Baru saja terdengar suara gemuruh di arah yang dituju Anatasia. Mobilnya kini terjebak oleh keramaian dan kepanikan orang-orang di sana. Debu terlihat seperti kabut yang berhembus maju.
‘Apa yang terjadi?’ pikirnya.
Ia kemudian turun di pinggir jalan dan masih sedikit jauh dari Gedung Biro Hunter Federasi Rusia.
“Siapa itu?” seorang tiba-tiba menyahut.
“Monster!” teriak yang lain.
Kepanikan mulai semakin menjadi-jadi, tapi beberapa orang ada yang bersikap tenang seperti Anatasia, sebagian dari mereka merekam kejadian itu dengan ponselnya. Ketenangan Anatasia tiba-tiba berubah, ia mengenal salah satu sosok dari dua yang melayang di udara.
“Issac!” teriak Anatasia sambil berlari ke arah itu.
Sosok yang lain menarik pedangnya dari tubuh Issac Hamis. Tubuh besar Issac pun segera jatuh ke bawah. Anatasia terus berlari tak peduli seberapa banyak orang yang bertabrakan dengan dirinya, tak pedul
Spontan Shido Katsuko berlari ke arah putri dan cucunya itu, Arina tampak bengong, dan Mula masih tersenyum mengemaskan. Tapi saat itu juga, jendela di hadapan Shido Katsuko tiba-tiba hancur tertubruk sesuatu yang tidak ia mengerti.Prang, suara hancurnya kaca dan jendela kini jelas terdengar. Sesosok kesatria muncul di hadapan Shido Katsuko, ia mengenakan helm kesatria yang mengkilap, dan di punggung kesatria itu ada sebuah pedang panjang.Shido Katsuko diam beberapa saat, ia sengaja tak ingin memancing pergerakan kesatria itu. Ia melihat Arina tengah mendekap bayinya, putrinya itu terlihat sangat terkejut tapi tahu bahwa tak boleh panik.“Siapa kau?” ucap Shido Katsuko sambil mengisyaratkan ekspresi mukanya agar Arina pergi. Jemari Arina mulai menutup mulut Mulan, agar suara bayi itu tak memancing suatu hal yang buruk.Kesatria itu meraih pedang di punggungnya, dia langsung mengacungkan pedang itu di hadapan Shido Katsuko. Yang ia rasakan ba
“Aku tidak tahu, ada orang yang menerobos masuk rumah,” ucap Arina panik di telepon.Beberapa menit yang lalu dia dan ayahnya masih menikmati makan malam yang menyenangkan, tapi semua berubah ketika ayahnya mendapatkan panggilan telepon. Tiba-tiba sesosok makhluk yang menyerupai manusia menerobos masuk rumah. Bahkan seorang pengawal yang mengantarnya pergi juga tewas tertebas suatu serangan.Di tengah rasa ketakutan dan kekhawatirannya, Arina merasa sebuah keberuntungan menghampirinya tadi. Andai puppet di tangan Mulan tidak terjatuh dan Arina tidak berjongkok untuk mengambilnya, mungkin hal buruk dan kematian telah menghampirinya.“Arina, tenang! Aku sedang memanggil polisi dan anak buah Paman lainnya. Apa kamu melihat siapa yang menyerang Paman?” ucap Mitshuhiro di panggilan telepon.“Aku tidak tahu, aku hanya melihat orang itu sedikit tinggi, memakai helm, dan membawa pedang panjang,” ucap Arina dengan jantung yang b
Di Zalen, empat hari yang lalu....Jillian baru saja tiba di sana dan langsung di sambut ‘hangat’ oleh Kepala Suku Agung Soar. Ia akui, The Horn legenda itu pasti terpancing pada kemunculan Eryn. Sedangkan naga itu sungguh menyesatkan, andai tak ada Kanta pastinya kesalahpahaman itu akan sulit diselesaikan.“Baiklah, aku senang bisa menerima tawaran itu. Aku mohon bantuanmu untuk pulang ke Manaearth,” ucap Jillian karena tak ingin Eryn menyesatkannya lagi.“Tentu, Tuan Jillian,” jawab Kanta dengan senyum ramahnya.Kanta mulai meminta sebuah rusa untuk ditunggangi oleh Jillian, mereka menyebutnya ‘eura’ yaitu rusa nan indah yang berperan seperti kuda. Eura memiliki sebuah tanduk yang tumbuh di kepalanya dan menjalar seperti akar serabut tapi kuat. Beberapa bentuk tanduknya bahkan mirip dengan batang pohon bonsai.Eura memiliki postur tubuh yang sangat mirip dengan kuda-kuda Anora. Mereka tegap dan lebi
