Seorang pria tinggi tegap tengah berkutat di dapur. Tangan kekarnya yang terlatih memegang senjata hari ini digunakan untuk memegang peralatan dapur. Dia sangat cekatan memasak seperti seorang ahli.
Orang pernah mengatakan, pria paling memesona saat bekerja di dapur.
Raelina linglung untuk beberapa waktu, ssebelum kemudian berdeham.
“Bukankah aku sudah bilang untuk mengantarkanku ke apartemen Stella, mengapa kau membawaku ke sini?"
Yosua menoleh dan tersenyum padanya. “Kau sudah bangun, kemarilah. Aku sudah membuat sarapan untukmu.”
Yosua menghindari pertanyaan Raelina. Dia mematikan kompor dan keluar dari dapur, lalu merangkul bahunya dan mendorongnya untuk di duduk di meja makan berbentuk bundar dengan dua bangku.
Raelina terdiam melihat berbagai macam makan di atas meja makan. Sebagian berupa makanan pedas. Udang, ikan, tahu sambal pedas, dan ayam goreng tepung.
<Dia menginginkan suaminya?Bagaimana mungkin Raelina membiarkannya setelah menyebabkannya kehilangan anaknya.Dia akan membuatnya tidak akan pernah mendapatkan apa yang dia inginkan. Dia tahu seberapa besar Leah mencintai Yosua sampai menginginkannya dikirim ke luar negeri dan berharap tidak akan pernah kembali setelah ditelantarkan di negara asing tanpa ada siapa pun dikenalnya.“Su-sua ... Suami!” Mata Leah memelototinya. “Sepertinya kau yang memiliki delusi pada mantan suamimu!”“Apa maksudmu? Kami tidak pernah bercerai,” balas Raelina menatapnya dengan pandangan provokatif.Wajah Leah berubah menjadi ungu dengan kemarahan.Raelina tampak menikmati memprovokasinya. Ini balasan untuk lima tahun yang lalu.
Raelina mencuci celana dalamnya yang dinodai dengan warna merah di wastafel kamar mandi. Handuk membalut tubuhnya yang putih. Dia mendongak menatap sosok pria tinggi yang muncul dari ambang pintu kamar mandi dengan sekantung plastik di tangannya, di cermin.Raut wajahnya tampak tidak puas saat dia mendekati Raelina dan menyerahkan kantung plastik itu padanya.“Apa yang ini?”Raelina melengkungnya bibirnya melihat pembalut wanita dalam kantung plastik itu. Dia tidak bisa menahan senyumnya saat berterima kasih pada Yosua.“Terima kasih, sayang.” Dia menggodanya sambil cekikikan. Tidak bisa membayang seseorang seperti Yosua akan pergi membeli pembalut wanita di supermarket.Tatapan Yosua tampak gelap memandang Raelina dari balik cermin. Kulitnya masih basah dengan tetesan air jatuh dari rambutnya yang basah di kulit putihnya.Tanda-tanda
Amira dengan cepat mengalihkan pandangannya pada sosok wanita cantik yang menghampiri mereka. Melihat betapa cantik dan muda wanita yang mirip dengannya membuat Amira hampir menggila. Mengingatkan akan dirinya yang sudah tua dan suaminya kedapatan berbuat intim dengan perempuan jalang itu!“Pelacur!”Plak!Raelina terhuyung mendapat tamparan keras begitu dia tiba. Rambutnya langsung dijambak kuat oleh Amira.“Semua salahmu!” Dia mengamuk menjambak rambut Raelina.“Apa yang kau lakukan!” Yosua berekspresi gelap melihat Raelina dipukul di depannya. Dia menjauhkan wanita paruh baya itu dan mencobs melepaskan tangannya dari rambut Raelina.Tetapi Amira terlalu kuat untuk ukuran seorang wanita tua. Dia tidak melepaskan jambakan dari Raelina dan tidak henti-hentinya mem
Raelina menghampiri dan bertanya dengan prihatin. “Apa merasa baik-baik saja? Di mana yang sakit?”Zeron mengangguk pelan, lalu menggeleng menjawab Raelina.“Kau sudah mendengar apa yang terjadi di luar, kan? Ibu ingin membawamu keluar dari rumah sakit untuk menebus ayahmu keluar dari penjara.”Remaja itu mengangguk sekali lagi. Raut wajahnya masih tidak memiliki ekspresi mendengar semua omongan ibunya yang menggunakannya untuk menembus ayahnya di penjara.Hati Raelina sakit melihatnya seperti itu. Zeron menjadi autis karena tekanan psikologis. Dia tidak bisa menahan diri dan menyalahkan Amira dalam sebagai penyebab utama. Bagaimana Amira bisa membiarkan Zeron menderita penganiayaan sementara sebenarnya dia bisa melindunginya.Raelina mengangkat tangannya untuk mengelus
