Allisya tersenyum membalas pesan Daniel. Meskipun sudah tengah malam, dengan setianya ia menemani Daniel.
Anda
Emangnya aku gula apa sampai manis?
00.00Daniel
Senyum kamu aja manis. Pingin bawa pulang, terus kenalin ke orang tuaku. Mau kan sya?
00.01Anda
Kalau itu, aku ragu niel. Kamu tau kan mamaku gak setuju.
00.02Daniel
Tidur sya. Bulannya udah bosen ngeliatin kamu. Jangan begadang, nanti sembuh. Eh sakit maksudnya 😅
00.02Anda
Kamu juga tidur. Good malam madu 🐝
00.03Daniel
Kok madu? Aku di serang lebah sya. Gak ganteng lagi gimana? Jangan cari cowok lain ah. Aku gak suka 😈
00.03Anda
Terjemahan Good Night Honey. Bener kan?
00.04Daniel
Iya deh. Tidur, pakai lotion anti-mantan. Maksudku nyamuk, selimutan, pejamin mata jangan lupa bayangin aku. Biar bisa mimpiin aku. Ampuh banget sya. Coba aja. Pikrin aku terus ❤
00.04<Saat sampai di mansion keluarga Keano, Arif membopong Aris."Orang tuanya Aris ada gak?" tanya Arif. Khawatirnya mereka akan memarahi Aris habis-habisan karena sudah mabuk."Gak tau. Coba tanya satpam dulu,"Allisya menghampiri satpam yang tengah duduk dan membaca koran itu."Permisi, apakah orang tua kak Aris ada di rumah? Saya Allisya,"Mendengar nama Allisya, satpam itu membungkuk memberikan penghormatan."Maaf nona, tuan sedang berada di luar kota. Akan pulang besok pagi. Tuan Aris dimana?"Allisya menunjuk Aris yang masih di bopong Arif."Pak, jangan kasih tau orang tuanya yah. Nanti kak Aris di marahin. Dia lagi ada masalah,"Satpam itu mengangguk. "Baik non. Silahkan masuk,"Gerbang terbuka secara otomatis. Allisya kagum, rumah Aris seperti masa depan saja.Arif mendudukkan Aris di sofa. Cowok itu masih mabuk dengan mata terpejam.
Di sebuah warung belakang sekolah, Aris nongkrong dengan semua anggota geng-nya, meskipun yang berkumpul hanya sepuluh orang tapi yang lainnya juga memiliki kesibukannya sendiri.Javas menghela nafasnya. Meletakkan secangkir kopi di meja."Udah lama ya kita gak berantem sama geng lain," celetuknya memecah keheningan. Mereka sibuk dengan ponselnya sendiri.Aris mengangguk. Benar apa yang di katakan Javas."Gue terlalu sibuk ngurus OSIS sama Allisya. Jadi lupa deh kalau geng kita seneng tawuran," rasanya ada yang kurang, sudah dua minggu tidak ada masalah dari geng lain yang suka mencari gara-gara.Ponselnya berbunyi, notifikasi lagi dari geng Cakrawala. Ia lupa geng itu pernah mengajaknya balapan beberapa hari yang lalu.GavinAnggota lo nyari masalah sama geng gue. Lo tau? Temen gue sekarang sekarat masuk rumah sakit. Sebagai gantinya, siap-siap aja.09:00 amAris menatap bengis satu-persatu anggotanya."Jawab! Siap
Saat ini, Aris mengumpulkan semua anggota gengnya.Apalagi Aris mengajak semuanya bolos, sangat aneh dan heran. Aris yang melarang untuk bolos, sekarang berubah.Arif menghampiri Aris. Ia duduk di sebelah cowok itu."Ris, lo kan ketua OSIS. Masa ngajak kita bolos, gak salah?" tanya Arif sedikit hati-hati, tatapan Aris tajam siap menikam siapa saja.Aris menoleh. "Gue mau menyampaikan hal penting ke kalian semua," nadanya terdengar serius."Apa? Jangan bilang lo mau balas perbuatan Gavin kemarin," celetuk Javas, biasanya Aris tak akan tinggal diam. Pasti keesokannya mengantur strategi untuk menyerang geng Cakrawala.Aris menggeleng. Bukan itu. Yang jelas, ini akan menyakiti seluruh anggota geng-nya."Gue mau geng kita bubar," ucap Aris dengan sekali tarikan nafas."Apa? Ris, lo gila!" Arif tak terima."Ris, lo jangan ngaco deh!" Javas marah."Gue serius. Geng kita, bubar aja. Dan markas ini, gak guna lagi," Aris me
Di sebuah warung belakang sekolah, Aris nongkrong dengan semua anggota geng-nya, meskipun yang berkumpul hanya sepuluh orang tapi yang lainnya juga memiliki kesibukannya sendiri. Javas menghela nafasnya. Meletakkan secangkir kopi di meja. "Udah lama ya kita gak berantem sama geng lain," celetuknya memecah keheningan. Mereka sibuk dengan ponselnya sendiri. Aris mengangguk. Benar apa yang di katakan Javas. "Gue terlalu sibuk ngurus OSIS sama Allisya. Jadi lupa deh kalau geng kita seneng tawuran," rasanya ada yang kurang, sudah dua minggu tidak ada masalah dari geng lain yang suka mencari gara-gara. Ponselnya berbunyi, notifikasi lagi dari geng Cakrawala. Ia lupa geng itu pernah mengajaknya balapan beberapa hari yang lalu. Gavin Anggota lo nyari masalah sama geng gue. Lo tau? Temen gue sekarang sekarat masuk rumah sakit. Sebagai gantinya, siap-siap aja.09:00 am Aris menatap bengis sa
