Share

221. Masalah Panggilan

Author: Putri Cahaya
last update Last Updated: 2025-01-19 23:15:36

“Tante cuma dapat hikmahnya aja,” timpal Zelda.

Dokter Radha mengangguk dengan memasang wajah sedih. “Iya, nih. Padahal kan Tante yang merasakan susahnya hamil sembilan bulan sama sakitnya melahirkan.”

Pak Raynald tertawa pelan lantas menatap istrinya dalam-dalam. “Meskipun dari segi fisik tak ada kemiripan denganmu, tetapi jangan salah. Kebaikan dan kecerdasan dalam diri Lora sudah pasti menurun darimu, Sayang.”

Dokter Radha tersenyum malu hingga menciptakan semburat merah di pipinya yang terlihat samar-samar.

Ia berdehem pelan untuk mengurangi salah tingkahnya. “Lora, bagaimana kabarnya Dek Zora?” tanyanya mengalihkan pembicaraan.

“Zora sehat, Bun. Akhir-akhir ini udah jarang kambuhan,” jawab Lora sambil tersenyum melihat keharmonisan orang tuanya di usia yang tak lagi muda.

“Alhamdulillah….” Dokter Radha kembali memegang kedua tangan Lora dengan mata berbinar-binar. “Ibun nggak nyangka banget udah punya cucu darimu. Kembar lagi, masyaallah….”

“Sebenarnya ada tiga, Bun. Tapi putr
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Bang Joe van Rizky
pasti ada sesuatu dengan dhafin
goodnovel comment avatar
Sartini Cilacap
Lora pasti kecewa dengan penolakan dhafin untuk menemui anaknya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   222. Putri Keluarga Konglomerat

    [Aku nggak bisa datang. Aku sibuk]Tidak lama kemudian, pesannya yang semula centang dua abu-abu berubah warna menjadi centang biru. Nama kontak ‘Lora❤’ itu tampak mengetikkan balasan.[Aku tau kamu sibuk mempersiapkan pernikahanmu dengan Freya. Tapi apa kamu nggak bisa meluangkan waktu sedikit aja untuk anak-anak? Ini demi anak-anakmu sendiri loh, Mas. Apa sesusah itu?][Maaf, Lora. Dalam waktu dekat ini aku memang nggak bisa datang. Tolong, sampaikan maafku untuk si kembar] [Baik, terserah kamu! Kamu udah berhasil membuat anak-anak dekat denganmu, tapi begini balasanmu? Ingat, ya, aku nggak akan memintamu datang kalau bukan demi anak-anak]Dhafin tahu Lora bukan tipe orang yang mengemis perhatian. Wanita itu menghubungi dirinya semata-mata hanya untuk si kembar dan itu pun saat mereka yang meminta. Jika tidak, Lora tidak pernah mengirimkan pesan padanya kalau bukan ia duluan yang ngechat.[Ini terakhir kalinya aku mengganggu waktumu. Kedepannya jangan salahkan aku kalau si kembar

    Last Updated : 2025-01-20
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   223. Tentang Keluarga Kusuma

    “Ini foto siapa, Bun?”Dokter Radha ikut menatap foto itu dengan mengulas senyum. “Dia kembaran Ibun. Namanya Anarva Raharja Kusuma.” Lora menatap Dokter Radha dengan mata berbinar-binar. “Wah... Ibun juga punya kembaran. Jadi pengen bertemu dan berkenalan. Bolehkan, Bun?” Dokter Radha mengubah raut wajahnya menjadi sendu dan menggeleng pelan. Tangannya mengusap foto dibagian laki-laki kecil itu. “Sayangnya nggak bisa karena dia udah meninggal.”Lora seketika melunturkan senyumnya dan merasa tidak enak. “Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Maaf, Bun. Aku nggak tau.” Dokter Radha menatap Lora dan tersenyum maklum. “Nggak papa, Sayang. Ibun mengerti.” Ia kembali membuka halaman album selanjutnya. Di situ terdapat beberapa foto kenangan Dokter Radha dengan kembarannya saat usia balita. “Meskipun kembar, Ibun dan Arva dilahirkan dalam keadaan yang berbeda. Arva memiliki penyakit jantung bawaan sama seperti Zora.”“Bedanya Arva penyakitnya lebih kronis dan nggak bisa bertahan lama. Se

