Nathalie menghentikan langkah kakinya sejenak. Mengangkat pandangan pada gedung perusahaan Hyden yang ada di depan mata. Memilih untuk mengambil napas dalam sekali tarikan panjang sebelum kemudian melanjutkan langkahnya lebih jauh lagi. Di depan pintu masuk dirinya melihat seorang seorang satpam yang bertugas di sana. Tak ayal membuat kerutan tipis di dahi Nathalie saat ia melihat satpam tersebut berbeda dari yang ia lihat sebelumnya. Jika sebelumnya yang berjaga di sini adalah satpam muda yang berpostur tinggi besar, kini hanyalah seorang bapak-bapak paruh baya. Nathalie sempat melihat sekilas nama yang ada pada baju satpam tersebut.'Haman' Satpam tersebut mengangguk singkat pada Nathalie dan tersenyum mempersilahkan wanita itu masuk. Meski sudah memasuki jam pulang kerja. Namun, masih ada beberapa staf yang tinggal di sini. Alasan mereka tepatnya adalah karena lembur atau memang pekerjaannya mengharuskan untuk pulang lebih lambat daripada staf lain. Beberapa lampu yang ada di
"Seperti biasa, masakan kekasihku memang yang terbaik."Kai menyuapkan potongan tomat ke dalam mulutnya dan mengunyahnya pelan. Tidak dapat menahan diri untuk berkomentar."Apakah aku harus mempertimbangkan untuk membuka kedai?" "Tidak!" Kai menolak dengan cepat. Ia tidak bisa membiarkan Nathalie terlalu kelelahan. Lagipula, pasti banyak orang asing yang akan datang ke kedai tersebut dan Nathalie pasti akan bertemu dengan mereka. Kai tidak bisa membayangkan jika salah satu dari pelanggan tersebut akan memakai alasan untuk terus datang ke kedai karena ingin melihat Nathalie.Pikiran negatifnya terlalu tinggi, dan Kai menyadari hal itu."Aku akan menjadi seorang pengusaha nantinya, apa kau tidak senang?" tanya Nathalie selesai ia meneguk air putih."Apakah aku kurang kaya hingga tidak bisa menghidupi mu?" Kai bahkan sangat yakin jika ia bisa menghidupi sampai tujuh turunan dengan hartanya. "Itu 'kan hartamu, bukan milikku." Nathalie masih saja melanjutkan pembicaraan yang menurutnya
"Aku tidak akan pergi." Kai mengangkat wajah. Meyakinkan jika dirinya saat ini tidak sedang salah dengar. "Terima kasih." Pria itu lantas memberikan pelukan erat pada Nathalie. Mengecup dahi wanita itu singkat dan kemudian memberikan senyum tipis. "Ngomong-ngomong, apa kau ingat hutangmu padaku?" Kai bertanya sembari melepaskan kedua tangan yang semula mengunci wanita itu. Menyandarkan salah satu lengannya di sofa. "Aku tidak ingat memiliki hutang denganmu." "Tidak. Kau punya satu." Jemari Kai mulai menyisir rambut cokelat kekasihnya dengan lembut. Membawanya kepada hidung dan menciumnya sekilas. "Hadiah ulang tahunku, kau ingat?" tanya Kai. Yang seketika mengingatkan Nathalie pada beberapa waktu ke belakang. "Oh ... kau sudah menentukan apa yang kau mau?" Kai mengangguk. "Satu minggu. Aku akan meminta waktumu satu minggu untuk pergi bersamaku, apa kau mau?" Alis Nathalie mengernyit samar. Sepertinya bukan waktu yang sebentar. "Apa yang kau inginkan?" "Pergi lib
Nathalie tiba di salah satu resor yang ada di Maladewa- Constance Moofushi pukul delapan pagi. Kai membawanya pada salah satu villa yang ada di resor itu- Senior Water Villa, villa yang cukup besar untuk dihuni dua orang saja. Sebelumnya, Kai tidak ingin memberitahukan ke mana tempat tujuan mereka dengan alasan rahasia. Namun, setelah sampai di sini, Nathalie langsung tahu di mana mereka berada. Maldives. Ia tidak menyangka Kai akan membawanya ke tempat ini untuk yang kedua kalinya. Yang pertama tentu saja saat mereka masih bersama dulu. Setelah meletakkan barang bawaan mereka, Nathalie memilih untuk mendudukkan diri dengan kedua kaki yang ia selonjorkan lurus. Meski perjalanan mereka menggunakan pesawat, ia tetap saja merasa lelah. Sedangkan Kai yang sedang sibuk mengeluarkan barang dari koper hanya tersenyum kecil. "Kita bahkan belum melakukan apapun. Dan kau sudah lelah?" Suara dengan nada ejekan itu tak membuat Nathalie tersinggung. Ia hanya membalasnya dengan mengerucutk
