Share

169 - S2

Penulis: Ahgisa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-01 17:44:12

Mobil hitam itu berhenti di depan gerbang sekolah dasar Annalie. Sera memandangi halaman sekolah yang mulai lengang setelah jam pulang. Sementara itu, Elli dan Raquel duduk dengan diam, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri.

Sera menghela napas panjang, mencoba menyamankan suasana sebelum akhirnya berkata kepada supirnya, “Pak, tolong laporkan ke penjaga sekolah bahwa kita menjemput Annalie.”

Supir itu pun mengangguk, lalu keluar dari mobil menuju pos penjaga.

Tak lama setelahnya, gerbang kecil terbuka, dan sosok Annalie yang mungil berlari keluar dengan ransel kecil di punggungnya.

Meski melihat Anna, tentu saja mata Elli masih berlarian mencari sosok yang ia ingin temui. Tapi nihil, sepertinya memang sekolah itu hanya bisa mengeluarkan siswanya jika anak tersebut sudah dijemput.

Anna yang datang dengan wajah cemberut itu membuka pintu mobil namun langkahnya terhenti saat melihat siapa yang ada di dalam mobil.

“Mama?” seru Anna, matanya melebar melihat ibunya di dal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mari Bercerai, Paman Kai!   170 - S2

    Elli masih memandangi foto di tangan Anna ketika gadis kecil itu mulai bercerita.“Tante Elli, itu Abel,” kata Anna sambil menunjuk ke salah satu anak laki-laki di foto. “Dia temanku di sekolah. Itu yang aku cerita di mobil tadi. Aku mau kenalin dia ke Tante Elli sama Om Raquel. Tapi sekarang dia lagi sakit, katanya di rumah sakit.”Elli mengalihkan pandangannya dari foto ke Anna, rasa khawatir mulai merayap di hatinya. “Abel… sakit apa, Anna?” tanyanya, berusaha terdengar tenang.“Katanya demam,” jawab Anna polos. “Wali kelasku bilang mungkin karena perubahan cuaca. Makanya aku diingetin juga untuk jaga kesehatan. Mama juga ngingetin itu waktu ngobrol sama Pak Gino di mobil.”Hati Elli semakin tidak tenang. Ia memejamkan matanya sejenak, mencoba menenangkan diri, tapi pikirannya tidak bisa berhenti memikirkan Abel. Bagaimana keadaan anak itu sekarang? Apa dia baik-baik saja?Elli terdiam, dan Anna memanfaatkan momen itu untuk melanjutkan ceritanya. “Tante tahu nggak? Sebelum Abel sak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Mari Bercerai, Paman Kai!   171 - S2

    “Dia anakku, Luke! Aku berhak untuk ketemu dia. Yang misahin dia dari aku ‘kan kamu. Aku nggak mau berpisah sama dia. Jadi, itu hakku untuk bisa ketemu dia ‘kan?!” Lukas menghela napas panjang, sorot matanya tidak lagi setajam tadi. Kata-kata Elli seolah menusuk sisi hatinya yang rapuh. Ia tidak menjawab, hanya memalingkan wajahnya, tatapan dinginnya kini penuh pertimbangan. Dalam benaknya, ia teringat percakapan dengan sang ibu, yang menyebutkan bahwa cepat atau lambat, Abel akan mencari tahu kebenaran tentang ibunya. Tidak peduli sekeras apa Lukas mencoba melindunginya, anak itu tetap akan menginginkan jawaban.“Tunggu di sini,” kata Lukas akhirnya, nadanya datar namun tidak mengandung perlawanan seperti sebelumnya.Elli tidak menyangka bahwa semudah ini mengajak Lukas berdialog. Jika saja semudah ini, dari dulu, ia akan mencoba berkomunikasi dengan Lukas.Elli hanya belum tahu saja, banyak hal yang telah dilalui, sehingga pria itu kini sudah lebih lunak. Jika ia mencobanya sebel

