Selena menyibak selimut yang membalut tubuh Allisya.
"Sya, bangun. Tuh Aris udah nungguin kamu di bawah, ganteng banget lagi. Kalau aja mama boleh nikah lagi," ucap Selena sesekali berkhayal.
Allisya membuka matanya. "Aku aduin ke papah baru tau rasa loh,"
Wajah Selena berubah panik. "Jangan! Kan cuman berandai-andai. Udah sana, langsung mandi, dandan yang cantik. Hari ini Aris mau ngajak kamu buat beli cincin pertunangan,"
Allisya terkejut. "Beli cincin pertunangan? Kan aku masih sekolah ma," tau-tau habis lulus sekolah udah nikah kan gak lucu, aku masih pingin nerusin kuliah dan seneng-seneng, batin Allisya.
"Gak masalah sayang, kan bisa lulus sekolah nikahnya. Sana buruan, kasihan Aris nungguin kamu lama. Mama mau beres-beres dulu ya?"
"Iya ma,"
Allisya bersiap-siap, setelah mandi ia hanya menaburkan bedak bayi dan lip balm.
'Dandan? Ngapain juga, tumben mama bolehin aku dandan,' biasanya mamanya itu akan melarang, belum wak
Sebuah pesan dari Daniel yang mengajak Allisya untuk berkencan. Tapi Allisya masih bingung harus mencari alasan apa."Gimana ya? Masa iya kabur lewat jendela?" Allisya mondar-mandir."Iya deh. Mama juga lagi di bawah," Allisya melangkah menuju jendela kamarnya, karena berada di tingkat dua, Allisya tidak semudah itu melompat. Dengan kelincahannya, Allisya memanjat pohon dan turun dengan mulus."Fyuh, akhirnya bisa juga,"Mata Allisya menelisik, berjaga-jaga kalau satpam di rumahnya itu tidak ada."Tumben," Allisya merasa aman, dengan langkah hati-hati. Akhirnya ia bisa keluar dari gerbang tanpa tertangkap kering.Allisya mengetikkan pesan ke Daniel.AndaNiel, kamu jemput aku di depan warung mbok Pik ya?DanielKenapa? Gak izin ya sama mama kamu?AndaKalau izinnya buat ketemu sama kamu gak di bolehinDanielOk, tunggu ya 😉Allisya melangkah ke warung mbok Pik.
Pagi hari ini Allisya berangkat lebih awal, piket kelas. Selesai sarapan, Allisya pamit pada mama dan ayahnya."Hati-hati ya. Di anterin ayah kok," Selena tidak mau Allisya berangkat bersama dengan Daniel."Ayo sya. Berangkat, ma kita berangkat dulu ya," pamit Allister mencium kening Selena.Selena mengangguk. "Anterin Allisya sampai ke sekolah loh yah," siapa tau Alister menurunkan Allisya lalu datanglah Daniel.Allisya dan ayahnya itu memasuki mobil Mercedenz-Benz hitam legam itu.Setelah sampai, seperti biasanya Alister memberikan uang lebih dan Allisya menolaknya."Ini kebanyakan yah. Mending duapuluh ribu aja kayak biasanya,""Simpan aja. Buat kamu tabung,"Allisya mengangguk. "Makasih yah," senyumnya merekah.Setelahnya mobil Alister melaju pergi. Allisya mempercepat langkahnya, sudah jam 6 tepat."Semoga aja belum bel,"Saat sampai di kelas, hanya ada 10 orang yang baru datang.Allisya m
Saat jamkos pertama, terutama inilah pelajaran matematika. Seperti terbang bebas ke Angkasa.Ada yang menyanyi lagu K-Pop BTS, bermain teater biasa, yang terpenting tidak keluar kelas atau ke kantin begitu saja.Kaila mengajak Aqila dan Allisya ikut bermain teater kecil-kecilan."Gue jadi Andin deh," itu Kaila, selalu ingin menjadi tokoh utama."Aku Rena," suara Aqila di buat-buat seperti anak kecil."Terus kita semua dapat peran apa?" salah satunya bertanya, apa hanya orang lewat dan pajangan saja?"Hm, gini aja deh. Alvian jadi Al, nah Andin itu Allisya. Terus Kaila Kiki," ucap Ria seenaknya membagi tugas, sutradara pro saja.Kaila menggerutu. "Gak, gue Kimberly aja deh!" bantahnya, padahal sama saja kalau Kiki itu Kimberly."Terserah lo pada deh. Gue Elsa aja," karena Dia lebih suka peran antagonis."Ok, ayo kita mulai," Ria sebagai sutradara bohongan.Kelas 11 Ips 2 kompak memainkan drama Ikatan Cinta. Menging