    Last Updated : 2025-01-22
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   224. Rencana Pembalasan

    Dokter Radha terus menceritakan sekaligus mengenalkan keluarga besarnya kepada Lora sambil memperlihatkan album foto.Hingga tanpa terasa hari sudah beranjak sore. Keduanya pun menyudahi dan memutuskan untuk turun ke lantai bawah.Namun, sebelum itu Lora meminta tolong pada Amina untuk menjaga si kembar bila sewaktu-waktu terbangun. “Ibun lihat bisnis restoranmu berkembang pesat setelah diterpa masalah fitnah kemarin,” ujar Dokter Radha yang berjalan menuruni tangga bersama Lora. “Alhamdulillah, Bun. Masalah kemarin itu untuk pembelajaran kedepannya agar nggak keulang lagi. Udah diantisipasi juga kok,” balas Lora. Dokter Radha tersenyum bangga sembari mengusap lengan Lora. “Kamu mewarisi jiwa bisnis dari ayahmu. Kelak kamu akan menjadi pewaris perusahaan Brighton Group milik keluarga Ayah.” Lora hanya membalas dengan senyuman saja dan terus melangkah sampai di ruang tamu. Di sana ternyata masih ada Grissham dan Pak Raynald yang sepertinya sedang membicarakan hal penting. Keduanya

    Last Updated : 2025-01-22
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   225. Kekecewaan Si Kembar

    Beberapa hari telah berlalu. Lora pun sudah kembali ke rumahnya sendiri. Ia hanya seminggu menginap di rumah orang tuanya untuk perkenalan sekaligus adaptasi. Lora merasa tidak enak dengan Florence yang terang-terangan tidak menyukai kehadirannya di sana. Perempuan itu menganggap ia merebut semua yang dimilikinya. Jadi, ia yang merupakan orang baru memilih mengalah daripada merasa tidak nyaman selama tinggal di sana. Meskipun begitu, Lora sangat bersyukur karena yang menjadi kekhawatirannya tidak terjadi. Seluruh anggota keluarga besar Kusuma ternyata bisa menerima kehadirannya. Mereka bersikap ramah bahkan terlihat sangat menyayangi si kembar. Mereka juga tidak mempermasalahkan statusnya yang seorang janda malahan memberikan dukungan agar tetap kuat dan mampu berdiri tegak demi anak-anak.Mungkin hal itulah yang membuat Florence semakin membencinya. Namun, menurut cerita dari Grissham, Florence itu perempuan baik yang bersedia membantunya dalam penyelidikan.Hanya saja sifat cemb

    Last Updated : 2025-01-23
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   226. Bridal Shower

    Dhafin menatap Lora dalam-dalam. Mantan istrinya sudah banyak berubah. Tidak seperti dulu yang terlihat lemah dan manut-manut saja yang mudah sekali dimanfaatkan. Sekarang wanita itu jauh lebih berani mengutarakan hal yang tidak sejalan dengan prinsipnya sekaligus tegas. Namun, satu karakter yang masih sama. Lora tidak akan tinggal diam bila anaknya disakiti ataupun dikecewakan. Ia akan menjadi garda terdepan tanpa pandang bulu sekalipun itu ayah kandung dari anaknya sendiri. Dhafin menghela napas panjang. “Aku mengaku salah. Aku minta maaf, Lora.”Lora mendengus keras. “Kamu memang salah! Jangan minta maaf padaku. Minta maaflah kepada anak-anak yang berkali-kali kamu kecewakan,” balasnya ketus. Dhafin mengangguk dengan raut wajah semringah. Namun, detik berikutnya ia kembali murung. “Tapi mereka lagi nggak mau bertemu denganku.”Lora tersenyum mengejek. “Baru segitu kamu langsung menyerah? Cemen banget!” Dhafin membulatkan mata mendengar itu, agak tersinggung. “Terus bagaimana

    Last Updated : 2025-01-24
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   227. Mari Kita Party!

