Suasana ruang konferensi pers pun riuh seketika, lontaran-lontaran pertanyaan terus diajukan tapi tak satu pun dijawab oleh Issac Hamis. Sebenarnya Elma tahu semua jawaban itu, tapi ia juga setuju pada sikap Issac Hamis yang tak menjawab. Jika jawaban yang didapat hanya menimbulkan kegemparan dan keresahan massal, lebih baik tak disampaikan saja jawaban itu.
“Kami harap tenang,” Shido Katsuko mengambil alih podium dan seketika para wartawan menjadi bungkam.
“Aku persilahkan perwakilan elf untuk menyampaikan informasi mereka.”
Elma langsung berdiri, ia merasa semua mata tertuju padanya dalam setiap langkah menuju podium.
Ia berbalik untuk menghadap dan berbicara, “Perkenalkan, namaku Elma...”
Pandangan Elma fokus ke depan, tapi tak sengaja ia melihat Arina, dan mereka pun saling bertatapan untuk sejenak. Perempuan itu sepenuhnya berubah tapi tidak untuk perasaan Elma.
“Beberapa orang telah mengenalku,
Sejak siang itu media gempar dan terus membicarakan hasil konferensi pers tersebut. Seluruh dunia merasa kehilangan, mereka berduka pada Tim Adam yang meninggal, mereka khawatir pada Jillian dan Mika yang menghilang, dan mereka mempertanyakan keadaan Wylus yang sedang dirawat di Frat.Banyak media yang terus mengkritik keputusan Jillian, bagaimana pun keputusan Jillian berdampak buruk pada Tim Adam dan bahkan pada dunia per-hunter-an. Jepang, Inggris, Prancis, dan Israel kehilangan hunter terkuat mereka.Di televisi yang menyala, seorang pembawa berita tengah menyampaikan analisis kekuatan Tim Adam kini. “Jika ke lima hunternya dianggap tidak mampu bertugas, mungkinkah posisi kosong Tim Adam akan diisi oleh beberapa hunter dari Tim Henokh? Mungkinkah Issac Hamis akan memimpin Tim Adam kelak? Simak pendapat dari Hunter Eric Novic setelah pesan-pesan berikut.”Arina yang sedang menggendong Mulan, melihat William yang mematikan televisi dengan kesal.
Mobil berhenti di sebuah kompleks gedung perindustrian yang luas, Arina tak asing dengan tempat ini, dan mereka telah sampai di Departemen Penanggulangan Gates Nasional. Bangunan-bangunan di sana lebih mirip dengan hanggar pesawat yang memiliki bentuk atap melengkung yang lebar.Mulan yang ada dalam gendongan Arina, terlihat terpana dengan kemegahan bangunan di sana.“Bagus bukan?” bisik Arina pada Mulan.Kemudian pintu hanggar yang sangat besar mulai terbuka, seorang yang tak asing di mata Arina mulai terlihat. Mitshuhiro tampak berpenampilan seperti sebelumnya, celana dan bajunya tampak kusut, raut wajahnya seperti orang yang kurang tidur, dan rambutnya acak-acakan seperti tak pernah mandi. Yang membuatnya sedikit berbeda kali ini hanya jas laboratorium putih yang dia kenakan.Ia langsung menghampiri kami dan berjabat tangan, “Aku sudah menunggu kalian, selamat datang. Oh Mulan, manis sekali bayi ini.”“Maaf membawa
Arina dan Elma saling menghentikan langkah dan rombongan pun perlahan meninggalkan mereka. Ada beberapa hal yang menganjal dan ingin ia tanyakan pada Elma. Rasa-rasanya elf itu punya rencana yang dirahasiakan atau mungkin cerita dan informasi yang tak di ungkap tentang Jillian. “Apa mungkin Jillian kembali?” Arina mengulangi pertanyaannya sama seperti ketika konferensi pers. “Mungkin. Tapi cara dia kembali mungkinkah terjadi?” Elma menjawab dengan nada yang berbeda dibandingkan saat di konferensi pers. Mendengar jawaban itu, Arina sedikit terkejut. Sedangkan Mulan mulai mengintip ke sumber suara itu dengan memberanikan diri. Arina benar-benar tak mengerti pemikiran Elma, di satu sisi seolah-olah elf itu ingin membantu tapi di sisi lain terkadang seperti tak ingin membantu. “Dengarlah, satu-satunya cara Jillian pulang adalah dengan dia menciptakan gate itu sendiri,” kata Elma. Jawaban itu terdengar pahit bagi Arina, tak ada satu pun manusia yan