Daniel yang sedang berjalan menuju kelasnya mendengar desas-desus dari siswi tukang gosip."Eh, lo tau gak? Allisya kemarin pelukan sama Alvian loh,""Masa sih?""Iya," cewek itu mengangguk. "Terus ada Aris yang nyamperin,"'Allisya pelukan sama Alvian? Ngapain sih,' batin Daniel kesal.Allisya yang baru saja turun dari ojekannya langkahnya di hadang oleh Daniel."Bener kemarin kamu pelukan sama Alvian?" tanya Daniel dingin. Mata tajamnya menusuk sekali.Allisya terdiam. Darimana Daniel bisa tau?"Gak. Kata siapa?" Allisya menggeleng, dengan wajah gugupnya ia berkilah. Ketauan Daniel biasa UGD nantinya.Daniel menghela nafasnya. "Kalau kamu masih deket sama Alvian, mending kita putus,""T-tapi,"Daniel pergi begitu saja. Ia lelah cemburu, sahabat memang boleh dekat. Tapi ia tak ingin Allisya pergi meninggalkannya hanya karena Alvian.Di kelas, Allisya tidak memperhatikan guru yang tengah
Dengan nafas tersengal Allisya berlari. Bangun pagi-pagi dan hampir jam tujuh. Allisya menatap gerbang itu, sudah di tutup.Karena berlari, dan tali sepatu Allisya lupa-lupa ingat tidak di ikat. Insiden tersandung dengan lutut yang tergores tanah dengan kerikil itu."Aww. Sakitt," Allisya duduk santai di tanah, memegangi lututnya yang berdarah."Ceroboh," gumam Daniel. Ia berlalu begitu saja tanpa menolong Allisya.Allisya mendongak. "Daniel?"Sebuah tangan terulur. Saat Allisya menoleh ke belakang ternyata itu Aris."Hati-hati. Mana yang sakit?"'Kak Aris beda. Dia lebih peduli,' daripada Daniel melewatinya begitu saja.Allisya meraih tangan Aris. "Aku gak papa kok," kilahnya berpura-pura kuat. Cewek memang begitu, tidak apa-apa.Aris mendapati lutut Allisya yang berdarah. Aris besimpuh. "Kata siapa gak papa? Ini luka. Harus di obatin sebelum infeksi. Masib bisa jalan kan sya?"Allisya ragu mau menja
Backsound cocok for Kaila ~Saranghandago♡♡♡ Allisya, Aqila dan Kaila duduk di depan kelas. Kursi panjang seperti di taman itu membuat nyaman para siswa yang ingin cari angin sejuk.Aqila terkikik geli. "Kai, maafin gue ya? Kemarin emang kak Javas ajak gue ke kantin,"Kaila berpaling. "Permintaan maafmu di tolak! Ke kantin gak bilang-bilang," wajah Kaila berubah sedih. "Kenapa gue salalu sendiri? Gak ada gitu yang mau nemenin gue ke kantin?"Kebetulan beberapa cowok yang lewat dengan serempak dan semangat '45 menjawab. "OGAH!"Allisya dan Aqila tertawa lepas. Inilah derita Kaila."Kenapa? Gue cantik, putih, modelis, fashionabel, anggun, populer, bule,"Di kelas 12 Mipa 1, Luna selalu di cuekin oleh Daniel."Niel. Kamu dengerin aku gak sih?" tanya Luna kesal, mengguncangkan lengan Daniel yang sibuk mengetikkan pesan entah untuk siapa."Chat sama siapa sih?" Luna kepo mengintip.Daniel lan
