Beberapa hari kemudian, seperti yang dia duga, Amira menolak keras untuk memberikan perwalian atas Zeron pada Raelina ataupun melakukan proses hukum perwalian.
Meskipun Amira menolak, pengadilan sudah membuat keputusan bahwa dia tidak lagi memenuhi untuk merawat Zeron. Amira sudah tidak bisa menggunakan haknya sebagai ibu Zeron untuk berbuat sesukanya pada anak laki-lakinya.
Tetapi Amira bukan orang yang peduli tentang hal itu dan membuat keributan setiap hari di rumah sakit untuk mengambil Zeron demi menebus suaminya yang dipenjara.
Raelina yang menggunakan waktu cutinya untuk merawat Zeron tidak bisa menghadapi ibunya lagi dan akhirnya memanggil polisi untuk menangani Amira untuk membuatnya jera.
Amira kunci di penjara selama dua 24 jam bersama para wanita penjahat dan mengalami penganiaya dalam penjara akhirnya jera setelah keluar dari penjara. Dia tidak membuat keributan lagi. Dia memfokuskan diri
Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar ya😘😊
Raelina pulang dari rumah sakit setelah menjenguk Zeron ketika harus sudah gelap. Dia setelah mandi, dia memasak makan malam untuk Stella dan bubur untuk Zeron. Dia akan mengunjungi Zeron setelah berganti pakaian. Dia berencana menginap untuk beberapa hari ke depan untuk merawat Zeron.Dia khawatir Zeron memiliki beban psikologis setelah mendengar ayahnya di penjara maksimal 20 tahun. Biar bagaimanapun Erwin tetap ayah kandungnya dan Amira tidak memedulikannya.Zeron masih remaja dan mudah di pengaruhi emosi kecil. Meskipun sehari-hari wajahnya tanpa ekspresi, dia pasti memiliki beban dalam hatinya.Raelina ingin tinggal di sisinya sebagai keluarganya untuk memberi dukungan moral.Setelah selesai memasak dan makan malam. Raelina menyiapkan termos bubur ketika ponselnya bergetar. Dia melirik melihat nomor Yosua dan menjawab teleponnya.“Raelina ....” Suara Yosua terdengar magnetis dan rendah menggeli
Mereka memisahkan diri dengan napas terengah-engah. Yosua menjilat bibir bawahnya menatap bibir mungil bengkak dan basah oleh saliva mereka. Dia semakin terbakar dengan keinginan.Raelina menatapnya malu-malu melihat hasrat besar di sorot mata pria itu. Dia menundukkan kepalanya dan berbisik di telinganya.“Mens-ku sudah selesai.”Mata Yosua cerah saat dia menatapnya dengan lapar. “Apa itu sebuah undangan?” bisiknya dengan suara serak.Raelina mengangguk malu, saat dia berbisik, “Mau di kamarku?”Raelina ingin menampar mulutnya. Bagaimana dia mengucapkan kalimat mengundang itu dengan nada genit. Dia tidak setebal muka seperti Yosua. Perasaan malu melingkupinya, dia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher pria itu.Sementara sorot mata Yosua semakin gelap mendengar suara genitnya. Dia berbisik, “Kaitkan kakimu.”Raelina melingkarkan kakinya ke pinggang berotot pria it