Dua tiang besar berdiri tegap dan terhubung dengan berbagai kabel besar. Kabel-kabel itu menjulur panjang dari sebuah gedung besar yang mirip berbentuk hanggar pesawat. Tak seperti sebelumnya, persiapan pembukaan gate menuju Anora telah siap kurang dari setengah jam. Desas-desusnya, rune stone yang diberikan oleh Elma-lah yang membuat gate itu terbuka lebih cepat.Mengingat perkataan Elma tadi, sungguh membuat perasaan Arina menjadi berat. Apa kesepakatan yang dia buat dengan Jillian hingga menaruhkan diri Elma untuk tak bertemu dengannya? Apa benar-benar kesepakatan itu terpenuhi? Bukankah Jillian sendiri belum kembal untuk menagih janji?“Selamat tinggal, Arina,” ucap Elma sambil melangkah pergi.Arina sengaja tak menjawabnya karena dia yakin suatu hari nanti mereka akan bertemu lagi.“Da!” Mulan tiba-tiba melebarkan jarinya seolah-olah tahu bahwa rombongan elf akan pergi.Elma dan Komandan Ebr pun memimpin langkah rombong
Tujuh hari pun berlalu, Arina masih belum mendapatkan kabar apa pun tentang suaminya. Rasa rindunya semakin berat ketika membayangkan kehadiran Jillian yang selalu ada di sisinya. Kasurnya terasa dingin dan sepi, biasanya pula Jillian selalu memberikan sentuhan-sentuhan hangat dan bisikan-bisikan menggelikan. Meski Arina akui bahwa Jillian bukan tipe romantis dan suka bicara, ia tetaplah suami yang baik dan penuh perhatian.“Oekk,” Mulan terdengar menangis dan Arina pun segera bangun untuk mengendong putri kecilnya.Sepertinya tak hanya Arina yang sangat rindu, Mulan pun pasti merasakan rindu pada ayahnya. Jika dibandingkan dengan dirinya justru Jillian-lah yang lebih sering terbangun lebih dulu dan segera mengendong Mulan di malam hari. Terkadang Arina pun tak mendengar tangis Mulan karena Jillian telah mengendongnya dan dia beranjak dari kasurnya tanpa suara. Ia sering berpikir mungkin itu karena kemampuan hunter milik Jillian.“Apa kamu meri
Arina memeluk Anatasia cukup lama, ia pikir entah kapan mereka bisa bertemu lagi. Arina memang sudah memutuskan tinggal di Tokyo untuk sementara waktu dan Anatasia juga akan tinggal di Moscow entah berapa lama nantinya. Kondisi per-hunter-an dunia memang sedang kacau, akan ada perombakan besar di WH Organization, dan Tim Adam bisa dipastikan tak akan ada dalam susunan baru organisasi tersebut. Oleh sebab itu, kemungkinan mereka bertemu seperti akan sulit.Anatasia melepas pelukan itu, “Kabari aku jika ada kabar dari Jillian.”Arina mengangguk kemudian berpindah ke Issac dan memberikan pelukan sebentar. “Jaga pacarmu,” bisik Arina.Issac pun seperti biasa tak banyak bicara, ia hanya menganggukkan kepala dengan senyum datarnya sebagai jawaban.“Sampai jumpa!” ucap sepasang kekasih itu saat pergi.“Da!” teriak Mulan dalam gendongan William.“Ya, sampai jumpa lagi, Anatasia, Issac,&rdqu
Arina dan Mitshuhiro duduk dalam kecanggungan, pancingan dari ucapan Arina sebelumnya jelas mengarah ke topik yang ujungnya mungkin tak memberi harapan.“Bagaimana kamu bisa tahu buku itu?” ucap balik Mitshuhiro.“Elma mengatakannya. Mungkin aku bisa membantumu menerjemahkannya,” Arina menjelaskan jawabannya.Mitshuhiro melipat tangannya di depan dada, ia menghela nafas seolah seperti ada beban berat dalam pikirannya, “Aku sudah menerjemahkan semuanya.”Arina sedikit terkejut karena baru tahu bahwa Mitshuhiro bisa berbahasa Semesta, tapi ia lebih terkejut bahwa sepupunya itu telah menyelesaikannya. Artinya tak ada lagi yang bisa di lakukan Arina.“B-bagaimana hasilnya?”Mitsuhiro kemudian berdiri dan berbalik ke arah meja kerjanya. Kertas-kertas dan buku-buku saling bertumpukan dan berantakan. Ia mencari sesuatu dalam tumpukkan itu. Tak lama dia berbalik dengan selembar kertas yang berisi gamba
Dua bulan telah berlalu, sejak hari pertemuan dengan Mitshuhiro, Arina sadar ia hanya bisa menunggu. Ia harus menjadi ibu yang kuat, bagaimana pun ia tak bisa terus-terusan larut dalam kesedihan. ia juga harus menjadi seorang istri yang kuat, bagaimana pun juga ia selalu percaya suatu hari nanti Jillian akan pulang.Arina datang dengan bubur bayi di tangannya, sedangkan Mulan dan kakeknya sedang bermain bersama. Di sore hari, Shido Katsuko selalu menyempatkan diri untuk bermain dengan cucunya setelah pulang kerja. Lelaki tua itu seolah-olah berbeda dari yang Arina kenal sebelumnya, ia memperlakukan cucunya begitu sayang.Mulan dan Shido Katsuko menggenggam mainan pedang, mereka beradu pedang dengan pelan, dan sungguh permainan itu membuat Mulan tertawa bahagia.“Mulan memiliki tangan yang kuat,” puji Shido Katsuko saat Arina datang menghampiri.“Sangar mirip ayahnya. Ayo sambil makan,” ucap Arina dengan siap memberikan satu suapan.