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Mari Bercerai, Paman Kai!   172 - S2

    Elli turun dari taksi dengan langkah berat, wajahnya yang lelah terlihat jelas meski ia mencoba menyembunyikannya. Satpam rumah segera menyambutnya dengan penuh semangat. "Bu Elli! Ibu sudah pulang?" tanyanya dengan nada penuh perhatian. Elli hanya mengangguk kecil. "Iya, Pak. Terima kasih," jawabnya sebelum melangkah ke dalam. Satpam itu langsung berlari masuk ke rumah, mengabarkan bahwa Elli sudah kembali. Tak lama kemudian, Sera muncul dengan langkah tertatih, tangannya memegangi perutnya yang sudah membesar karena kehamilannya yang sudah masuk bulan ketujuh. “Kak Elli!” seru Sera dengan nada penuh emosi. “Kamu ke mana aja? Pergi gitu aja tanpa ngomong apa-apa! Aku sampai bingung.” Elli menatap adiknya, lalu menarik napas panjang sebelum berkata dengan suara datar, “Maaf, Ra. Aku cuma ingin memastikan sesuatu.” Sera memandang kakaknya dengan tatapan tajam. “Kamu tahu nggak, Kak? Kak Raquel sama Mas Kai nyusul kamu ke rumah sakit karena cerita Anna. Dia bilang kamu nanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Mari Bercerai, Paman Kai!   173 - S2 (END)

    Di sebuah rumah kecil di pedesaan Belanda, Elli dan Raquel berdiri di ambang pintu, menikmati udara musim semi yang segar. Rumah mereka memang sederhana, tapi kehangatan cinta dan tawa anak-anak membuatnya terasa megah. Di halaman belakang, Sheynina dan Tobias saling mengejar dengan penuh keceriaan. Rambut panjang Sheynina yang mirip Elli berkibar-kibar dihembus angin, sementara Tobias tertawa lepas, menunjukkan sisi manisnya yang mulai tumbuh dewasa. Mata Elli tertuju pada kebun kecil di depan rumah, di mana bunga-bunga tulip mulai bermekaran. Warna-warni cerah itu mengingatkannya bahwa hidup selalu punya cara untuk memulihkan diri, meski sebelumnya terasa sulit. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Raquel, menikmati keheningan bersama. “Hidup kita mungkin nggak sempurna, Kak Raquel,” ucap Elli dengan suara lembut. “Tapi aku merasa tenang sekarang.” Raquel merangkul bahunya erat, memberikan rasa nyaman yang hanya ia temukan dari pria itu. “Itu yang terpenting, Sayang. Kita kemb

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Mari Bercerai, Paman Kai!   174 - S3

    Anna duduk di kursinya dengan wajah masam, menatap layar komputer yang menampilkan tabel data kepegawaian. Sesekali ia mendesah, bosan dengan tugas monoton yang ia kerjakan sejak pagi. Magang di Miracle Group, perusahaan milik keluarga besar Adnan - Candra, awalnya terdengar seperti pengalaman yang menyenangkan. Tapi kenyataannya, kehidupan magangnya tidak semudah yang ia bayangkan. Sebagai salah satu cucu dari keluarga besar Adnan, Anna seharusnya memiliki akses istimewa. Namun, ia sengaja menyembunyikan identitasnya. Itu adalah keputusan bersama keluarganya agar ia bisa merasakan bekerja tanpa perlakuan khusus.Sementara itu, Abel Candra, sepupunya, juga magang di perusahaan yang sama. Namun, kehadiran Abel sering kali menarik perhatian karena ketampanannya dan tentu saja, siapa yang tak tahu cucu tampan Tuan Jaden Arash Candra, sang pemimpin Miracle Group.Lima tahun terakhir anaknya kembali ikut memimpin Miracle Group, Lukas – ayah Abel. Tentu saja itu membuat Abel lebih sering

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Mari Bercerai, Paman Kai!   175 - S3