“Aku stres menghadapi provokatif terus menerus dari Leah hingga akhirnya keguguran. Tetapi tidak ada yang menghiburku dan ibumu terus mencaciku karena tidak bisa mempertahankan anakku. "Mereka tampaknya bertekad untuk membuatku mati dalam kemarahan dengan membeberkan kebenaran dibalik pernikahan kita saat aku terpuruk karena keguguran. Karena aku tidak mati dalam kemarahan, mereka mendesakku untuk bercerai denganmu dan mengusirku ke luar negeri. "Tetapi pada akhirnya aku ditelantarkan di negara asing.”Tangisan Raelina akhirnya pecah.Raut wajah Yosua tampak buruk dari pada tangisan. Setiap detail cerita Raelina terngiang-ngiang dalam benaknya. Tangisannya merobek jantungnya. Dia berharap dia Raelina menembaknya untuk menembus rasa bersalah yang teramat besar dalam dadanya.Rasa bersalahnya jauh lebih besar daripada saat dia salah sasaran dan menembak ma
Matahari mulai meninggi, tetapi dalam kamar itu masih gelap dan panas. Gorden masih tertutup, memblokir sinar matahari dari luar.Di atas ranjang, dua sejoli masih merekat erat. Raelina merasa lemas setengah mati di atas pangkuan Yosua. Kepalanya bersandar di bahu pria itu dengan paha mengangkang. Cairan putih keluar melalui celah-celah anggota intim mereka yang masih merekat.Yosua menyentakkan kepalanya dengan napas terengah-engah memandang langit kamar. Tangannya yang berotot menyandar ke belakang di atas kasur, menikmati otot-otot kewanitaan Raelina berdenyut-denyut meremasnya mesra. Dia masih belum mengendur, masih tegang di dalam.Raelina menoleh menatapnya tidak percaya. “Kapan kau akan mengendur!”Tanpa dia sadari ucapan genitnya merangsang Yosua. Dia menghisap telinganya gemas saat dia berbisik menggoda, “Sekali lagi?” Diikuti
Raelina memindahkan perawatan Zeron ke rumah sakit tempatnya bekerja untuk menghindari gangguan dari Amira. Selain itu dia bisa mengawasi Zeron lebih sering tanpa bolak-balik.“Bagaimana perasaanmu?” Dia bertanya lembut pada remaja yang bersandar di kepala ranjang rumah sakit.“Uhm.” Zeron mengangguk dengan senyum kecil di wajahnya.Sedikit demi sedikit dia menjadi lebih ekspresif, tetapi dia hanya begitu pada Raelina. Sementara sama orang lain dia masih autis.Raelina mengangguk dengan penuh sayang mengelus kepala remaja itu.Raut wajah Zeron menjadi lebih cerah dibandingkan dua Minggu yang lalu dalam perawatan intensif Raelina. Memar di wajahnya mulai memudar. Tetapi gips dan perban di tubuhnya masih belum dilepas.“Istirahatlah, kau harus banyak tidur biar cepat sembuh.”Tidur sangat bagus dalam penyembuhan.Dia membaringkan Z
Yosua bertanya penuh perhatian dan kekhawatiran.Mendapat perhatian penuh dari orang yang dicintai sementara semua orang menghakiminya, Raelina tidak bisa menahan tangisannya dan memeluk pinggang berotot Yosua.“Tidak apa-apa, ada aku di sini.” Yosua menepuk-nepuk pundaknya menenangkan, balik memeluknya.Melihat lingkaran memar ungu di lehernya membuat dadanya mendidih dengan kemarahan. Dia menoleh dengan ekspresi menakutkan saat dia memarahi dua satpam yang baru datang.“Cepat usir wanita gila itu!” Dia dengan kejam menyuruh satpam mengusir Amira.Dua satpam tanpa sadar menegakkan punggung mereka mendengar perintah mendominasi tersebut.“Baik, tuan!”“Apa yang kalian lakukan! Pelacur itu sudah merayu suamiku!” Amira memberontak ketika dia cengkeraman bangkit dari lantai.“Maksud Anda, aku sangat jelek hingga istri