Di hari minggu ini, Aris mengajak Allisya jogging."Lebih seru lagi kalau ada Aqila sama Kaila kak," Allisya tak mau terjebak moment awkard apalagi romantis dengan Aris."Gak usah sya. Aku kan pingin sama kamu aja. Udah pernah juga ngajak mereka berdua makan bareng. Kenapa? Takut baper sendirian?" Aris mencolek dagu Allisya, cewek itu berpaling menyembunyikan semburat merah di pipinya.Allisya menggeleng. "Gak kok, siapa juga yang baper. Kak Aris aja gak gombalin aku."Duduk di taman setelah lari mengelilingi kompleks rumah, Allisya yang akan membeli es krim mendapat larangan keras dari Aris."Sya jangan minum es kalau habis olahraga. Air putih aja ya?"Allisya menghela nafasnya, jika perhatian Aris demi kesehatannya maka ia akan menurut."Kamu disini aja, aku beliin air minum. Jangan beli macem-macem," nasehat Aris.'Bawel sih, tapi lebih perhatian daripada Daniel. Meskipun kak Aris gak ngel
Allisya tidak bisa tidur, entah kenapa badannya tidak enak. "Masa iya aku sakit? Kan gak salah makan," ucapnya. Pola makannya selalu di perhatikan sang mama dan Aris jika di sekolah. Pandangannya berkunang-kunang. Allisya duduk, memijat pangkal hidungnya. "Huh, pusing banget. Mana sih minyak telonnya?" Allisya berjalan sempoyongan menuju laci lemarinya. "Sshh. Gak kuat, apa aku harus panggil mama?" "Gak deh. Nanti mama ke ganggu lagi sama aku. Shh, aku gak kuat," mata Allisya terpejam, ia pingsan. *** "Allisya! Ayo sarapan nak," Inez mengetuk pintu kamar Allisya. Tak ada sahutan. Inez membuka pintunya. Ia terkejut melihat Allisya tidur di lantai. "Allisya! Kok tidur di lantai sih sayang. Ayo bangun, gak sekolah kamu?" Inez menepuk pipi Allisya beberapa kali, tapi anaknya itu tak bangun juga. Inez panik. "Nak! Bangun! Sayang," Inez memapa
"Oh ya, nanti kalian istirahat duluan aja ke kantin. Aku mau nyusul kak Aris di lapangan futsal," ucap Allisya setelah ia selesai menulis materi pelajaran di papan tulis. Kaila mengernyit heran. "Kok gitu? Emangnya kak Aris tanding futsal ya?" "Kita boleh ikutan gak?" sahut Aqila, lumayan liat cogan. Allisya menggeleng. "Jangan, aku kesana kan biar kak Aris ada yang bawain handuk sama minum gitu. Hehe," Allisya terkekeh garing. "Hmm, yang jomblo mah bisa apa atuh," sahut Kaila miris, entah kapan dirinya bisa di kagumi para laki-laki. Mungkin menunggu Daniel dan Luna bermusuhan. "Mohon bersabar kai, mungkin suatu saat kita dapet cowok yang bener," ucap Aqila berdoa, ah semoga saja. Kaila mengangguk. "Aamiin," siapa tau tipenya persis seperti Aris. *** Dengan senyum yang mengembang, Allisya membawakan minuman dingin untuk Aris. Ia juga membawa saputangannya sendiri. Di lap
Suasana kelas 11 Ips 1 ramai. Apalagi jamkos-nya Matematika. Beberapa mulai pesta, ada juga yang mengerjakan tugas dari guru BK, dan memilih bermain game. Kaila mengetukkan penggaris ke papan tulis. Semuanya pun mingkem. "Penting banget! Kurang seminggu lagi kita ujian! Hebat banget kan?" sambil mengumumkan, Kaila menambah kepanikan seisi kelas juga. "Ini nyata kan la?" "La! Jangan becanda deh. Masa secepat itu sih?" "Duh, mana nilai PR gue masih bolong-bolong lagi. Bantuin dong. Ya?" "Nih. Makannya apa-apa kerjain sendiri. Nyontek terus!" Kaila mengangguk. "Jadi kalian belajar aja. Soalnya ada yang kkm-nya 80," rasanya berat menyampaikan pencapaian nilai itu. "Apa?" "Sejarah," jawab Kaila tenang. "Gila! Ya kali sejarah kita dapat 80?" Allisya terkekeh mendengar keluhan mereka. "Itu sih gak belajar dulu. Paling cuman sejarah tokoh sama bangunannya aja," tapi itu terk