Share

Menenangkan diri.

Penulis: iva dinata
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aku sudah tak punya kesabaran lagi, tanpa menunggu jawaban aku beranjak pergi meninggalkannya sendirian. Aku harus menjemput Azqiara yang tadi aku titipkan di rumah Mbak Sheza, istri Mas Zamar.

Tak sekalipun kudengar Mas Aska memanggilku sekedar untuk menenangkan aku. Sampai aku menyalakan motor, Mas Aska pun tak menyusulku. Kuhembuskan nafas berat. Sadar.... Nafisha.... Sadarlah kamu bukanlah orangnya.

Mungkin lebih baik jika malam ini aku menginap di rumah Mas Zamar untuk menenangkan diri. Aku merasa sangat kesal dengan Mas Aska. Kecewa bercampur marah menggunung di dalam dadaku sampai membuatku merasa sesak.

Dalam keadaan emosi tidak baik jika kami terus bersama. Lebih baik aku yang pergi untuk mengenangkan diri dan memiliki apa yang harus aku lakukan setelah ini.

Untuk saat ini itu keputusan yang terbaik, aku butuh waktu untuk menenangkan dan membuat rencana selanjutnya.

Jika nanti Mas Zamar bertanya alasanku menginap aku akan mengatakan Mas Aska sedang tugas di luar kota.

Tak sampai 15 menit aku sudah sampai di depan rumah Mas Zamar. Nampak Azqiara sedang bermain dengan putra Mas Zamar.

"Mama......" teriak Azqiara sambil menyongsongku.

Kupeluk erat tubuh mungil yang selalu memberiku semangat di saat-saat berat seperti ini. Rasanya aku seperti mendapat energi baru setelah memeluk gadis kecilku ini. Dia benar-benar seperti powerbank yang menyimpan banyak daya untukku.

"Kamu sudah datang?" tanya Mas Zamar berjalan dari ruang tamu rumahnya. "Masuk sholat dulu, maghrib-maghrib keluyuran di jalan," tambahnya mengomel.

Tak membantah aku hanya mengangguk sebagai jawaban dan langsung menggandeng Azqiara masuk kedalam rumah sederhana namun terasa hangat ini.

Rumah yang di dalamnya berisi orang-orang yang saling mencintai pasti memiliki aura yang sangat nyaman dan hangat. Berbeda dengan rumah yang hanya dijadikan tempat pulang tanpa diisi dengan cinta dan kasih sayang, maka akan terasa hampa.

Setelah sholat maghrib aku merebahkan kepalaku diatas sajadah, masih tetap mengenakan mukena. Setelah mengadukan rasa gelisahku pada sang kuasa masih belum juga membuatku tenang. Rasanya masih nyesek mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.

Dari depan pintu Mbak Sheza memanggilku untuk makan malam.

"Nanti saja Mbak, aku belum lapar," tolakku setelah kepala Mbak Sheza menyembul kedalam.

"Kamu lagi ada masalah sama Aska?" tanya Mbak Sheza masih dengan berdiri diambang pintu kamar.

Aku diam, tak ingin menjawab. Bingung juga mau cerita seperti apa? Takut memicu kemarahan Mas Zamar.

"Keluarlah untuk makan! Jangan kayak anak abg yang lagi patah hati," ejeknya lalu tertawa renyah.

Astaga..... Aku menghela nafas. Begitulah keluargaku, semua masalah tidak pernah dijadikan beban.

Baik Mas Zamar atau Mbak Sheza sama-sama orang yang berpikiran santai dan tenang. Bagi mereka masalah itu bukan hal yang harus dikhawatirkan tapi sesuatu yang harus dihadapi dan diselesaikan.

"Mau diceramahin kakakmu atau menuruti perintahku?" Kembali Mbak Sheza berbicara.

Tak punya pilihan, meski malas aku pun beranjak lalu melepas mukena dan melipatnya. Setelahnya bergegas menuju meja makan yang bergabung dengan ruang santai.