    Freya sendiri hanya diam di tengah suara-suara para temannya yang membujuk. Kepalanya tertunduk dengan tangan saling meremas gelisah. Dalam hati, ia tak tahu keputusan apa yang harus dirinya ambil. Apakah menerima ajakan teman-temannya atau memilih mengakhiri saja.“Frey, beneran kamu nggak mau party?” tanya temannya yang rambutnya digerai untuk memastikan sekali lagi. Si pembawa acara menghela napas melihat Freya yang masih bungkam. “Yaudah, kalau kamu nggak mau. Acara ini kita hentikan sampai di sini aja.”Salah satu dari mereka meraih nampan di atas meja berniat untuk menyingkirkan minuman beralkohol itu.Namun, belum sempat tangannya mengangkat nampan, sebuah tangan lain menghentikan gerakannya.“Tunggu.” Freya memegang tangan temannya bermaksud mencegah. Ia menatap sang teman dan botol minuman itu secara bergantian. “Mau dibawa kemana?”“Mau kubawa pergilah. Kan kamu nggak mau party,” jawab temannya itu. “Siapa bilang?” tanya Freya dengan raut wajah datar. Ia melipat tangannya

    Last Updated : 2025-01-25
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   228. Pengakuan Tanpa Sadar

    “What?!” seru mereka semua berbarengan, sangat terkejut mendengar pengakuan tak terduga dari Freya. “Serius kamu?”Freya mengangguk dan kembali bersandar karena tidak kuat menahan kepalanya yang pusing. “Aku memilih pergi supaya Lora yang menggantikanku di sana.”“Aku memang pergi untuk mengikuti ajang kelas model bergengsi di luar negeri. Tapi sebetulnya waktu seleksinya nggak di hari itu. Aku…. sengaja memajukan jadwal keberangkatanku.”“Dan ya… seperti yang kurencakan Lora menjadi pengantin pengganti karena acara nggak mungkin dibatalkan begitu aja demi nama baik keluarga.” Ia menjeda ucapannya untuk menarik napas dalam-dalam. “Aku berencana membuat Lora jatuh cinta sama Dhafin. Setelah benar-benar cinta bahkan bucin akut, aku merebut Dhafin kembali.”“Aku yakin sekali Dhafin masih sangat mencintaiku walaupun sudah menikah dengan Lora selama empat tahun. Semua rencanaku berjalan dengan mulus dan berhasil,” jelasnya.Teman Freya yang berpenampilan paling. sexy itu geleng-geleng kep

    Last Updated : 2025-01-26
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   229. Gara-gara Live Streaming

    Freya kembali menenggak minuman lalu meletakkan gelasnya di meja dengan kasar. “Meski begitu, Dhafin masih enggan menceraikan Lora bahkan di saat kami udah tunangan.”“Aku harus menunggu sampai berbulan-bulan barulah mereka akhirnya resmi bercerai. Ternyata proses perceraian mereka ditunda karena Lora hamil anaknya Dhafin. Sialan!”Ia mendengus kasar seraya menyandarkan tubuhnya kembali. “Sekarang Lora jauh berbeda dengan yang dulu. Aku nggak bisa lagi mengusik hidupnya dan menyentuh anak-anaknya.”“Dia punya bekingan kuat yang sulit untuk ditembus. Dia juga dengan berani-beraninya mengancamku. Dikiranya aku bakal takut begitu? Hahaha… Nggak sama sekali.”“Menikah dengan Dhafin satu-satunya cara supaya Lora tersakiti dan tersiksa dengan perasaannya sendiri yang terlalu mencintai Dhafin itu.”“Aku akan membuat Dhafin menjauh dari anak-anak Lora yang sekarang dekat dengannya. “Aku akan membuat Lora menangis darah dan mengemis perhatian Dhafin demi anak-anaknya. Hahaha….”Freya terus s

