada yang sekedar memperhatikan saja.Kaila menguap, lama-lama bosan juga."La," panggil Kaila berbisik. Aqila menoleh dengan wajah suntuknya."Lo pernah gak sih merasa kalau cowok yang kita sukai itu menjauh?" tanya Kaila sekedar iseng, hanya ingin tau bagaimana tanggapan Aqila si otak cerdas.Aqila mengernyit, Kaila sedang galau rupanya.Aqila menggeleng. "Kak Javas gak pernah gitu. Dia selalu ngasih kabar kok. Emangnya lo ada masalah apa sama kak Arif? Apa dia udah nyerah sama lo?"Kaila menggeleng lemah. "Gak tau la. Meskipun terkadang gue bales chatnya galak dan cuek, tapi notifikasi dari dia itu udah bikin hati gue seneng banget."Aqila mengusap bahu Kaila memberikan ketenangan."Sabar aja ka
Pagi ini Allisya datang ke sekolah dengan semangat, Aris mengantarkannya.Sebelum Allisya keluar dari mobil, Aris selalu memberikan bekal buatannya."Gak pedes kok, daripada kamu jajan sembaran di kantin. Yang pinter dan kosentrasi ya?" pesan Aris seperti seorang bapak kepada anaknya.Allisya mengangguk. "Siap! Kak Aris semangat ya kuliahnya."Aris tersenyum. Melihat Allisya se-ceria ini saja membuat hatinya berdesir tak karuan."Makasih. Aku pergi dulu ya? Maaf nanti gak bisa jemput, langsung ke kantor ayah. Kamu bareng sama Gibran aja ya?"Allisya merasa asing dengan nama itu."Gibran siapa kak?""Itu temenku, dia senior sya di geng."Allisya mengangguk. "Iya kak. Aku ke kelas dulu ya? Bye," Allisya melambaikan tangannya.Aris melajukan mobilnya, awal pagi melihat Allisya membuat semangatnya nge-jreng.Di kelas, Allisya menatap horor Kaila dan Aqila. Tapi Al
Malam minggu, moment yang pas untuk berjalan dengan pasangan. Apalagi Aris dan Allisya, keduanya menikmati semilir angin yang dingin dengan suara bisingnya kendaraan. Ya, mereka masih naik motor."Emangnya kamu gak dingin sya?" tanya Aris menatap Allisya di kaca spion motornya, senyum lebar itu sangat terlihat bahagia dan ceria, Aris ikut senang melihatnya.Allisya menggeleng. "Ini itu sejuk banget kak. Gak kayak di rumah, panas. Apalagi mama selalu nyalain AC, aku kedinginan tau," jawabnya sedikit kesal.Aris mengangguk faham. "Kalau kamu pake AC terus yang ada masuk angin lagi," Aris sangat tau Allisya tak menyukai angin elektrik yang di salurakan dari listrik pasti akan berakhir masuk angin."Aku di rumah kan pakai sweater kak," tapi Allisya juga tak nyaman memakai sweater setiap harinya, terlalu tertutup dan hangat. Ia ingin sesekali merasakan udara dingin.Akhirnya mereka sampai di sebuah pasar malam. Allisya mena
"Apa? Javas sekarang ada di rumah sakit? Ok ok, makasih banget kabarnya," Gavin tersenyum miring. Ia mendapat telepon dari orang terdekat, dan diantara Aris."Kenapa gue baru tau sekarang kalau Javas sekarat? Haha, gue terlalu fokus buat kabur.""Javas, ucapkan selamat tinggal pada dunia," Gavin tersenyum penuh arti. Ia punya rencana cemerlang untuk mencelakai Javas."Dan kekalahan geng gue, bukan berarti kebahagiaan buat geng lo Aris," hati Gavin merasa tak terima, Aris bermain curang dengan membawa pasukan banyak demi mengalahkan jumlah dan melumpuhkan pasukannya.***"Rif, lo pulang aja. Biar gue aja yang jagain Javas. Ris, lo juga. Pasti bokap lo nyariin. Biarin aja Javas sekarang jadi tanggung jawab gue," ucap Gibran mantap."Titip ya? Gue juga udah ngantuk banget nih. Pingin peluk bantal sama guling," Arif menguap setelahnya, menunggu Javas sadar akhir-akhir ini membuat punggungnya terasa pegal."Ok
Akhirnya Aris sampai di restoran yang Allisya tunjukkan. Matanya menyapu sekeliling, mencari sosok kecil dengan rambut yang tergerai seperti biasanya.Matanya menangkap sosok Allisya yang duduk sendirian. Aris menghampiri Allisya, entah bagaimana ia membuka obrolan. Apalagi kalau sudah lupa dengan janji."Allisya? Kamu disini udah lama ya nungguin aku?"Allisya beralih menatap Aris, matanya terlalu fokus dengan lalu-lalang kendaraan yang melintas.Allisya menyipitkan matanya, memandangi wajah Aris lekat. Ada beberapa lebam dan darah yang mengering disana. Apa Aris tawuran lagi?"Kak?" panggil Allisya serius. Rasanya sudah lelah memberikan nasehat berkali-kali pada Aris masalah tawuran."Iya sya? Kangen? Tau kok, tiap hari kamu juga bilang gitu di chat," Aris hanya menanggapi seadanya. Ia tak tau Allisya tengah khawatir sekarang."Kak Aris tawuran lagi? Kenapa? Memangnya itu gak sakit? Aku aja
"Maaf ya om, tante. Saya gak mau lama-lama, pasti ayah bakalan nyari juga," ujar Aris berpamitan pada Selena dan Allister."Kirain mau disini lebih lama. Tapi gak apa-apa deh," Selena tak rela Aris pamitan secepat itu."Allisya, kamu jangan begadang ya? Jam sembilan langsung tidur, gak usah nonton drakor. Apalagi yang espisodenys gak kelar-kelar," nasehat Aris serius, Allisya langsung berubah masam dan cemberut."Kakak aja begadang, kenapa ngelarang aku?" Allisya bersidekap dada menatap Aris sengit."Itu namanya udah sayang sama kamu sya. Aris gak mau kamu sakit," sahut Allister.Setelah Aris pergi, Allisya melangkahkan kakinya ke kamar. Setelah makan begini, enaknya belajar. Sangat pas untuk kembali berpikir.***Markas Cakrawala.Tepat pukul 6 malam, Gavin menyuruh semua anggotanya berkunpul di markas."Ada apa sih vin? Mau tawuran lagi? Udah kelar kali," celetuk Udin set
Sesampainya di rumah Allisya, sangat kebetulan sekali ada Selena dan beberapa tante-tante arisan yang asik bergosip ria.Terutama saat Allisya turun dari motor Aris. Semua itu tak luput dari perhatian Selena dan teman tante-tantenya."Itu siapanya Allisya? Pacarnya kan?""Ganteng e pean le." (Ganteng banget kamu 'le' untuk panggilan anak laki-laki)."Itu calon suaminya Allisya," ucap Selena memperkenalkan calon mantunya itu."Kapan nikah?""Setelah Allisya lulus, doain aja semuanya berjalan dengan lancar," wajah Selena terpancar kebahagiaan, apalagi Aris sudah di ketahui teman arisannya."Aaamiinn semoga lancar.""Kita doain yang terbaik aja deh Sel.""Mama, aku pulang," Allisya salim pada sang mama."Pingin deh mama cepet-cepet ya punya cu-""Mama! Aku masih sekolah. Bukan kebelet nikah," sela Allisya kesal, selalu saja mamanya itu menginginkan seorang cucu.