Beberapa hari kemudian, seperti yang dia duga, Amira menolak keras untuk memberikan perwalian atas Zeron pada Raelina ataupun melakukan proses hukum perwalian.Meskipun Amira menolak, pengadilan sudah membuat keputusan bahwa dia tidak lagi memenuhi untuk merawat Zeron. Amira sudah tidak bisa menggunakan haknya sebagai ibu Zeron untuk berbuat sesukanya pada anak laki-lakinya.Tetapi Amira bukan orang yang peduli tentang hal itu dan membuat keributan setiap hari di rumah sakit untuk mengambil Zeron demi menebus suaminya yang dipenjara.Raelina yang menggunakan waktu cutinya untuk merawat Zeron tidak bisa menghadapi ibunya lagi dan akhirnya memanggil polisi untuk menangani Amira untuk membuatnya jera.Amira kunci di penjara selama dua 24 jam bersama para wanita penjahat dan mengalami penganiaya dalam penjara akhirnya jera setelah keluar dari penjara. Dia tidak membuat keributan lagi. Dia memfokuskan diri
Raelina pulang dari rumah sakit setelah menjenguk Zeron ketika harus sudah gelap. Dia setelah mandi, dia memasak makan malam untuk Stella dan bubur untuk Zeron. Dia akan mengunjungi Zeron setelah berganti pakaian. Dia berencana menginap untuk beberapa hari ke depan untuk merawat Zeron.Dia khawatir Zeron memiliki beban psikologis setelah mendengar ayahnya di penjara maksimal 20 tahun. Biar bagaimanapun Erwin tetap ayah kandungnya dan Amira tidak memedulikannya.Zeron masih remaja dan mudah di pengaruhi emosi kecil. Meskipun sehari-hari wajahnya tanpa ekspresi, dia pasti memiliki beban dalam hatinya.Raelina ingin tinggal di sisinya sebagai keluarganya untuk memberi dukungan moral.Setelah selesai memasak dan makan malam. Raelina menyiapkan termos bubur ketika ponselnya bergetar. Dia melirik melihat nomor Yosua dan menjawab teleponnya.“Raelina ....” Suara Yosua terdengar magnetis dan rendah menggeli
Mereka memisahkan diri dengan napas terengah-engah. Yosua menjilat bibir bawahnya menatap bibir mungil bengkak dan basah oleh saliva mereka. Dia semakin terbakar dengan keinginan.Raelina menatapnya malu-malu melihat hasrat besar di sorot mata pria itu. Dia menundukkan kepalanya dan berbisik di telinganya.“Mens-ku sudah selesai.”Mata Yosua cerah saat dia menatapnya dengan lapar. “Apa itu sebuah undangan?” bisiknya dengan suara serak.Raelina mengangguk malu, saat dia berbisik, “Mau di kamarku?”Raelina ingin menampar mulutnya. Bagaimana dia mengucapkan kalimat mengundang itu dengan nada genit. Dia tidak setebal muka seperti Yosua. Perasaan malu melingkupinya, dia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher pria itu.Sementara sorot mata Yosua semakin gelap mendengar suara genitnya. Dia berbisik, “Kaitkan kakimu.”Raelina melingkarkan kakinya ke pinggang berotot pria it
“Aku stres menghadapi provokatif terus menerus dari Leah hingga akhirnya keguguran. Tetapi tidak ada yang menghiburku dan ibumu terus mencaciku karena tidak bisa mempertahankan anakku. "Mereka tampaknya bertekad untuk membuatku mati dalam kemarahan dengan membeberkan kebenaran dibalik pernikahan kita saat aku terpuruk karena keguguran. Karena aku tidak mati dalam kemarahan, mereka mendesakku untuk bercerai denganmu dan mengusirku ke luar negeri. "Tetapi pada akhirnya aku ditelantarkan di negara asing.”Tangisan Raelina akhirnya pecah.Raut wajah Yosua tampak buruk dari pada tangisan. Setiap detail cerita Raelina terngiang-ngiang dalam benaknya. Tangisannya merobek jantungnya. Dia berharap dia Raelina menembaknya untuk menembus rasa bersalah yang teramat besar dalam dadanya.Rasa bersalahnya jauh lebih besar daripada saat dia salah sasaran dan menembak ma