    Last Updated : 2025-01-27

Latest chapter

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   266. Perlakuan Manis

    Lora bergidik ngeri padahal Grissham mengatakannya dengan suara tenang seperti biasa. Namun, entah kenapa ia merasa merinding ketika mendengarnya.Seperti ada ancaman tersirat di dalamnya. Ia menggelengkan kepala dan memilih segera menghabiskan makanannya yang tersisa sedikit.Grissham tersenyum kecil melihat respon calon istrinya ini. Ia meletakkan sendok dan garpu ke dalam piringnya yang sudah kosong lantas mendorong ke tengah meja.Dengan tangan yang terlipat di atas meja, Grissham menatap Lora lekat-lekat. Ia memperhatikan setiap gerakan kecil wanita itu yang selalu menarik di matanya.Lora yang merasa ditatap pun menjadi salah tingkah dibuatnya meski sudah sering. Kepala tertunduk menghindari bertemu pandang dengan Grissham. “A-apaan sih, Kak? Kenapa menatapku seperti itu?”Grissham tidak menjawab melainkan mengulurkan tangannya lalu mengusap sudut bibir Lora yang terdapat sisa makanan. “Bibirmu sedikit belepotan. Rupanya kau tidak pernah berubah, ya.”Sontak, tubuh Lora menegan

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   265. Lunch Bersama

    “Assalamu'alaikum, Lora, calon istriku.”Lora yang semula fokus pada laptop mengangkat kepalanya lalu menyunggingkan senyum begitu melihat seseorang yang baru saja masuk. “Waalaikumsalam, Kak Sham.”Grissham berjalan menghampiri Lora yang duduk di kursi kerja dan berdiri di seberangnya. Ia menumpukan tangannya di atas meja dengan sedikit mencondongkan tubuh. “Tampaknya kau sangat sibuk. Apa kau sedang banyak pekerjaan, hm?” tanyanya.“Cuma ngecek laporan keuangan bulanan aja sih. Ini udah selesai kok.” Lora mengeluarkan semua tab dalam laptopnya lantas menekan tombol ‘Shutdown’ untuk menonaktifkan.Grissham tersenyum lebar dan menegakkan tubuhnya. “Baguslah, aku ingin mengajakmu makan siang bersama.”Lora menutup laptopnya setelah memastikan benar-benar mati. Ia beranjak dari duduknya lalu mendekati Grissham. “Boleh, mau makan dimana?”“Di sini saja agar tidak jauh-jauh. Untuk apa makan di luar kalau kita sendiri mempunyai restoran?” Grissham menggandeng tangan Lora, mengajak keluar

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   264. Ajarkan Aku Mencintaimu

    “Apa kau bahagia hari ini, Lora?” tanya Grissham menatap Lora yang tengah memandang ke arah langit malam.Keduanya sekarang ini duduk di salah satu kursi panjang taman samping mansion yang luas. Masih dengan memakai baju batik couple serta riasan yang belum di hapus.“Iya, aku bahagia, sangat.” Lora menatap Grissham sejenak disertai senyum manis lalu kembali menatap ke atas. “Jujur, ini pertama kalinya aku berada di momen ini. Dan aku merasa… berharga.”Grissham mengerutkan keningnya. “Pertama kali? Memangnya saat bersama Dhafin dulu kau tidak….” Ia langsung menghentikan perkataannya melihat Lora yang langsung melunturkan senyum. “Ah, iya, aku lupa.”Lora kembali menatap Grissham dengan wajah sedikit murung. “Kakak kan tau sendiri gimana pernikahanku sama Mas Dhafin. Mana ada acara lamaran kayak gini?”Grissham menjadi tidak enak. “Maaf, Lora, aku benar-benar lupa tentang itu.”Lora kembali mengulas senyuman. “Nggak papa. Makasih, ya, Kak, udah datang kemari dan menunjukkan keseriusa