Mas Zamar tinggal di rumah warisan orang tua kami. Sedangkan aku mendapatkan tanah di desa almarhum ayah yang selanjutnya aku jual dan kubelikan rumah yang sekarang aku tempati bersama Mas Aska dan Azqiara.

"Apa yang dilakukan Aska sampai membuat matamu sembab begitu? Aku tidak akan tinggal diam jika dia sampai mengangkat tangan sama kamu," ujar Mas Zamar begitu kami selesai makan malam.

"Cepat katakan! Ada apa sampai kamu menangis?" Mas Zamar menatap ke arahku dengan mata menyipit.

Kan.... belum juga satu jam. Apa yang aku khawatirkan benar terjadi. Mas Zamar tahu betul seperti apa aku ini. Aku buka wanita lemah yang sedikit-sedikit menangis. Hanya ada dua alasan yang membuatku menangis. Dipukul atau kehilangannya hal yang berharga.

Aku masih menunduk, tak berani menatapnya. Bukan aku tak ingin jujur tapi aku hanya takut Mas Zamar emosi dan membuat masalahnya tambah melebar dan melebar banyak orang.

Prinsipku jika aku masih bisa mengatasinya maka aku tidak ingin bercerita sehingga membuat satu-satunya saudara kandungku itu khawatir.

"Untuk sekarang, InsyaAllah aku masih bisa mengatasi. Kami hanya berbeda pendapat saja. Aku hanya butuh waktu untuk menenangkan diri." Ujarku menatap melas pada Masa Zamar. "Tolong beri aku watu sampai aku bisa menceritakan semuanya,"

Mas Zamar mendengus kasar, wajahnya nampak tegang namun tetap berusaha tenang. "Baik, aku memberimu waktu untuk menyelesaikannya sendiri. Tapi ingat,"

Mas Zamar menatapku lekat, "Aku adalah walimu pengganti Ayah, aku tidak akan membiarkan siapapun dengan sengaja menyakitimu. Termasuk Aska."

🌸🌸🌸

Bab terkait

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   Mulai tak peduli.

    Setelah menginap satu malam, pagi ini aku memutuskan untuk pulang. Aku pulang dengan mengendarai motor matic bersama Azqiara tanpa dijemput Mas Aska. Jangankan menjemput, menelpon atau sekedar mengirim pesan saja tidak. Padahal aku bersama putri kami. Segitu tak berharganya kami di matamu, Mas. Itulah sebabnya aku tidak akan melepaskan Azqiara apapun nanti jalan yang kita tempuh. Kuhela nafas panjang. Memang apa yang kamu harapkan Nafisa? Kamu tahu cintanya bukan untukmu, bagaimana bisa kamu mengharapkan perhatiannya. Rasanya aku sedang menertawai kebod*han yang selama ini aku lakukan. Seharusnya dulu kamu mencari tahu dulu tentang masa lalu Mas Aska, cinta masa lalunya sudah selesai apa belum? Supaya kamu tidak menyesal dikemudian hari, seperti saat ini. Ah percuma menyesal, nasi sudah menjadi bubur. Kini yang harus aku lakukan adalah memikirkan bagaimana caranya kami hidup tanpa Mas Aska? Aku harus belajar lebih mandiri lagi. Mulai sekarang aku harus serius menekuni dunia liter

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya    Tak sengaja bertemu seseorang dari masa lalu.

