“Saan..!!” Dendi meraih tangan Kasandra yang tengah melenggang menuju ruang kerjanya.
“Apaan sih kamu Den..!” Ujar Kasandra membesarkan matanya. Ia tidak ingin orang-orang akan curiga melihat keakraban mereka.“Apa benar kamu hamil San..?” Dendi tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.“Bisa tidak ini kita bicarakan dirumah..??” Sahut Kasandra makin membesarkan matanya.“Tapi Dev selalu ada dirumah, kita tak punya kesempatan untuk ber....”Kasandra langsung menginjak kaki Dendi begitu ia melihat Rika yang bekerja sebagai resepsionis muncul secara tiba-tiba dari balik ruangan lainnya.“Aauuuh..!” Dendi mengaduh.“Ya Rika...! Apa kamu mencariku..?” Kasandra segera menyapa Rika untuk menghentikan kicauan Dendi.“I..iiya Bu.. Tapi biar nanti saja kalau Ibu sedang berbicara penting dengan Pak Dendi.” Sahut Rika tersenyum penuh arti dan bersiap memba"Surat dari siapa ini...?” Kasandra tiba-tiba teringat sepucuk surat yang tadi diberikan Rika kepadanya. Ia belum sempat membuka apalagi membaca surat itu. Sudah beberapa jam Kasandra hanya larut dalam ketakutannya sendiri.Kasandra lalu mengambil sepucuk surat yang tergeletak diatas mejanya yang dari tadi ia abaikan. Ia lalu merobek sampulnya dan mengeluarkan selembar kertas yang terselip didalam amplop berukuran biasa itu.Nyonya Kasandra yang terhormat.Aku tidak menyangka setelah menjadi seorang Nyonya kamu masih saja merendahkan dirimu untuk menjadi seorang pelakor.Kamu adalah tipe perempuan jalang yang tidak puas dengan satu orang lelaki. Sampai-sampai kamu juga merayu suamiku untuk kau jadikan pemuas nafsumu.Nyonya Sandra...Ketahuilah... Aku ada disekitarmu..!Salam manisAndiniKasandra terlonjak kaget begitu ia selesai membaca surat itu. Surat tersebut ternyata dikirim oleh Andini istri Dendi.“Andini meng
Malam dirumah Mirna.“Kamu harus banyak makan makanan yang bergizi Sandra...! Agar bayi kamu sehat dan kuat.” Ucap Mirna sambil menyodorkan semangkok salad buah kepada Kasandra yang baru saja menyelesaikan suapan terakhir makan malamnya.“Iya Mi.” Sahut Kasandra sembari menerima mangkok yang berisi potongan buah segar yang ditaburi mayones, susu dan parutan keju tersebut.Sikap Mirna benar-benar telah berubah 180 derajat celcius terhadap Kasandra semenjak menantunya itu diketahui sudah berbadan dua. Tidak ada lagi wajah masam atau ujaran ketus yang keluar dari mulut wanita itu.Devano tentu sangat senang melihat perubahan sikap ibunya. Selama ini ia berharap Mirna bisa menerima istrinya dengan baik.“Mami sudah tidak sabaran menunggu sijabang bayi nongol keluar. Ooh, iya..! Mami harus segera memikirkan nama yang terbaik untuk cucu Mami nantinya..!” Ujar Mirna dengan hati berbunga-bunga bahagia.Kasandra dan Deva
Menjelang siang dikantor..Sepasang tangan mungil memeluk kaki Dendi dari belakang. Bulatan kepalanya menyentuh bagian tekuk lutut laki-laki yang sedang berbincang dengan Sutomo manager bagian keuangan perusahaan Devano. Memang mereka hanya mengobrol santai karena baru saja bubar dari rapat yang dipimpin oleh Kasandra.Dendi tentu saja terperanjat merasakan pelukan mungil dikakinya. Sontak ia menghentikan obrolan dengan Sutomo dan mengalihkan pandangan kepada bocah kecil itu.“Rehan..?”Dendi berseru tertahan begitu mengetahui siapa yang sedang memeluk kakinya itu.“Papa...!!”Suara polos Rehan menyapa dan mata bulatnya menatap dengan wajah menengadah kepada Dendi.“Duuuh... Senangnya bertemu Papa..!” Teriak Devano yang berdiri bersama Andini beberapa meter dari Dendi.Dendi membungkukkan badannya dan meraih tubuh Rehan lalu menaikkan keatas gendongannya. Bocah itu terlihat sangat bahagia b