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   263. Calon Istri

    Lora tidak langsung menjawab, melainkan berusaha mengendalikan debaran jantungnya yang menggila. Ia tak menduga Grissham bisa seromantis ini bahkan tanpa membawa teks.Dalam hati, wanita itu merasa terharu sekaligus dicintai sebegitu dalamnya. Sebelum menjawab, Lora mengalihkan tatapan ke arah orang tuanya. Mereka mengangguk kompak seakan memberi isyarat agar dirinya segera menjawab. Ia kembali menatap Grissham sambil menarik napasnya.“Bismillahirrahmanirrahim…. Dengan restu Ayah sama Ibun dan seluruh keluarga besar, aku bersedia menikah denganmu, Kak Sham,” ujarnya disertai senyuman.Seruan syukur terucap bebarengan hingga terdengar memenuhi ruangan. Lora menghembuskan lega, berhasil menyelesaikan bagiannya dengan lancar tanpa terbata-bata. Selanjutnya, ada pertukaran cincin. MC pun memanggil seseorang yang bertugas membawakan cincin itu. Tak lama, datanglah seorang gadis kecil berusia sekitar sepuluh tahun yang merupakan anak dari sepupu pertama Lora. Di tangannya membawa kotak

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   262. Melamarmu

    Ruang tamu di mansion utama keluarga Kusuma yang sangat luas itu tampak indah dengan beberapa ornamen bunga sebagai hiasannya. Di bagian depan yang menjadi panggung utama terdapat dua kursi dan dekorasi sederhana bertuliskan ‘G & L’ pada dindingnya. Ya, hari ini atau lebih tepatnya malam ini acara pertunangan Lora dengan Grissham akhirnya digelar. Acaranya berlangsung secara intimate yang hanya dihadiri oleh sanak saudara dan orang terdekat saja. Beberapa tamu sudah mulai berdatangan karena memang acaranya dilaksanakan pukul tujuh dengan tujuan agar tidak kemalaman. Sementara itu, sang pemeran utama masih berada di kamar sedang bersiap. Ia membiarkan MUA menyiapkan penampilannya di hari istimewa ini, mulai dari make-up hingga tatanan kerudung. “Sudah selesai.” “Cantik banget, Mbak Lora.” Lora tersenyum menanggapi ucapan mereka dan mengucapkan terima kasih karena sudah dibantu bersiap-siap. Ia menatap pantulan dirinya di depan cermin. Di sana dirinya tampak sangat cantik dengan

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   261. Pilihan Akhir Lora

    Lora berdiri dengan perasaan resah. Kedua bola matanya bergerak liar untuk menghindari tatapan Dhafin yang terasa menusuk itu. Ia bingung, tak tahu harus menjawab apa dan bagaimana. Otaknya tiba-tiba terasa kosong. Kedatangan Dhafin kemari saja sudah membuatnya kaget bukan main. Lora tak pernah menduga hal yang ditutup-tutupi dari Dhafin akhirnya terungkap sekarang. Ya, meskipun pria itu akan tahu nantinya, tetapi bukan berarti secepat ini juga. “Lora,” panggil Dhafin terdengar sangat dingin bercampur geram. Ia sebenarnya sudah tahu jawabannya. Namun, ia ingin mendengar langsung penjelasan dari mulut Lora sendiri. “Ee… itu… a-aku… aku….” Lora berkata dengan gagap hingga tanpa sadar mengeratkan pegangan tangannya pada lengan sang ayah seolah meminta bantuan. Pak Raynald yang menyadari itu dan mulai bisa membaca situasi menoleh pada putrinya. “Apa kau belum belum memberitahu Dhafin tentang ini, Princess?” “Ayah…” Lora menatap ayahnya melas dan menggeleng samar. Tangannya semakin

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   260. Perjuangkan Cintamu, Dhafin!