    Kak Sakha, seseorang yang memilik tempat tersendiri di album putih Abu-Abuku. Kenapa dunia tiba-tiba begitu sempit? Sudah lebih dari sepuluh tahun kami tidak bertemu. Shaka Shaifulloh, dulu dia sekolah dia termasuk cowok pintar tapi agak bandel. Dia bukan salah satu dari cowok-cowok populer yang aktif di OSiS, yang jadi rebutan siswi-siswi di sekolah. Juga bukan preman sekolah yang suka bikin onar. Dia Shaka cowok berwajah manis dengan kulit sawo mateng khas pribumi. Sikapnya yang cuek dan sedikit angkuh membuatnya juga salah satu cowok incaran di sekolah dulu. "Apa kabar? Masih ingat kan sama aku?" ujarnya dengan senyum yang MasyaAllah...... masih tetap memikat seperti dulu. Astaghfirullah....... Ya Alloh ampuni aku. Aku menggelengkan kepalaku kuat, kutepuk keningku beberapa kali untuk menghilangkan pikiran kotor yang sempat mampir di otakku. "Bunda kenapa?" Azqiara memegang ujung kemeja yang aku pakai. "A..... Bunda gak papa kok. Cuma emm...... bunda baru ingat cuciannya tadi

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   Ibarat cermin hatiku sudah jadi kepingan.

    Aku memutuskan untuk mengajak Azqiara pulang setelah insiden videocall yang berujung kesedihan di wajah putri kecilku. Sepanjang jalan Azqiara kecil hanya diam saja. Tak satupun ucapanku ditanggapinya dengan kata-kata. Hanya gelengan dan anggukan saja yang diperlihatkan oleh gadis kecilku ini. Kuhela nafas beberapa kali untuk menghalau rasa marah dan sakit hati yang sudah memenuhi hatiku. Lihat Mas, apa yang akan aku lakukan setelah ini. Jika memang janda dan anaknya itu lebih kamu prioritaskan maka dengan berbesar hati aku dan Azqiara akan mundur. Sesampainya di rumah ternyata Mas Aska belum juga pulang padahal tadi dia sempat mengirim pesan jika dia akan segera pulang dan menjelaskan kejadian tadi. Tapi nyatanya, hatinya lebih berat meninggalkan wanita itu ketimbang menjaga perasaan putrinya sendiri. "Sayang mandi dulunya, mumpung masih sore." Kataku sambil menuntun Azqiara ke kamar mandi yang ada di dalam kamar utama. Sembari menunggu Azqiara selesai mandi, aku pindahkan baju

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   Kamu terlalu baik untuk laki-laki tak sempurna yang tak tahu diri.

    Sudah beberapa hari kami pisah ranjang. Dan sikap Mas Aska tetap sama, acuh dan tak mersa bersalah sedikitpun. Setiap hari pulang malam dan semakin tak peduli dengan putrinya. Aku juga sering mendengar dia berbicara lewat sambungan telpon dengan wanita itu. Biarlah, meski aku masih sangat mencintainya tapi aku sudah menyerah untuk menjadi satu-satunya wanita di hatinya.Pagi ini setelah mengantarkan Azqiara ke sekolah aku segera menuju rumah Tiara. Semalam sahabatku itu memberitahu jika hari ini ada pesanan kue basah yang harus dikirim sebelum jam 2 siang. Sudah dua tahun ini aku berkerja di catering milik sahabatku itu. Awalnya hanya sekedar bantu-bantu sebagai bentuk dukungan kepada teman yang sedang merintis usaha. Di awal-awal membuka usaha, Tiara tidak punya cukup uang untuk membayar karyawan. Di samping masalah keuangan yang belum stabil juga karena pesanan yang masih sedikit. Melihat itu hatiku tergerak untuk membantunya."Kamu hanya perlu membayarku dengan sepiring nasi untu

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   "Inikah balasan dari semua pengabdian dan kesetiaanku?"

    Pov Nafisah.Setengah empat sore semua orderan untuk hari ini sudah siap dan akan segera dikirim. Ada dua orang yang bertugas mengirimkan pesanan dan empat karyawan untuk memasak plus packing termasuk aku. Setelah mendapatkan upah untuk pekerjaan hari ini aku pun bergegas menuju rumah Mas Zamar, menyusul Azqiara yang sudah lebih dulu kesana bersama kakak ipar dan keponakanku. Sepanjang jalan pikiranku masih dipenuhi dengan pembicaraanku dengan Tiara tadi pagi. "Melihat sikap Aska yang arrogant, kamu yakin dia akan mengakui perselingkuhannya dan bersedia bercerai secara baik-baik?" Kata-kata Tiara tadi pagi. "Aku yakin seratus persen, laki-laki yang mementingkan image seperti Aska pasti akan menolak menceraikanmu apalagi dengan perselingkuhan sebagai alasan perceraian kalian." Sambungnya tadi pagi. Kurasa Tiara benar, sifat Mas Aska yang mementingkan reputasinya pasti akan mengelak dan tak mengakui hubungannya dengan Vania. Dan bisa aku pastikan dia akan menjadikan Azqiara sebagai