    "Annaaaa!" Suara Erica terdengar dari kejauhan, diikuti lambaian tangan yang membuat beberapa orang menoleh ke arahnya. Anna, yang berjalan beriringan dengan Abel, langsung menoleh. “Gila, Erica, lo nggak bisa teriak lebih keras lagi, ya?” keluh Anna, tapi tetap tersenyum melihat sahabatnya yang selalu ceria itu. Erica mendekat dengan langkah cepat, senyuman lebarnya seperti tidak pernah luntur. "Lo tahu nggak? Hari gue luar biasa banget!" serunya sambil menggandeng lengan Anna. Abel hanya menatap Erica dengan ekspresi datar. “Hari lo luar biasa setiap hari, Erica. Apa lagi sekarang?” Erica mengabaikan komentar Abel dan menatap Anna dengan mata berbinar. “Lo nggak bakal percaya, An! Divisi gue kedatangan kepala divisi baru, cowoknya ganteng banget! Kayak aktor yang keluar dari layar TV! Gue berasa ngelihat Jacob Elordi lagi ngomong didepan gue. Sumpah, ganteng banget, Ann!” Anna tertawa kecil, meski penasaran. “Bentar, bentar. Ganteng doang, apa ada isinya?” tanyanya sambil m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Mari Bercerai, Paman Kai!   176 - S2

    Sera duduk di sofa ruang tamu dengan secangkir teh hangat di tangannya. Ia menatap pintu depan dengan senyum tipis saat mendengar suara mobil suaminya yang baru saja masuk ke garasi. Tak lama, Kai masuk dengan raut lelah namun tetap tersenyum begitu melihat istrinya. “Capek, Mas?” tanya Sera lembut sambil mendekat untuk menyambutnya. Kai mengangguk sambil melepas jas kerjanya. “Lumayan. Ada beberapa perubahan di kantor yang bikin sedikit berantakan. Tadi ada pembahasan tentang direksi yang dipindahkan ke pusat.” Sera membantu Kai menyimpan tas kerjanya di meja kecil dekat sofa. “Direksi dipindahin? Siapa, Mas? Berarti Mas tambah repot dong?” Kai duduk di sofa sambil menghela napas panjang. “Iya, sementara jadi agak chaos. Yang di pindah Reno, Direktur Sumber Daya. Eh iya, Sayang, tadi aku ketemu Eric. Eric temen Khalif itu.”Sera menatapnya dengan heran. “Eric? Eric yang tinggal London itu” Kai mengangguk sambil menuang segelas air mineral dari botol di atas meja. “Iya. Ing

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Mari Bercerai, Paman Kai!   177 - S2

    Koridor di lantai delapan Miracle Group tampak sibuk pagi itu. Karyawan berseliweran dengan dokumen di tangan, langkah kaki mereka terdengar cepat di atas lantai keramik yang mengilap. Di sudut pantry, Anna sedang menggenggam secangkir kopi sambil bercakap-cakap dengan Abel, sepupunya. “Lu tau nggak, Bel? Gue hampir aja dimarahin Bu Melani gara-gara laporan yang lu suruh revisi,” keluh Anna, matanya memicing ke arah Abel yang hanya tersenyum tipis. “Lu aja yang pelupa, Ann. Gue udah bilang hari Jumat kemarin, tapi lu malah sibuk nonton drama Korea di meja lu,” balas Abel santai sambil mengangkat bahu. Anna mendesah, mengangkat cangkir kopinya. “Oke, salah gue. Tapi serius, kalau Bu Melani ngomel lagi, gue bisa stres!” Abel tertawa kecil, namun sebelum sempat menjawab, suara langkah tergesa-gesa terdengar dari ujung koridor. “Permisi,” suara tegas seorang pria membuat Anna dan Abel menoleh. Eric Williams melangkah cepat ke arah mereka, mengenakan setelan jas abu-abu gelap