    Lora lagi-lagi menggeleng tegas. “Nggak usah, Mas Dhafin. Udah jelas orang tuaku nggak setuju, jadi percuma aja. Jangan membuang waktu untuk keputusan yang udah final.” ‘Maaf, Mas. Aku cuma nggak ingin kamu tau kalau aku udah dijodohkan sama Kak Sham. Kamu pasti akan lebih kecewa lagi,’ lanjutnya dalam hati seraya menatap Dhafin dengan perasaan bersalah. “Tapi, Lora–” Drrtt! Ucapan Dhafin terpotong oleh suara dering ponsel milik Lora. Wanita itu segera mengangkat telepon dan berbincang sejenak dengan sang penelepon yang ternyata dari Amina. Setelah mengakhiri telepon, Lora kembali memusatkan perhatiannya pada Dhafin. “Mas Dhafin, aku udah mantap dengan keputusanku. Aku minta maaf atas jawabanku yang mengecewakan.” “Aku pamit pulang duluan, ya, Mas. Si kembar udah mencariku.” Ia lantas beranjak dari duduknya sambil sedikit menunduk. “Sekali lagi aku minta maaf. Aku pergi dulu, assalamu'alaikum,” pamitnya lantas berlalu meninggalkan Dhafin sendirian. “Wa’alaikumsalam.” Dhafin me

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   259. Keputusan Bulat

    “Apa?” Dhafin sedikit melebarkan mata tajamnya. Netra berwarna coklat itu memperlihatkan keterkejutan yang tak mampu disembunyikan.Ia berharap salah mendengar. Namun, suara Lora yang pelan seakan-akan berdengung di telinganya membuat napasnya tercekat.“Iya, Mas, orang tuaku nggak setuju kalau kita rujuk.” Lora mengulang perkataannya. Ia menatap tepat di kedua bola mata Dhafin seolah menegaskan bahwa ucapannya tidak main-main.Dhafin tertegun dengan jantung yang mempompa liar. Hatinya mencelos serasa diremas oleh tangan tak kasat mata. Jadi, Lora menolak rujuk karena orang tuanya tidak setuju.“Kenapa nggak setuju? Padahal semuanya baik-baik aja. Bukankah mereka udah memaafkanku?” tanyanya yang terdengar seperti protes.Lora mengangguk sembari melipat tangannya di atas meja. “Mereka memang memaafkanmu, tapi bukan berarti bisa kembali. Orang tuaku punya kekhawatiran yang besar padaku yang akan terluka lagi kalau kita rujuk.”Dhafin merasakan dadanya bergemuruh hebat mendengar pengaku

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   258. Satu Jawaban

    [Assalamu'alaikum, Mas. Apa hari ini kamu ada waktu untuk bertemu?][Aku ingin membahas kelanjutan permintaan rujuk waktu itu sekaligus memberikan jawaban. Rasanya nggak enak kalau lewat telepon][Waalaikumsalam, Lora. Sepulang kantor nanti sore aku free. Ingin bertemu dimana?][Di kafe dekat kantormu aja. Bisa kan?][Bisa-bisa, sampai bertemu nanti]Itu merupakan sepengal pesan yang dikirimkan oleh Lora siang tadi. Dhafin jadi kembali teringat dengan permintaan mantan istrinya yang ingin minta petunjuk lewat sholat Istikharah selama seminggu.Tanpa terasa tibalah hari ini saatnya Dhafin mendengar jawaban itu. Sungguh, ia sangat antusias dan tidak sabar ingin segera bertemu Lora. Ia berharap jawaban yang diberikan oleh Lora sama seperti yang dirinya punya usai melaksanakan sholat Istikharah juga.Kini, pria berparas tampan itu duduk sendiriam di salah satu meja yang berada di dekat jendela. Tubuhnya bersandar pada kursi sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di meja.Ia menunggu kehadiran

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status