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   Keyakinan untuk berpisah.

    "Kak..." Aku terperanjat kaget melihat Kak Sakha ya g tiba-tiba sudah berdiri di belakangku. "Kamu sedang apa berjongkok di situ?" ulangnya lalu mengulurkan tangannya ke arahku. "Kamu nangis?" Sadar dengan wajahku yang sudah penuh air mata aku pun mengusapnya kasar lalu bangun dan berjalan cepat menuju motorku yang ada di halaman rumah Kak Shaka. "Maaf aku harus pulang. Terima kasih sudah dinizinkan mampir." Aku berbicara sambil memakai jaket dan helmet. "Tolong minggir," pintaku pada pria yang hnaya menatapku lekat tanpa mengucapkan sepatah katapun.Kuhela nafas, mengatur emosi yang sejak tadi sudah berkerumun di dalam dadaku. "Kak Shaka dengar kan? Tolong minggir!" Suara meninggi dan terdengar tegas. "Aku antar," katanya setelah mendengus kasar dan merebut kunci motor yang aku pegang. "Gak usah." Tolakku merebut kembali kunci motorku. "Aku bisa pulang sendiri." Dengan agak kasar aku menyingkirkan tangannya yang memegangi stir motor matic punyaku. "Jangan sok kuat! Kamu tidak p

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   "Ceraikan adikku dan keluarlah dari rumah ini detik ini juga.!!!"

    Pagi ini, seperti rencana Mas Zamar. Aku akan diantar pulang ke rumahku oleh Mas Zamar. Niatnya untuk berbicara langsung dengan Mas Aska tentang perceraian yang kami.Aku dan Mas Zamar berangkat setelah mendapat kabar dari pengacara yang aku sewa jika gugutanku sudah didaftarkan dan hanya tinggal menunggu antrian saja untuk segera di proses. Katanya paling lambat satu bulan surat panggilan akan dikirim kepada tergugat.Kami hanya berdua, sedangkan Azqiara di rumah dengan Mbak Sezha dan Aydan. Sengaja tidak membawa Qiara karena Mas Zamar tak mau ada perebutan anak saat kami membahas perceraian. Mas Zamar juga memintaku dan Qiara untuk sementara waktu tinggal di rumahnya sampai keputusan hakim keluar. Mobil Mas Zamar ditepikan di pinggir jalan depan rumahku. Tak mau menungguku, Mas Zamar langsung keluar saat melihat Mas Aska keluar dari dalam rumah dengan pakaian rapi. "Kamu mau keluar?" tanya Mas Zamar setelah membuka gerbang yang ternyata tidak di kunci. Mas Aska terlihat kaget namu

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya    "Carilah wanita yang bisa membuatmu bangga dengan sikap dan perangainya. Aku ikhlas melepasmu,"