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04

Bab terbaru

  • Mari Bercerai, Paman Kai!   177 - S2

    Koridor di lantai delapan Miracle Group tampak sibuk pagi itu. Karyawan berseliweran dengan dokumen di tangan, langkah kaki mereka terdengar cepat di atas lantai keramik yang mengilap. Di sudut pantry, Anna sedang menggenggam secangkir kopi sambil bercakap-cakap dengan Abel, sepupunya. “Lu tau nggak, Bel? Gue hampir aja dimarahin Bu Melani gara-gara laporan yang lu suruh revisi,” keluh Anna, matanya memicing ke arah Abel yang hanya tersenyum tipis. “Lu aja yang pelupa, Ann. Gue udah bilang hari Jumat kemarin, tapi lu malah sibuk nonton drama Korea di meja lu,” balas Abel santai sambil mengangkat bahu. Anna mendesah, mengangkat cangkir kopinya. “Oke, salah gue. Tapi serius, kalau Bu Melani ngomel lagi, gue bisa stres!” Abel tertawa kecil, namun sebelum sempat menjawab, suara langkah tergesa-gesa terdengar dari ujung koridor. “Permisi,” suara tegas seorang pria membuat Anna dan Abel menoleh. Eric Williams melangkah cepat ke arah mereka, mengenakan setelan jas abu-abu gelap

  • Mari Bercerai, Paman Kai!   176 - S2

    Sera duduk di sofa ruang tamu dengan secangkir teh hangat di tangannya. Ia menatap pintu depan dengan senyum tipis saat mendengar suara mobil suaminya yang baru saja masuk ke garasi. Tak lama, Kai masuk dengan raut lelah namun tetap tersenyum begitu melihat istrinya. “Capek, Mas?” tanya Sera lembut sambil mendekat untuk menyambutnya. Kai mengangguk sambil melepas jas kerjanya. “Lumayan. Ada beberapa perubahan di kantor yang bikin sedikit berantakan. Tadi ada pembahasan tentang direksi yang dipindahkan ke pusat.” Sera membantu Kai menyimpan tas kerjanya di meja kecil dekat sofa. “Direksi dipindahin? Siapa, Mas? Berarti Mas tambah repot dong?” Kai duduk di sofa sambil menghela napas panjang. “Iya, sementara jadi agak chaos. Yang di pindah Reno, Direktur Sumber Daya. Eh iya, Sayang, tadi aku ketemu Eric. Eric temen Khalif itu.”Sera menatapnya dengan heran. “Eric? Eric yang tinggal London itu” Kai mengangguk sambil menuang segelas air mineral dari botol di atas meja. “Iya. Ing

  • Mari Bercerai, Paman Kai!   175 - S3

    "Annaaaa!" Suara Erica terdengar dari kejauhan, diikuti lambaian tangan yang membuat beberapa orang menoleh ke arahnya. Anna, yang berjalan beriringan dengan Abel, langsung menoleh. “Gila, Erica, lo nggak bisa teriak lebih keras lagi, ya?” keluh Anna, tapi tetap tersenyum melihat sahabatnya yang selalu ceria itu. Erica mendekat dengan langkah cepat, senyuman lebarnya seperti tidak pernah luntur. "Lo tahu nggak? Hari gue luar biasa banget!" serunya sambil menggandeng lengan Anna. Abel hanya menatap Erica dengan ekspresi datar. “Hari lo luar biasa setiap hari, Erica. Apa lagi sekarang?” Erica mengabaikan komentar Abel dan menatap Anna dengan mata berbinar. “Lo nggak bakal percaya, An! Divisi gue kedatangan kepala divisi baru, cowoknya ganteng banget! Kayak aktor yang keluar dari layar TV! Gue berasa ngelihat Jacob Elordi lagi ngomong didepan gue. Sumpah, ganteng banget, Ann!” Anna tertawa kecil, meski penasaran. “Bentar, bentar. Ganteng doang, apa ada isinya?” tanyanya sambil m

