illian terbangun dari tidurnya, ia sedikit bersyukur tidak bermimpi buruk atau bangun dengan sesosok balkanji di sampingnya. Tubuhnya benar-benar terasa pulih, tidak ada luka goresan yang dalam, dan luka dalam yang menyakitkan untuk bergerak kini telah hilang. Ia berjalan ke mulut gua, matahari tampak telah turun dan berada di garis horizon yang berarti hari hampir malam.
Sesampainya keluar dari gua, Jillian melihat pemandang sore yang indah di Lohika. Cakrawala tampak penuh dengan hutan hijau yang subur, langit biru yang selalu cerah, dan gunung-gunung berbatu yang menjulang tinggi. Ketika menikmati semua pemandang indah itu, Jillian sadar bahwa di sedang berdiri di sebuah gunung berbatu tertinggi. Dari tempatnya, ia bisa melihat puncak gunung-gunung yang lain berada di bawahnya.
Satu hal yang langsung terlintas di benak Jillian, ia tak pernah melihat gunung tertinggi ini dari tempat Mika dimakamkan, dan jika benar berarti jarak dengan lokasi makam itu pasti sangat ja
Binis mulai menceritakan dari hari ketika ia merasakan kehadiran gates— kemunculan Jillian, tapi ia tak tahu bila ada makhluk lain atau makhluk seperti apa yang muncul. Kala itu Binis mendapat kabar bahwa mata-mata musuh sedang mendekat, Unha yang kala itu dekat dengan keberadaan gates merasa penasaran, dan buruknya malah di kejar beberapa naga musuh.“Musuh?” spontan Jillian berucap dan mencocokkan perkataan Binis dengan ingatannya.‘Mungkinkah tiga naga yang menyerang Unha?’ pikir Jillian.“Ya, Tuanku. Lohika sedang dalam masa tegang. Setelah kepergian Lord of Dragon, Raja Naga Uz, yang tak kembali, terjadilah pemberontakan.”Jillian tak ingin tahu atau ikut campur pada masalah mereka. Ia sengaja menyela, “Kala itu... setelah kau menghajar musuh yang mengejar Unha, apakah kamu merasakan kehadiranku?”“Ya, Tuan. Maafkan aku.”Binis melanjutkan ceritanya. Kala itu ia merasakan
Jillian terbangun keesokan harinya, ia menegak habis satu botol airnya, dan memakan setengah kaleng ransum terakhirnya. Ia lekas merangkul tasnya dan mengikat pedang miliki Mika di punggungnya.Tubuhnya telah segar, tenaganya telah pulih, dan tekadnya telah bulat untuk pulang hari ini. Satu rencana pulang yang sederhana, banyak para monster bisa menciptakan sebuah gate, dan ia menduga bahwa Binis bisa membantunya untuk menciptakan gate ke bumi.Saat berbalik, Jillian melihat tiga sosok balkanji itu di mulut gua, mereka membawa buah-buahan segar, dan langsung menghampiri Jillian seperti anak anjing yang bahagia.Mereka meletakan buah-buahan itu. Jillian memungut sebuah buah yang paling kecil dan berkata dalam bahasa Semesta, “Kalian bisa memahamiku?”Para balkanji mengangguk kegirangan.Jillian sengaja mengetesnya dalam bahasa Inggris, “Apa kalian mengerti perkataanku? Kalian mematuhi semua perintahku?”Para balkanji s
Tak lama Unha datang bersama 5 ekor naga yang merupakan prajurit setia Binis. Ekspresi mereka berubah menjadi geram bercampur ketakutan, mereka salah satu saksi dari kengerian kekuatan Jillian beberapa hari yang lalu. Binis langsung menjelaskan sosok Jillian tapi 5 naga itu masih tampak kebingungan.“Kalian melihat pertarungan kemarin, bukan? Tuan Jillian adalah Lord of Almighty yang baru. Perintah-Nya, kalian tak boleh menyebarkan kabar ini dan temani Tuan Jillian ke tempat Nows.”“Kha?” Beberapa naga meraung pelan dengan kebingungan.Jillian mulai melangkah ke depang dengan sikap angkuh yang menantang, “Apa kalian penakut?”“Khaaa!” Mereka meraung dengan semangat.Jillian bergegas naik ke pundak Unha dan mereka pun bersiap untuk terbang. Tapi tiba-tiba di mulut gua 3 balkanji mencegat mereka. Tampang mereka tampang lesu dan sedikit sedih.“Apa yang terjadi?” tanya Jillian. Tiga ba
Salah seorang naga melangkah maju dari rombongan, ia memiliki tubuh dengan berbidang kotak, dan bahkan moncong rahangnya berbentuk kotak dan lebar. Lengannya berukuran besar dan berotot, tidak seperti lengan naga pada umumnya yang berbentuk kurus. Jillian membayangkan andai naga itu memiliki peran hunter seperti di bumi pastinya naga itu akan menjadi seorang tanker.Unha pun segera menyambut naga itu, mereka terlihat saling bercakap-cakap, tidak ada bahasa Semesta yang terucap, terkadang ada desisan atau raungan pelan.“Khaaa....!!!” Naga bertubuh kekar itu meraung dengan mendongakkan lehernya ke atas dan dengan sangat keras. Satu per satu dari belasan naga di belakangnya melakukan hal yang sama.“Khaaa....!!! Kha....!!!!”Unha pun berbalik dan dalam sekejap para naga mulai diam, mereka bergerak beberapa langkah ke depan, dan semua naga bersujud di depan Jillian.‘Sial!’ kutuk Jillian dalam hati. Bagaimanapun Jil