    "Maaf, Mas. Tapi aku tidak akan menceriakan Nafisah. Sekalipun tidak pernah terlintas dalam pikiranku untuk berpisah dengan anak dan istriku. Sekali lagi Maaf, tapi perlu saya ingatkan Mas Zamar tidak punya hak mencampuri urusan rumah tangga kami." jawab Mas Aska menyatakan penolakannya. Pria itu memberi alasannya yang menurutku tak sesuai dengan tindakannya. Katanya, dia tidak ingin berpisah denganku dan Azqiara, tapi kenyataannya selama kami hidup satu atap dia bahkan tak punya waktu sekedar menemani anaknya belajar.Ucapannya benar-benar membuatku bingung antara harus senang ataukah miris mendengar penolakannya untuk berpisah. Ucapannya seakan-akan begitu mencintaiku dan tak ingin kehilangan diriku namun sikapnya menunjukkan sebaliknya. Selama ini dia hanya menjadikan aku babysitter untuk Azqiara dan pembantu di rumahnya. Semua pekerjaan rumah adalah tugasku termasuk juga segala urusan Qiara juga menjadi tanggung jawabku. Sedangkan dirinya sibuk di luar rumah yang katanya mencari

Bab terbaru

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   Extra part.

    [Kha, Nafisah mengalami kontraksi. Sepertinya akan melahirkan. Sekarang kami dalam perjalanan menuju ke rumah sakit Harapan Bunda. Kamu cepatlah menyusul.]Pesan dari Sezha yang seketika membuat Shaka panik. Dengan tangan gemetaran dia membereskan buku-bukunya. "Karena saya ada keperluan, tolong kalian kerjakan tugas harian halaman selanjutnya."Segera dia berlari keluar kelas setelah mengucapkan salam. Ruang guru yang ditujunya. Meminta tolong pada piket untuk menggantikan dirinya tiga jam ke depan. "Ada apa?" Geri yang baru masuk ruang guru langsung mengerutkan keningnya. Ada yang tak biasa dengan rekan kerjanya yang satu ini. "Istriku akan melahirkan," jawab Shaka tanpa menoleh ke lawan bicaranya. Yang nnya sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam ransel miliknya. "Katanya masih seminggu lagi, kok jadi sekarang. Dokter gak kompeten," gerutu Shaka sambil bergumam. Geri yang berdiri tak jauh darinya hanya mengulas senyum tipis, seolah melihat dirinya sendiri setahun yang lalu.

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸

    Kabar bahagia tidak hanya datang dari keluarga kecil Shaka dan Nafisah. Dari luar pulau pun terdengar kabar yang tak kalah menggembirakan. Kabar dari dua sejoli yang terikat karena keterpaksaan. Arsya dan Kirana sudah mendaftarkan pernikahan mereka ke KUA setempat. Ternyata dalam hitungan bulan cinta itu akhirnya tumbuh di hati keduanya. Pernikahan yang terjadi karena keterpaksaan itu pun kini sudah sah di mata hukum dan agama. "Kehamilan Nafisah benar-benar membawa banyak keberkahan. Banyak berita bahagia setelah hadirnya calon anakmu itu, Kha." komentar Zamar sesat setelah Shaka memberitahu tentang keadaan perkebunan yang semakin baik juga tentang hubungan Arsya dengan Kirana. "Alhamdulillah, Mas benar. Banyak hal baik setelah kehadirannya. Aku benar-benar bersyukur atas anugrah yang Alloh berikan." Shaka pun tak henti-hentinya mengucap syukur atas anugrah yang tidak pernah ia sangka akan diberikan dalam waktu secepat ini. Saat menikahi Nafisah, pria itu tak pernah berani walau

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸

    "Kayaknya kamu hamil deh, Naf." Seorang wanita cantik dengan hijab hijau toska berjalan masuk dengan seorang anak kecil di sebelahnya. "Mbak Sezha." Nafisah sedikit kaget melihat kakak iparnya yang tiba-tiba muncul. "Pintu gerbangnya gak dikunci. Nutupnya juga gak bener, jadi kami bisa langsung masuk." Sezha langsung menjelaskan tanpa ditanya. "Tapi aku sudah menguncinya kok," sahut Aydan dengan menepuk dadanya. "Terima kasih Aydan." Shaka mengacungkan dua jempolnya. "Sepertinya istri kamu itu hamil, Ka." Ujar Sezha mengulangi ucapannya tadi. "Beneran, Mbak" tanya Shaka dengan mata berbinar. "Dilihat dari tanda-tandanya sih gitu." Wanita berkulit putih bersih itu meletakkan tasnya diatas meja. Setelahnya memanggil Qiara yang sejak tadi memegangi tangan Bundanya. "Main sama Kak Aydan, ya. Bunda gak papa, sayang...." bujuk Sezha pada gadis kecil yang menampilkan raut wajah sedih. "Tadi Bunda muntah-muntah," jawab Qiara. Mata gadis kecil itu sudah mengembun. Nafisah mengurai s