Setelah selesai bercinta lagi, Raelina berbaring lemas di atas kasur. Dia menatap cemburu pria yang keluar dari kamar mandi dengan handuk di pinggangnya. Stamina pria itu luar biasa.Yosua yang melakukan pekerjaan paling banyak sepanjang hari, tetapi dia masih segar dan energik. Ada ekspresi puas di wajahnya usai “makan” sampai kenyang.“Apa aku juga harus masuk tentara?” Raelina bergumam cemberut.Yosua menoleh dan menyeringai. “Tidak masalah. Aku bisa “melatih”-mu sekarang.” Dia memegang kaitan handuk depan dan akan melepaskannya di depan Raelina.“Dasar mesum!”” Raelina menjerit melempar bantal terdekat dan menutupi dirinya dengan selimut sampai kepala. Dia tidak ingin Yosua “melatih”-nya. Suruh tenaganya sudah terkuras habis.Raelina menguap mengerjap-mengerjapkan kelopak matanya
Yosua menekan kata sandi apartemennya sebelum masuk ke dalam. Tatapannya jatuh pada sosok wanita yang duduk di sofa ruang tamu, memakai kaus hitam kebesarannya sambil mengotak-atik remote TV dengan wajah cemberut.Dia tersenyum saat mendekatinya dan menariknya duduk ke pangkuannya.“Kenapa kau cemberut, apa yang membuatmu tidak senang?” Dia memeluknya dan menghirup aroma di lehernya dalam-dalam.Hanya empat jam dia pergi, Yosua sudah sangat merindukannya.Raelina memberontak dalam pelukannya. Tetapi lengan Yosua seperti penjepit besi dan tidak melepaskannya. Raelina memukul dada bidang pria itu marah.“Kau mengunciku dalam apartemen ini dan tidak meninggalkan apa pun untuk kumakan.”Yosua merasa bersalah ketika mendengar suara gemuruh dari perutnya. Namun juga diam-diam merasa senang melihatnya terkunci dalam apartemennya dan tidak ke
“Roger ketua. Aku akan mendapatkannya dalam lima menit.” “Aku memberimu waktu dua menit,” putus Romi tegas nan dingin tanpa menerima bantahan. Yosua tidak sabar menunggu sampai lima menit. Lima menit baginya bisa membunuh Raelina. Danis tersentak menerima ultimatum dari sang Jenderal dan berkata tergesa-gesa. “Baik Kapten!” Danis sigap mengutak-atik komputernya di sisi ruang lain. Setelah beberapa saat, tidak butuh dua menit bagi Romi segera mendapatkan lokasi mobil penculik itu. “Kerja bagus,” puji Romi pada bawahannya. Dia tidak sadar Danis baru saja mengelap keringat dinginnya. Romi membuka komputernya dan memeriksa lokasi kamera yang dikirim Danis padanya. Dia memandang sebuah mobil yang bergerak menuju ke arah selatan sebelum berhenti di sebuah gudang garam terbengkalai. Setelah memastikan lokasinya, dia mengirim lokasi gudang itu pada Yosua. “Baik, terima kasih,” ujar Yosua menerima alamat lokasi dari Romi
Raelina membantu Zenith mandi dan berpakaian, sebelum turun dari kamarnya untuk memberi salam pada ayah mertuanya. Yosua masih belum kembali dari joging paginya.Raelina membiarkan Zenith berjalan sendiri sambil memegang tangannya saat menuruni tangga.“Tidak mau! Ayah, aku tidak mau pergi!”Dari lantai bawah terdengar berisik suara tangisan Arina.Raelina berhenti dan melirik ke bawah dengan penasaran melihat apa yang terjadi.Dia melihat keluarga Rajjata berkumpul di ruang tamu, termasuk Yosua yang mengenakan pakaian yang dipakai untuk berolah raga.Terlihat Arina dan Wina sedang ditahan oleh beberapa pria bersetelan hitam. Beberapa pria itu memegang dua koper besar di tangan mereka.Arina meronta melepaskan cengkeraman dua orang pria yang menahannya sebelum berlari berlutut memegang kaki Hendry yang duduk di sofa.“Ayah, kumohon jangan mengirimkan aku luar negeri.” Arina menangis memohon.