  • Mari Bercerai, Paman Kai!   174 - S3

    Anna duduk di kursinya dengan wajah masam, menatap layar komputer yang menampilkan tabel data kepegawaian. Sesekali ia mendesah, bosan dengan tugas monoton yang ia kerjakan sejak pagi. Magang di Miracle Group, perusahaan milik keluarga besar Adnan - Candra, awalnya terdengar seperti pengalaman yang menyenangkan. Tapi kenyataannya, kehidupan magangnya tidak semudah yang ia bayangkan. Sebagai salah satu cucu dari keluarga besar Adnan, Anna seharusnya memiliki akses istimewa. Namun, ia sengaja menyembunyikan identitasnya. Itu adalah keputusan bersama keluarganya agar ia bisa merasakan bekerja tanpa perlakuan khusus.Sementara itu, Abel Candra, sepupunya, juga magang di perusahaan yang sama. Namun, kehadiran Abel sering kali menarik perhatian karena ketampanannya dan tentu saja, siapa yang tak tahu cucu tampan Tuan Jaden Arash Candra, sang pemimpin Miracle Group.Lima tahun terakhir anaknya kembali ikut memimpin Miracle Group, Lukas – ayah Abel. Tentu saja itu membuat Abel lebih sering

  • Mari Bercerai, Paman Kai!   173 - S2 (END)

    Di sebuah rumah kecil di pedesaan Belanda, Elli dan Raquel berdiri di ambang pintu, menikmati udara musim semi yang segar. Rumah mereka memang sederhana, tapi kehangatan cinta dan tawa anak-anak membuatnya terasa megah. Di halaman belakang, Sheynina dan Tobias saling mengejar dengan penuh keceriaan. Rambut panjang Sheynina yang mirip Elli berkibar-kibar dihembus angin, sementara Tobias tertawa lepas, menunjukkan sisi manisnya yang mulai tumbuh dewasa. Mata Elli tertuju pada kebun kecil di depan rumah, di mana bunga-bunga tulip mulai bermekaran. Warna-warni cerah itu mengingatkannya bahwa hidup selalu punya cara untuk memulihkan diri, meski sebelumnya terasa sulit. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Raquel, menikmati keheningan bersama. “Hidup kita mungkin nggak sempurna, Kak Raquel,” ucap Elli dengan suara lembut. “Tapi aku merasa tenang sekarang.” Raquel merangkul bahunya erat, memberikan rasa nyaman yang hanya ia temukan dari pria itu. “Itu yang terpenting, Sayang. Kita kemb

  • Mari Bercerai, Paman Kai!   172 - S2

    Elli turun dari taksi dengan langkah berat, wajahnya yang lelah terlihat jelas meski ia mencoba menyembunyikannya. Satpam rumah segera menyambutnya dengan penuh semangat. "Bu Elli! Ibu sudah pulang?" tanyanya dengan nada penuh perhatian. Elli hanya mengangguk kecil. "Iya, Pak. Terima kasih," jawabnya sebelum melangkah ke dalam. Satpam itu langsung berlari masuk ke rumah, mengabarkan bahwa Elli sudah kembali. Tak lama kemudian, Sera muncul dengan langkah tertatih, tangannya memegangi perutnya yang sudah membesar karena kehamilannya yang sudah masuk bulan ketujuh. “Kak Elli!” seru Sera dengan nada penuh emosi. “Kamu ke mana aja? Pergi gitu aja tanpa ngomong apa-apa! Aku sampai bingung.” Elli menatap adiknya, lalu menarik napas panjang sebelum berkata dengan suara datar, “Maaf, Ra. Aku cuma ingin memastikan sesuatu.” Sera memandang kakaknya dengan tatapan tajam. “Kamu tahu nggak, Kak? Kak Raquel sama Mas Kai nyusul kamu ke rumah sakit karena cerita Anna. Dia bilang kamu nanya