(Siang dirumah makan.)Mereka berempat sudah sampai disebuah restoran mewah yang sering menjadi langganan makan siang mereka. Mereka langsung memilih posisi meja yang berada dipojok rumah makan itu.Tak lama kemudian seorang pelayan datang membawa buku menu dan ia dengan sabar berdiri menunggu tamunya memilih menu makanan yang ditawarkan dirumah makan itu.“Mau makan apa sayang ?” Tanya Devano sambil membolak-balik buku menu itu.Kasandra yang duduk disamping Devano merapatkan tubuh kebadan suaminya itu seraya ikut memilih. Ia menunjuk-nunjuk beberapa gambar makanan yang ingin mereka pesan.“Sialan perempuan ini, ia selalu saja bisa menggaet laki-laki tampan dan berduit. Uuuh...” Andini merutuk didalam hatinya. Ia merasa iri kepada nasib Kasandra yang menurutnya selalu beruntung.Dendi melirik Andini dengan ekor matanya. Suasana terasa sangat garing dan kurang bersahabat.“Kamu mau makan apa An..?” Dendi bertanya
Jadi...? Kalau bukan aku istrimu, lalu siapa..? Kasandra...??!!”Duaar...Bagaikan petir yang tiba-tiba datang menyambar, Devano terlonjak kaget mendengar teriakan Andini yang cukup keras. Ia tidak menyangka kalau Andini akan berkata demikian. Devano marah mendengar Andini menuduh istrinya sembarangan. Namun ia bersabar karena ingin mengetahui lebih banyak lagi informasi tentang Kasandra dan Dendi dari pertengkaran itu.“Tak beres ini perempuan. Masa baru kenal sama istriku dia sudah berani menuduh demikian.” Geram Devano dalam hati.“Sudahlah Andini, tidak baik ribut dirumah orang. Kamu tidak tahu sopan santun...!” Dengus Dendi dengan wajah makin memerah marah. Lelaki itu bersiap untuk melangkah menuju kamarnya.“Kamu laki-laki yang tidak tahu malu. Tidak punya etika. Sudah tahu Kasandra itu sudah menikah dengan sahabatmu sendiri, dan kamu sengaja datang kemari untuk kembali memadu kasih dengan mantan kekasihm
(Silva, bisa nggak kita ketemu dirumah makan biasa siang ini)Sending....Devano mengirim pesan kepada Dr. Silva sahabat kecilnya yang juga tinggal di Surabaya. Kebetulan ia sudah sampai dikantor cabang Surabaya dan butuh teman untuk bicara.(Kamu di Surabaya Dev ? Baiklah nanti kita ketemu ditempat biasa)Silva membalas pesan dari Devano dan langsung mengirimkannya.Seperti biasa jika Devano sedang berada di Surabaya ia akan mengajak Silva makan bersama. Mereka sering mengobrol tentang masa kecil yang telah mereka lalui bersama. Walaupun sekarang mereka sudah sama-sama berumah tangga namun mereka masih bersahabat dan saling bertukar pikiran.Pagi sudah merangkak siang. Devano bersiap meninggalkan kantornya untuk memenuhi janji bertemu dengan Dr. Silva sahabat kecilnya.“Hei, selamat siang calon Bapak...!” Suara ceria Dr. Silva membuyarkan lamunan Devano yang sibuk memainkan gawainya untuk mengusir kejenuhan.“Lama bang
Devano tak mampu mengendalikan rasa kecewa dihatinya. Cintanya yang suci dikhianati begitu saja oleh istri yang sangat ia cintai. Dan lebih membuat Devano sakit adalah, selingkuhan istrinya tak lain tak bukan adalah sahabatnya sendiri yang sudah dianggapnya seperti saudara.“Sabar ya Dev. Aku yakin kamu bisa melewati semua ini.” Dr. Silva sudah berada disamping Devano yang tertunduk lesu diatas sebuah bangku panjang yang ada disebuah taman disamping area parkir rumah sakit tersebut.“Apa yang harus aku lakukan Sil ?” Tanya Devano dengan suara serak. Ia menundukkan kepalanya karena merasa malu menatap wajah sahabatnya dari kecil itu.“Aku rasa semua ada hikmahnya Dev.” Sahut Dr. Silva terdengar bijak. Kalimat Dr. Silva barusan sanggup membuat Devano mengangkat kembali wajahnya dan menatap Dr. Silva penuh pertanyaan dalam benaknya.“Hikmah apa maksudmu ?” Tanya Devano tak mengerti.“Kamu anak satu-satunya d
“Siang Pak”“Selamat siang !” Devano membalas sapaan beberapa karyawannya yang berpapasan dengannya dipintu masuk kantor cabangnya yang berada dikota Surabaya.Semalam Devano tidak bisa tidur hingga ia harus kesiangan tiba dikantornya.“Ada tamu dari Jakarta Pak !” Lapor Lilis yang bertugas dibagian penerima tamu.“Tamu dari Jakarta ?” Devano mengerutkan dahinya.“Dimana dia ?”“Ada diruang tunggu Pak. Dia sudah menunggu sekitar dua jam.” Jawab Lilis menerangkan.“Baiklah, saya akan kesana !” Sahut Devano langsung menuju ruang tunggu yang dimaksud Lilis.“Selamat siang !” Sapa Devano kepada seorang wanita yang duduk diruang tunggu dengan posisi membelakang kearah pintu masuk.Wanita itu membalikkan badan dan menoleh ke arah Devano.“Andini ?”“Deeev...!!”Andini langsung bangkit dan spontan memeluk Devano