Daniel baru saja duduk tangannya di tarik oleh Aris."Maksud lo apa kemarin? Berani deketin Allisya? Kalian kan udah putus," Aris melihat itu semua kemarin, sekuat tenaga ia tak emosi.Daniel tersenyum remeh. "Gue masih suka sama Allisya. Rencananya besok gue mau balikan sama dia,""Gak akan. Allisya gak pantes buat lo,"Luna yang baru datang melihat perdebatan itu pun menjauhkan Aris."Ada apa sih? Pagi-pagi udah berantem aja,""Jagain tuh sahabat lo. Gak usah berurusan sama Allisya lagi kalau lo bisanya bikin dia sakit hati dan nangis," meskipun dirinya tidak tau bagaimana jatuh cinta seperti apa, tapi Aris belajar bagaimana menjaga perasaan Allisya.Luna menatap Daniel meminta penjelasan. "Apa itu bener? Kamu mau balikan sama dia?"Daniel mengangguk.Seorang OSIS memasuki kelas. Dia Rey."Permisi. Saya ingin menyampaikan untuk tim basket putra berkumpul di lapangan sekarang. Terima kasih," setelahn
Daniel"Chat aja deh. Takutnya ganggu," ujar Daniel.Allisya mantan❤AndaSya? Kamu lagi belajar? Aku ganggu ya?6:00 pmTak lama Allisya membalasnya.Allisya mantan❤Aku baru selesai belajar. Kenapa? Tumben banget chat6:01 pmAndaAyo ke restoran Jepang yang baru aja buka. Mau coba gak? Aku aja penasaran loh.6:01 pmAllisya mantan❤Mau banget nih. Kebetulan pas laper😆6:02pmDaniel tersenyum simpul. Malam ini ia ingin memperbaiki semuanya. Allisya itu mantan terindahnya. Mengapa ia bisa menyia-nyiakan gadis baik seperti Allisya?Setelah lima menit menyulap diri menjadi rapi dan tampan, Daniel menatap pantulan dirinya di cermin."Allisya gak mun
Di kantin, meskipun tempat duduknya sudah penuh dan terisi, Zahra tetap keukeuh untuk makan satu meja dengan Alvian. Bahkan ia telah mengambil satu kursi punya tukang bakso lebih tepatnya meminjam."Kasihan kursinya di ambil, terus pembelinya mau duduk di tanah gitu?" ujar Kaila menyindir Zahra."Gak apa-apa, nanti juga gue balikin kok. Yang penting, bisa makan bareng sama Alvian. Ya kan sayang?" dengan berani dan percaya dirinya memanggil Alvian sayang.Reaksi Alvian hanya diam saja, tak menganggap kehadiran Zahra.Merasa di abaikan Zahra menawarkan siomay-nya. Menyuapkannya pada Alvian ketika mulut cowok itu terbuka.Zahra tersenyum puas saat Alvian menerima suapannya."Gimana? Pasti enak dong, apalagi di suapin sama cewek cantik kayak aku," ucap Zahra penuh percaya diri.Kaila berdehem. "Gimini? Pisti inik ding. Gak enak! Al, mending muntahin aja deh.""Kai, mana bisa ah. Udah gue ma
Dua perempuan yang kini berbincang di sudut kafe. Sore hari, jam 3. Keduanya membuat janji untuk membicarakan suatu hal yang sangat penting. Salah satunya adalah Luna."Lo kelas duabelas kan sekarang?" tanya Luna pada adik kelasnya itu, termasuk sangat dekat dengan sekolahnya dulu sebelum pindah karena Daniel."Iya. Kenapa? Langsung ke intinya deh. Gue gak mau lama-lama disini. Masih ada urusan lain," jawabnya ketus.Cewek berlensa biru dengan bibir merah muda dan kulit putihnya itu kesal dengan Luna."Gue minta lo pindah ke sekolah itu. Sekolah gue yang sekarang. Gampang kok, asal berduit aja. Gak perlu pinter. Penampilan lo menarik, cocok buat ngehancurin Allisya sama Alvian dan Aris. Gue hanya ingin Allisya di benci sama dua cowok itu.""Terus? Gue mesti ngapain?""Sekolah disana. Tugas lo cuman merebut Alvian dan Aris. Nih, fotonya," Luna menyodorkan dua lembar foto Alvian dan Aris."Kenapa gak dari d