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸

    "Hidup tak selamanya tentang kebahagiaan. Namun terkadang hidup itu tentang menghadapi masalah dengan senyuman dan semangat. Hidup tidak akan lebih baik tanpa masalah tapi akan lebih bijak setelah mengalami banyak ujian."Hari terus bergulir tanpa terasa sudah lima bulan berlalu setelah kembali Shaka dan Nafisah ke Jakarta. Hari-hari mereka lalui selayaknya pasangan pada umumnya. Kadang bermesraan tak jarnah juga berdebat yang diakhiri dengan pengakuan salah dari Shaka. Seminggu sekali Aska akan menjemput Qiara untuk menginap di apartemen laki-laki itu dan satu bulan sekali berkunjung ke rumah kakek dan neneknya yang ada di luar kota. Namun tentu saja mengikuti jadwal kegiatan Qiara yang semakin besar semakin padat dengan Olimpiade dan eskul sekolahnya. "Ya Alloh.... Kak Shaka, kan sudah dibilangin kalah habis mandi handuknya jangan ditaruh di kasur. Tuh.... ada jemuran kecil di balkon," omel Nafisah begitu masuk kamar. Wanita itu baru saja dari kamar putrinya, memastikan gadis kec

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸🌸

    Sudah di putuskan, Shaka dan Nafisah akan kembali ke Jakarta segera setelah kepulangan Arsya bersama Kirana. Tak mau menunggu lama satu haribsetalah kepulangan Arsya, suami Nafisah itu pun segera pamit. Sebelum pergi Shaka menyerahkan segala urusan perkebunan kembali pada Arsya. Tak lupa Shaka juga menceritakan tentang tawaran keluarga Gracia yang bersedia menanggung segala kerugian atas perbuatan Gracia dan Hartama yang sengaja berniat merusak citra baik hasil perkebunan milik mereka. "Aku sudah melaporkannya dan wanita itu sudah beberapa kali dipanggil ke kantor polisi namun masih sebagai saksi. Untuk kelanjutannya terserah kamu," ujar Shaka di malam sebelum keberangkatannya. "Silahkan, kamu putuskan sendiri apa yang menurutmu baik untuk perkebunan ini. Mulai hari perkebunan ini sepenuhnya tanggung jawabmu dan aku tidak akan ikut campur lagi. Tapi, jika boleh aku memberi saran, jangan pernah membukakan pintu untuk kucing yang pernah mencuri ikan di rumahmu." Tak bisa di pungkiri

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸

    Kak Shaka berdiri membelakangi pintu dengan tatapan mengarah keluar jendela. Pelan aku mendekatinya. Kulihat rahangnya mengeras dengan otot-otot leher menonjol, ekspresi marah yang jarang sekali kulihat. "Mereka sudah pergi," beritahuku namun sampai beberapa menit tak mendapat respon darinya. Mungkin Kak Shaka merasa kesal padaku. Kurasa dia merasa aku membela Gracia. "Gracia meminta maaf. Dia menyesal sudah membuat kekacauan dan merugikan banyak pihak. Katanya dia akan menggangu rugi semuanya." Kusampaikan pesan dari Gracia. Sempat tak percaya namun itulah kebenarannya. Wanita sombong itu benar-benar meminta maaf. Entah tikus atau tidak, yang pasti dia tidak mau keluarga besarnya ikut menanggung hasil perbuatannya. Aku beralih ke sofa tak jauh dari jendela. Dari posisiku saat ini terlihat jelas ekspresi wajah Kak Shaka. Wajahnya memerah dengan dada naik turun. "Semua yang terjadi tentu tak bisa dikembalikan seperti sedia kala. Tapi dengan marah dan menyimpan dendam juga tak bisa