Arina terisak di sebelahnya.Hendry mendengus lalu menatap pelayan di sebelah Romi.“Sekarang katakan apa yang sebenarnya terjadi?”Pelayan itu sejenak menatap ke sekeliling dengan ekspresi gugup. Ketika tatapan dan bertemu mata dingin Yosua, dia langsung menundukkan kepalanya merasa bersalah dan takut.“Maafkan saya, saya hanya menerima perintah Nona Arina untuk mengantar sampanye itu pada Tuan Yosua. Tapi bukan aku yang memasukkan obat perangsang dalam minum itu, melainkan Nona Arina!” ujarnya sambil menunjuk Arina.Yosua dan Hendry langsung menatap Arina dengan mata ekspresi suram. Perilaku Arina sudah tidak bisa ditoleransi lagi.“Kakak ... ayah ... aku ....” Arina terbata-bata, dia tidak bisa mengelak lagi. Dia menatap ngeri cambuk tebal dan berduri di tangan kepala pelayan.Dia tidak akan bisa membayang rasa sakit saat cambuk itu merobek kulitnya.Dia buru-buru merangkak memeluk kaki ay
“Ayah, apa yang terjadi di sini?”Yosua bertanya heran melihat beberapa orang berkumpul di d ruang keluarga. Kepala pelayan berdiri di samping sofa Hendry.Sementara Yosep dan Romi yang jarang berkumpul duduk di masin sofa. Arina dan Wina berlutut di depan mereka dengan kepala tertunduk.Wina dan Arina mendongak melihat Yosua sudah datang.“Kakak!” Arina hendak merangkak ingin menghampirinya namun langsung dibentak oleh Hendry.“Tetap di tempatmu!” Hendry melempar Arina asbak rokok di atas meja.Asbak itu melayang dan mengenai lantai sampai hancur berkeping-keping di samping.“Kyaaaa ....” Arina berteriak ketakutan dan menangis.Dia buru-buru menjauhi pecahan kaca dan kembali berlutut di sebelah Wina.Dia menundukkan kepalanya sambil terisak ketakutan.Yosua berkedip melihat tindakan ayahnya yang jarang marah menjadi brutal tanpa ragu melempar asbak rokok ke arah adi
“Apa yang sudah kamu lakukan pada suamiku?!” Semua orang menahan napas menonton dengan tertarik apa yang akan terjadi selanjutnya. Leah mendekatinya berpura-pura gugup. “Raelina, aku bisa jelaskan ini ... aku dan Yosua tidak bermaksud melakukan ini di belakangmu ... kami—“ Sebelum Leah menyelesaikan ucapannya, Raelina tiba-tiba mendorong tubuh Yosua dan menghampirinya dnegan cepat. Tangannya terangkat cepat menampar Leah keras. Suara tamparan keras itu bergema di koridor. Tak sampai situ, Raelina menjambak rambut Leah kuat. Semua orang tersentak kaget dan ngeri. “Akh, sakit! Apa yang kamu lakukan?!” Leah menjerit memegang tangan Raelina yang menjambak rambutnya. “Aku tanya apa yang kamu lakukan pada suamiku!” Raelina ganas menarik rambut Leah dengan kedua tangannya. “Kamu berani memberinya obat perangsang! Begitu inginkan kamu mengambil suamiku! Kamu jalang kotor! Beraninya kamu bermain trik kotor me