Mengantuk, itulah yang di rasakan penghuni kelas 12 Ips 2 sedang berlangsung live streaming pelajaran Sejarah. Tidur, mencatat hal yang penting di sampaikan oleh guru, bertanya jika kurang mengerti, ada yang sekedar memperhatikan saja.Kaila menguap, lama-lama bosan juga."La," panggil Kaila berbisik. Aqila menoleh dengan wajah suntuknya."Lo pernah gak sih merasa kalau cowok yang kita sukai itu menjauh?" tanya Kaila sekedar iseng, hanya ingin tau bagaimana tanggapan Aqila si otak cerdas.Aqila mengernyit, Kaila sedang galau rupanya.Aqila menggeleng. "Kak Javas gak pernah gitu. Dia selalu ngasih kabar kok. Emangnya lo ada masalah apa sama kak Arif? Apa dia udah nyerah sama lo?"Kaila menggeleng lemah. "Gak tau la. Meskipun terkadang gue bales chatnya galak dan cuek, tapi notifikasi dari dia itu udah bikin hati gue seneng banget."Aqila mengusap bahu Kaila memberikan ketenangan."Sabar aja ka
Pagi ini Allisya datang ke sekolah dengan semangat, Aris mengantarkannya.Sebelum Allisya keluar dari mobil, Aris selalu memberikan bekal buatannya."Gak pedes kok, daripada kamu jajan sembaran di kantin. Yang pinter dan kosentrasi ya?" pesan Aris seperti seorang bapak kepada anaknya.Allisya mengangguk. "Siap! Kak Aris semangat ya kuliahnya."Aris tersenyum. Melihat Allisya se-ceria ini saja membuat hatinya berdesir tak karuan."Makasih. Aku pergi dulu ya? Maaf nanti gak bisa jemput, langsung ke kantor ayah. Kamu bareng sama Gibran aja ya?"Allisya merasa asing dengan nama itu."Gibran siapa kak?""Itu temenku, dia senior sya di geng."Allisya mengangguk. "Iya kak. Aku ke kelas dulu ya? Bye," Allisya melambaikan tangannya.Aris melajukan mobilnya, awal pagi melihat Allisya membuat semangatnya nge-jreng.Di kelas, Allisya menatap horor Kaila dan Aqila. Tapi Al
Malam minggu, moment yang pas untuk berjalan dengan pasangan. Apalagi Aris dan Allisya, keduanya menikmati semilir angin yang dingin dengan suara bisingnya kendaraan. Ya, mereka masih naik motor."Emangnya kamu gak dingin sya?" tanya Aris menatap Allisya di kaca spion motornya, senyum lebar itu sangat terlihat bahagia dan ceria, Aris ikut senang melihatnya.Allisya menggeleng. "Ini itu sejuk banget kak. Gak kayak di rumah, panas. Apalagi mama selalu nyalain AC, aku kedinginan tau," jawabnya sedikit kesal.Aris mengangguk faham. "Kalau kamu pake AC terus yang ada masuk angin lagi," Aris sangat tau Allisya tak menyukai angin elektrik yang di salurakan dari listrik pasti akan berakhir masuk angin."Aku di rumah kan pakai sweater kak," tapi Allisya juga tak nyaman memakai sweater setiap harinya, terlalu tertutup dan hangat. Ia ingin sesekali merasakan udara dingin.Akhirnya mereka sampai di sebuah pasar malam. Allisya mena