  • Mari Bercerai, Paman Kai!   171 - S2

    “Dia anakku, Luke! Aku berhak untuk ketemu dia. Yang misahin dia dari aku ‘kan kamu. Aku nggak mau berpisah sama dia. Jadi, itu hakku untuk bisa ketemu dia ‘kan?!” Lukas menghela napas panjang, sorot matanya tidak lagi setajam tadi. Kata-kata Elli seolah menusuk sisi hatinya yang rapuh. Ia tidak menjawab, hanya memalingkan wajahnya, tatapan dinginnya kini penuh pertimbangan. Dalam benaknya, ia teringat percakapan dengan sang ibu, yang menyebutkan bahwa cepat atau lambat, Abel akan mencari tahu kebenaran tentang ibunya. Tidak peduli sekeras apa Lukas mencoba melindunginya, anak itu tetap akan menginginkan jawaban.“Tunggu di sini,” kata Lukas akhirnya, nadanya datar namun tidak mengandung perlawanan seperti sebelumnya.Elli tidak menyangka bahwa semudah ini mengajak Lukas berdialog. Jika saja semudah ini, dari dulu, ia akan mencoba berkomunikasi dengan Lukas.Elli hanya belum tahu saja, banyak hal yang telah dilalui, sehingga pria itu kini sudah lebih lunak. Jika ia mencobanya sebel

  • Mari Bercerai, Paman Kai!   170 - S2

    Elli masih memandangi foto di tangan Anna ketika gadis kecil itu mulai bercerita.“Tante Elli, itu Abel,” kata Anna sambil menunjuk ke salah satu anak laki-laki di foto. “Dia temanku di sekolah. Itu yang aku cerita di mobil tadi. Aku mau kenalin dia ke Tante Elli sama Om Raquel. Tapi sekarang dia lagi sakit, katanya di rumah sakit.”Elli mengalihkan pandangannya dari foto ke Anna, rasa khawatir mulai merayap di hatinya. “Abel… sakit apa, Anna?” tanyanya, berusaha terdengar tenang.“Katanya demam,” jawab Anna polos. “Wali kelasku bilang mungkin karena perubahan cuaca. Makanya aku diingetin juga untuk jaga kesehatan. Mama juga ngingetin itu waktu ngobrol sama Pak Gino di mobil.”Hati Elli semakin tidak tenang. Ia memejamkan matanya sejenak, mencoba menenangkan diri, tapi pikirannya tidak bisa berhenti memikirkan Abel. Bagaimana keadaan anak itu sekarang? Apa dia baik-baik saja?Elli terdiam, dan Anna memanfaatkan momen itu untuk melanjutkan ceritanya. “Tante tahu nggak? Sebelum Abel sak

  • Mari Bercerai, Paman Kai!   169 - S2

    Mobil hitam itu berhenti di depan gerbang sekolah dasar Annalie. Sera memandangi halaman sekolah yang mulai lengang setelah jam pulang. Sementara itu, Elli dan Raquel duduk dengan diam, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri. Sera menghela napas panjang, mencoba menyamankan suasana sebelum akhirnya berkata kepada supirnya, “Pak, tolong laporkan ke penjaga sekolah bahwa kita menjemput Annalie.”Supir itu pun mengangguk, lalu keluar dari mobil menuju pos penjaga. Tak lama setelahnya, gerbang kecil terbuka, dan sosok Annalie yang mungil berlari keluar dengan ransel kecil di punggungnya. Meski melihat Anna, tentu saja mata Elli masih berlarian mencari sosok yang ia ingin temui. Tapi nihil, sepertinya memang sekolah itu hanya bisa mengeluarkan siswanya jika anak tersebut sudah dijemput.Anna yang datang dengan wajah cemberut itu membuka pintu mobil namun langkahnya terhenti saat melihat siapa yang ada di dalam mobil.“Mama?” seru Anna, matanya melebar melihat ibunya di dal

DMCA.com Protection Status