"Mataharinya indah," kata Nathalie saat ia melihat semburat oranye menghiasi langit sore. Melalui villa yang Nathalie tempati, ia dapat langsung menikmati pemandangan di luar dengan jelas. Tidak menghitung berapa waktu yang telah ia habiskan untuk memandangi matahari yang hampir tenggelam di ujung lautan, Nathalie merasakan seseorang mendekat dari belakang. Ia tersenyum tipis melihat Kai yang telah berganti pakaian. Wajahnya terlihat semakin menawan dengan rambutnya yang belum mengering. "Ingin keluar?" tanya pria itu. Dan Nathalie lantas mengangguk. Ia menerima uluran tangan Kai dan mereka pergi bersama. Berjalan di atas pasir putih yang indah sembari saling menggenggam tangan. Penampakan matahari yang sebentar lagi benar-benar tenggelam membuat Nathalie berhenti sejenak, diikuti Kai. Mereka memandang ke depan dan melihat hari yang perlahan berubah gelap. Nathalie bahkan tidak ingat kapan terakhir kali ia melihat matahari terbenam bersama pria ini. Begitu lama ia pikir. Kai
Nathalie membuka kelopak matanya perlahan, menampilkan kedua netra cokelat cerahnya yang sebelumnya bersembunyi dengan baik. Nathalie mengedipkan mata beberapa kali, mengambil alih semua kesadarannya dan mengambil posisi duduk. Menemukan dirinya hanya seorang diri dalam villa ini. Keningnya mengerut tipis, lalu mulai menapakkan kaki dan berjalan menuju kamar mandi. Ini adalah hari ke empat Nathalie dan Kai berada di Maldives. Yang berarti waktu liburan mereka hanya tinggal tiga hari lagi. Sepanjang hari selalu mereka habiskan dengan bermain bersama dan pergi mengunjungi beberapa tempat yang ada di sekitar sini. "Kau sudah kembali?" Saat Nathalie membuka mata, ia menangkap sosok Kai sedang duduk pada salah satu kursi yang ada dalam villa ini. Tengah bermain dengan ponsel yang ada di genggaman tangan sebelum akhirnya menoleh kala mendengar suara Nathalie. "Aku pikir kau masih tidur." Kai tersenyum tipis. "Apa ada hal yang ingin kau lalukan hari ini?" tanya Nathalie sembari men
Nathalie terduduk beralaskan hamparan hijau luas yang membentang di sekitarnya. Ia tetap tenang meski angin yang datang dengan sedikit kencang menerbangkan helaian cokelatnya. Nathalie tersenyum tipis. Netranya tak sengaja memandang ke arah bunga yang ada di hadapannya yang baru saja ia bawa. Sudah dua jam ia berada di sini. Sampai sekarang, belum ada niatan sama sekali untuk bergerak atau pun menjauh dari tempat ini. Seolah telah merekat kuat dengan rerumputan bersih yang ada di bawahnya. Pandangan Nathalie terangkat naik, memandang lurus kepada sepasang batu nisan yang ada di depannya. Batu nisan bertulisan nama dua orang yang amat sangat berharga dalam hidupnya.Ya. Mereka berdua adalah orang tua Nathalie yang telah tiada, tiga tahun lalu. Entah mengapa, tiba-tiba saja Nathalie merindukan kedua orang tuanya dan tanpa pikir panjang akhirnya ia telah sampai di sini. Seorang diri."Ayah ... Ibu ...."Nathalie mengusap batu nisan ibunya dengan lembut. Tak hilang dari bibirnya senyum
Pada akhirnya, setelah berpikir panjang dan mempertimbangkan banyak hal, Kai datang ke China untuk menemui ayahnya. Dengan Nathalie tentu saja. Meski sedikit kekhawatiran Kai mulai muncul, namun biar bagaimana pun ia dan Nathalie akan tetap melewati semua ini. Jadi, ia membiarkan Nathalie pergi bersamanya. Selepas pulang kerja, Kai langsung melakukan penerbangan kemari dan sampai di China pukul delapan malam. Tepat saat makan malam bersama yang diadakan ayahnya dimulai. Kai membiarkan Nathalie menggandeng lengannya dan mereka masuk ke dalam diantar oleh salah satu pelayan rumah tersebut. Memasuki rumah yang layak disebut istana tersebut dengan langkah pasti. Hingga sampailah mereka berdua di ruangan di mana terdapat Yuan Nuan tengah terduduk dengan tenang. Yang tak lama kemudian mengalihkan atensinya pada Kai yang baru saja datang. Dan melihat Nathalie yang berada di samping anak tunggalnya."Oh, kau sudah datang?" Yuan Nuan tersenyum tipis. Sedangkan Kai hanya membalasnya dengan an