Pemandangan di Zalen sungguh indah, meski Lohika dan Zalen sama-sama memiliki langit yang indah dan belantara hutan yang luas.Zalen memiliki hutan yang memancarkan kehidupan, beragam tanaman tubuh subur di sana, berbagai hewan sesekali terlihat berlarian, atau terlihat pula burung-burung yang beterbangan. Sedangkan Lohika, keindahan mereka berasal dari hutan homogen yang tak terjamah.Kala itu matahari di langit mulai turun dalam peredarannya. Lohika, Zalen, dan Manaearth memilik warna matahari yang sama. Langit mereka tampah menjadi oren keemasan, sama dengan pemandangan sore hari di bumi. Saat itu pula Ervy mulai terbang rendah untuk mencari tempat beristirahat.Sesuai saran Kanta, bukan karena bahaya malam yang mengincar mereka, tapi Kanta tak bisa menunjukkan jalan di malam hari.Ketika hari telah gelap dan api unggun telah siap, Kanta mengeluarkan sekantong biji-bijian dari kantong besarnya, dan ia mengulurkan itu ke Jillian.“Terima ka
Kanta mengatakan lebih dari separuh perjalanan mereka telah di tempuh. Segera mereka akan sampai sebelum sore hari. Jillian sungguh bersyukur tak ada masalah yang menghalanginya kini.Ia mulai melihat gunung besar sebagai tempat tinggal Suku Viljely dan para perapal mantra. Menurut Kanta suku ikut tinggal di kaki gunung, mereka memiliki perkebunan yang subur dan mereka akan menyambut dengan ramah. Suju Viljely bisa dibilang taat dengan dogma yang menyangkut Kepala Suku Agung Soar.Eryn mulai melakukan manuver terbangnya untuk mendarat. Dari langit, Jillian melihat para The Horn sedang beraktivitas di kebun mereka. Segera pun terjadi sedikit kepanikan ketika para The Horn melihat kedatangan Eryn.Jillian jadi sedikit terbesit, “Mungkinkah Eryn juga akan membawa kepanikan di bumi? Mungkin.”Ketika Eryn mendarat Kanta-lah yang pertama melompat turun. Jillian yang melihat para balkanji itu mencoba turun, segera ia mencegahnya, “Kalian
Udara panas terasa menyengat Jillian. Suasana dinginnya malam dan remang-remang cahaya obor berubah menjadi cuaca cerah. Di ujung pandangannya ia melihat beberapa bangunan gedung. Saat itu juga ia merasa lega bahwa setelah tahu ia berhasil kembali ke bumi.“Ajagar....!” seorang berteriak.Jillian yang terbang di punggung Eryn, melihat kerumunan orang-orang yang lari tunggang langgang. Sekilas ia melihat para laki-laki itu berkulit cokelat tapi seperti William yang berkulit hitam. Wajah-wajah mereka tampak terlihat khas, ‘India.’‘Aku tiba di India!’ pikir Jillian yang mengkonfirmasi keberadaannya.“Aku pulang!” teriak Jillian meluapkan kebahagiaannya.Gate itu muncul di sebuah taman di tengah kota, bahkan di samping Jillian terdapat sebuah bangunan gedung bertingkat. Jika dibandingkan dengan negara lainnya, pemerintah India cenderung memiliki respons yang lambat terhadap kemunculan gate. Juga antusia
“Kau benar-benar Bos Jillian?” ulang William.Jillian merasa lega kala itu juga, “Ya, ini aku. Aku sudah pulang.”“Dari mana saja kamu, Bos? Semua orang merindukanmu, di mana kamu, Bos?”“Aku di India. Entah di kota mana. Di mana Arina? Aku tak bisa meneleponnya.”Rasa bahagia menyelimuti hati Jillian, selangkah lagi ia akan berjumpa dengan cintanya itu. Mungkin Arina akan menangis haru ketika Jillian pulang nanti, jadi Jillian membayangkan kata-kata romantis yang nanti ia harus ucapkan.‘Aku merindukanmu Arina,’ sambil membayangkan ia memeluknya.‘Jangan menangis karena yang kurindukan itu senyummu.’‘Ayah pulang, Mulan. Kamu sudah lebih besar sekarang,’ pikir Jillian pada putrinya.“Ini gawat!” perkataan William terdengar panik.William melanjutkan, “Arina dalam bahaya! Ada monster yang menyerang rumah Shido Katsuko! A
Jillian menarik nafas dalam-dalam, ia mengumpulkan segala konsentrasi mana di tubuhnya. Menciptakan gate layaknya menyobek sebuah tirai, di balik tirai itu adalah tempat yang dituju. Jillian mulai membayangkan arah Jepang yang di tuju, semakin mengerucut ke rumah besar yang ada di pinggir kota Tokyo.Di rumah itu, ia ingat halaman depannya yang tak begitu luas, gerbang besar dengan sepetak kecil pos penjagaan, dan bangunan yang besar untuk dua lantai. Ia mulai terbayang kolam ikan dan taman di tengah rumah itu, tempat Arina sesekali mengajak Mulan berjalan-jalan.Jillian mengingat segala detail lokasi itu, tapi setiap detail yang ada selalu saja ada Arina di bayangnya. Di dapur tempat Arina memasak, di kamarnya tempat Arina terlelap dalam tidur cantiknya, di sofa besar tempat Arina tertawa saat bermain dengan Mulan, dan sebuah ruang keluarga tempat ia mengingat Sacha, Mika, Anatasia, dan Issac. Ia mengingat jamuan makan malam dan sarapan terakhir kalinya di meja makan