"Apa? Javas sekarang ada di rumah sakit? Ok ok, makasih banget kabarnya," Gavin tersenyum miring. Ia mendapat telepon dari orang terdekat, dan diantara Aris."Kenapa gue baru tau sekarang kalau Javas sekarat? Haha, gue terlalu fokus buat kabur.""Javas, ucapkan selamat tinggal pada dunia," Gavin tersenyum penuh arti. Ia punya rencana cemerlang untuk mencelakai Javas."Dan kekalahan geng gue, bukan berarti kebahagiaan buat geng lo Aris," hati Gavin merasa tak terima, Aris bermain curang dengan membawa pasukan banyak demi mengalahkan jumlah dan melumpuhkan pasukannya.***"Rif, lo pulang aja. Biar gue aja yang jagain Javas. Ris, lo juga. Pasti bokap lo nyariin. Biarin aja Javas sekarang jadi tanggung jawab gue," ucap Gibran mantap."Titip ya? Gue juga udah ngantuk banget nih. Pingin peluk bantal sama guling," Arif menguap setelahnya, menunggu Javas sadar akhir-akhir ini membuat punggungnya terasa pegal."Ok
Akhirnya Aris sampai di restoran yang Allisya tunjukkan. Matanya menyapu sekeliling, mencari sosok kecil dengan rambut yang tergerai seperti biasanya.Matanya menangkap sosok Allisya yang duduk sendirian. Aris menghampiri Allisya, entah bagaimana ia membuka obrolan. Apalagi kalau sudah lupa dengan janji."Allisya? Kamu disini udah lama ya nungguin aku?"Allisya beralih menatap Aris, matanya terlalu fokus dengan lalu-lalang kendaraan yang melintas.Allisya menyipitkan matanya, memandangi wajah Aris lekat. Ada beberapa lebam dan darah yang mengering disana. Apa Aris tawuran lagi?"Kak?" panggil Allisya serius. Rasanya sudah lelah memberikan nasehat berkali-kali pada Aris masalah tawuran."Iya sya? Kangen? Tau kok, tiap hari kamu juga bilang gitu di chat," Aris hanya menanggapi seadanya. Ia tak tau Allisya tengah khawatir sekarang."Kak Aris tawuran lagi? Kenapa? Memangnya itu gak sakit? Aku aja
"Maaf ya om, tante. Saya gak mau lama-lama, pasti ayah bakalan nyari juga," ujar Aris berpamitan pada Selena dan Allister."Kirain mau disini lebih lama. Tapi gak apa-apa deh," Selena tak rela Aris pamitan secepat itu."Allisya, kamu jangan begadang ya? Jam sembilan langsung tidur, gak usah nonton drakor. Apalagi yang espisodenys gak kelar-kelar," nasehat Aris serius, Allisya langsung berubah masam dan cemberut."Kakak aja begadang, kenapa ngelarang aku?" Allisya bersidekap dada menatap Aris sengit."Itu namanya udah sayang sama kamu sya. Aris gak mau kamu sakit," sahut Allister.Setelah Aris pergi, Allisya melangkahkan kakinya ke kamar. Setelah makan begini, enaknya belajar. Sangat pas untuk kembali berpikir.***Markas Cakrawala.Tepat pukul 6 malam, Gavin menyuruh semua anggotanya berkunpul di markas."Ada apa sih vin? Mau tawuran lagi? Udah kelar kali," celetuk Udin set
Sesampainya di rumah Allisya, sangat kebetulan sekali ada Selena dan beberapa tante-tante arisan yang asik bergosip ria.Terutama saat Allisya turun dari motor Aris. Semua itu tak luput dari perhatian Selena dan teman tante-tantenya."Itu siapanya Allisya? Pacarnya kan?""Ganteng e pean le." (Ganteng banget kamu 'le' untuk panggilan anak laki-laki)."Itu calon suaminya Allisya," ucap Selena memperkenalkan calon mantunya itu."Kapan nikah?""Setelah Allisya lulus, doain aja semuanya berjalan dengan lancar," wajah Selena terpancar kebahagiaan, apalagi Aris sudah di ketahui teman arisannya."Aaamiinn semoga lancar.""Kita doain yang terbaik aja deh Sel.""Mama, aku pulang," Allisya salim pada sang mama."Pingin deh mama cepet-cepet ya punya cu-""Mama! Aku masih sekolah. Bukan kebelet nikah," sela Allisya kesal, selalu saja mamanya itu menginginkan seorang cucu.