“Teman-teman ayo sapa kawan lama kita!” Yonis membawa Yosua pada teman-temannya yang berkumpul di sofa. Mereka melambaikan tangan pada Yosua, menyapanya. Yosua menyapa mereka dengan akrab. Sementara istri mereka yang berkumpul bergosip di sebelah sofa para lelaki melirik Yosua dengan pandangan ingin tahu. “Bro, apa kabarmu?” Salah satu pria berdiri sedikit terhuyung-huyung menghampiri Yosua. Tampaknya dia sudah mabuk melihat beberapa botol Wine, Vodka dan sampanye kosong di atas meja kaca. Yosua menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ke lantai. “Aldy, terlalu awal untuk mabuk. Hati-hati atau kamu akan dimarahi istrimu.” Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan membantu temannya kembali duduk di sofanya. Pria itu cegukan dengan wajah memerah. “Jangan sebutkan perempuan jalang itu!” raungannya menarik perhatian beberapa tamu Tampaknya pria itu sudah mabuk sepenuhnya dan tidak sadar apa yang dilakukannya. “Kamu
Yosua mengambil cuti kerja satu hari untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina bersama Raelina dan Stella.Setelah apa yang terjadi di toko gaun, Yosua sangat enggan datang ke pesta ulang tahun Arina. Namun dia harus hadir karena bukan semata-mata datang ke pesta ulang tahun Arina, karena dia sudah berjanji akan menjenguk orang tuanya bersama Raelina.Pada pukul tujuh malam, Raelina dan Yosua ke kediaman Rajjata untuk menghadiri pesta ulang tahun Arina dengan mobil. Stella ikut bersama mereka. Zeron tidak bisa ikut karena dia harus kerja kelompok di rumah temannya.Saat mereka tiba, Raelina melihat kediaman keluarga Rajjata dipenuhi dengan mobil para tamu yang berdatangan. Halaman kediaman Rajjata yang mewah dipenuhi mobil-mobil mewah yang berjejer.“Apa seperti ini pesta ulang tahun Arina yang selalu di adakan Arina?” Raelina bertanya takjub melihat betapa mewah suasana pesta kediaman Rajjata.Karena ini adalah kediaman seorang J
“Tidak ada. Ayo pergi.” Raelina menarik lengan Yosua mencegahnya melihat Fiona dalam toko.Yosua mengalihkan pandangannya bingung saat Raelina menariknya menjauh dari toko itu.Saat mereka menjauh daro toko gaun itu, Raelina melirik Yosua beberapa kali. Dia menggigit bibir bawahnya gelisah.Penampilan Fiona hari ini membuatnya gelisah. Dia bahkan lupa memberitahu Yosua dia bertemu dengan Arina dan bertengkar dengan adik iparnya.“Ada apa? Kenapa kamu terus melirikku? Ada yang ingin kamu tanyakan?” Yosua menundukkan kepalanya menatap Raelina di sebelahnya.Raelina tersentak gugup dan menggelengkan kepalanya.“Tidak apa-apa,” ujarnya mengalihkan pandangannya ke depan.Yosua mengangkat alisnya bingung, “Kamu aneh hari ini.”Raelina hanya tersenyum datar.“Aku mau ke kamar mandi,” ujarnya melangkah menuju ke kamar mandi tanpa menunggu Yosua.“Apa
Raelina membeku menatap wajah gadis itu. Dia merasa akrab dengan wajahnya.Dia melihat wajah gadis dalam foto yang dikirimkan oleh orang misterius di mana dia berpelukan dengan Yosua beberapa bulan yang lalu?Sudah lima bulan berlalu Raelina menghindari pembahasan tentang gadis itu meski Yosua bekerja sebagai pengawalnya.“Nyonya, kamu baik-baik saja ....” Gadis itu melambaikan tangannya di depan wajah Raelina melihat wanita hamil itu terdiam dengan ekspresi aneh di wajahnyaDia mencemaskan Raelina karena wanita itu sedang hamil.Raelina mengerjapkan matanya tersadar.“Ahh ....” Dia mencoba tersenyum namun wajahnya justru terlihat aneh.Raelina memeluk perutnya yang besar dan berkata pada gadis itu. “Terima kasih sudah menolongku,” ujarnya.Fiona tersenyum lega.“Syukurlah kalau Anda baik-baik saja.” Senyum wanita muda itu sangat lembut.Sekilas orang melihat d