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸

    Pov Nafisah."Kesepakatan?" Tak hanya Kak Shaka, aku pun sempat tertegun beberapa saat ketika mendengar ucapan Gracia. Wanita berpakaiannya seksi itu dengan gamblang mengutarakan tujuannya datang menemui kami. Tak ada basa-basi bahkan tanpa membiarkan kami duduk atau sekedar bersalaman. Begitu tak sopannya wanita itu sebagai tamu. Dari ekor mataku, kulihat Kak Shaka tersenyum tipis. Genggamannya yang sempat terlepas kembali ia kaitkan jemarinya pada jemariku. Tangannya terasa dingin, sedingin tatapannya pada ketiga orang tamu yang datang hari ini. "Kesepakatan katamu?" Ulang Kak Shaka lalu tersenyum remeh. "Iya, sebuah kesepakatan yang menguntungkan untukmu." Gracia dengan percaya dirinya. "Ck.... percaya diri sekali," gumam Kak Shaka masih dengan senyum tipisnya. Namun sedetik kemudian tatapan itu berubah sinis tat kala netra hitamnya mengarah pada pria paruh baya yang berdiri tepat di samping Gracia. Pria itu tampak sudah berumur lebih dari 60 tahun, dengan beberapa uban tersel

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸

    Nafisah menghela nafas panjang, berbagai pikiran berkecamuk dalam pikirannya. "Menurut Kak Shaka, apa seharusnya aku menyerahkan Qiara pada keluarga aslinya?" Shaka tersentak, tubuhnya kaku karena kaget mendengar ucapan istrinya itu. Matanya melebar dengan bibir terbuka. "Hah....."Entah pikiran dari mana tiba-tiba saja Nafisah ingin menyerahkan Qiara pada keluarga mantan suaminya. Apa dia sudah lupa sekeras apa dirinya memperjuangkan hak asuh gadis kecil itu. "Bukan aku tak sayang lagi padanya. Hanya saja....." Nafisah menunduk tak ingin melanjutkan kalimatnya. Tak ingin suasana menjadi tak nyaman. Helaan nafas terdengar dari mulut Shaka. Meski Nafisah tak mau melanjutkan kalimatnya namun Shaka tahu betul semua masalah karena kehadirannya di sisi Nafisah. "Maaf, jika situasinya jadi memburuk. Aku tak pernah berpikir wanita itu akan muncul lagi. Setelah sekian lama menghilang dan kata-kata Shaka yang membuatku yakin dia tidak akan muncul lagi untuk mengganggu kita." Pelan, Shaka m

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸

    Apa yang dilakukan Gracia sangat berdampak pada kepercayaan perusahaan yng selama ini menggantungkan bahan utama produksinya dari perkebunannya milik Shaka. Kwalitas yang buruk membuat banyak perusahaan komplain. Tak sedikit juga yang memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan kerja sama dikarenakan selama ini keluhannya tidak pernah mendapatkan respon. Dan itu semua ulah Bimo juga beberapa karyawan yang tidak puas dengan gaji mereka sehingga dengan sadar menerimanya uang dari Gracia dan mengkhianati kepercayaan Arsya. Saat ini Shaka sedang berusaha memperbaiki keadaan. Pemasukan yang menipis dan banyaknya komplain mengharuskannya membayar ganti rugi. Tak mengapa jika hanya minta ganti rugi dan tetap melanjutkan hubungan kerja sama. Rugi sedikit asalkan tetap berjalan, itu sudah merupakan keberuntungan bagi Shaka. Sudah seminggu ini Shaka berkeliling dari perusahaan satu ke perusahaan yang lain untuk meminta maaf dan meminta kesempatan kedua untuk tetap menjadi pemasok kelapa sawit bag

DMCA.com Protection Status