Unha tiba-tiba bertanya, “Tuan Jillian baik-baik saja?”“Ah, iya.” Jillian tak berniat menceritakan kejadian itu. Ia memang sering mengalami hal-hal aneh dalam hidupnya, mimpi buruk yang sering muncul, luka-luka yang sering sembuh lebih cepat, atau ia yang jarang sekali merasakan lelah. Kejadian tadi pun hanya dianggap angin lalu bagi Jillian.Jillian sedikit berbasa-basi dengan canggung, “Kamu bisa menciptakan gates bukan? Mengapa memilih terbang dari pada menciptakan gates?”“Ya Tuan, gates memberikan waktu yang sangat sikat menuju suatu tempat tapi mana yang dibutuhkan cukup besar. Semakin banyak yang masuk, maka semakin besar energi mana yang dibutuhkan meskipun gates sendiri sudah tercipta. Jadi terbang lebih hemat energi, lagi pula naga memiliki kemampuan terbang yang sangat cepat.” menjawab Unha.Unha terdiam beberapa saat dan mulai berkata-kata dengan sedikit gagap, “Apakah Tuan Jillian sangat
Kesedihan dan rasa bersalah menyelimuti Jillian, dengan berat hati Jillian bangkit dan melanjutkan langkahnya tanpa kata-kata. Balkanji-balkanji yang mengikutinya pun seolah tak ia pedulikan. Hutan pun telah dia lewati dan ia sampai di tempat pembantaian para naga, belasan hingga puluhan naga yang tak terhitung jumlahnya telah menjadi bangkai.Bau busuk mulai tercium tapi tak begitu menyengat, mungkin dalam setiap tubuh para naga ada rune stone yang berharga, tapi Jillian tak peduli. Mengorek bangkai-bangkai itu pasti membutuhkan waktu lebih lama, ia pun hanya berniat membawa senjata Sahura dan sedikit mengucapkan selamat tinggal pada Mika.Setelah beberapa saat berjalan, akhirnya Jillian sampai di depan makam Mika. “Aku janji akan kembali dan akan memberimu pemakaman yang lebih layak, Mika.”Sihir pedang hitam berbentuk claymore tercipta di tangan kanannya. Jillian melangkah ke dekat makam itu kemudian membalik pedang hitam itu dan menancapkannya ke
“Para kesatria bersiap!” teriak Kanta karena merespons kemunculan gate itu. Kepanikan terjadi di suku Seikalija, warganya yang tak mencapai 1500 orang begitu gempar melihat gate ukuran raksasa yang muncul di langit. Sebagian besar panik mengemasi barang-barang mereka, sebagian juga hanya terbengong melihat kengerian gate itu, dan para kesatria yang hanya sekitar 60 orang mulai mengambil senjata-senjata mereka dari dalam tenda-tenda. “Kesatria Seikalija! Siapkan senjata kalian! The Horn, kembalilah ke tenda-tenda kalian!” teriak Kanta dari depan tendanya. Ia pun bergegas masuk ke dalam tenda untuk mengambil kapak merahnya. Ketika keluar ia pun masih meneriakkan perintah yang sama, meminta kesiapan Kesatria Seikalija dan meminta para The Horn untuk menunggu tenang di tenda mereka. Kanta pun sampai di tempat para kesatria berkumpul, masing-masing dari mereka telah memegang senjata, dan rusa-rusa yang menjadi tunggangan andalan mereka pun telah siap. Kant
Dalam sekejap Jillian melewati gate, pandangannya sempat silau oleh cahaya dalam gates. Ada keanehan yang dia alami kali ini, ketika pandangan kaburnya mulai menghilang, tiba-tiba cahaya menyilaukan kembali muncul. Dua kali Jillian merasakan silau cahaya yang mengaburkan pandangannya. Tiga balkanji di belakangnya pun ikut mengucek-ucek matanya karena silau oleh cahaya tadi. Langit tampak cerah dan berawan putih yang indah, bentang hutan luas terlihat tapi jelas berbeda dengan hutan hijau di Lohika. Jillian mulai bertanya-tanya di negara mana ia muncul? Mengapa tak ada asosiasi hunter yang bersiap? Apakah gerbang sebesar ini tak ada yang mendeteksinya? Jillian mulai menolehkan pandangannya ke bawah, sosok-sosok tak asing baginya terlihat, para The Horn dan termasuk sosok Kanta yang berbadan besar itu tengah bersujud pada seorang The Horn. “Sialan!” kutuk Jillian dalam hati. “Mengapa membawaku ke Zalen?” bentak Jillian pada Eryn. Naga itu pun menggerang